Informasi Penting untuk Warga Sumut

Sabtu, 27 Februari 2016 – 00:17 WIB
Pohon tumbang. Foto ilustrasi.dok.Jawa Pos

jpnn.com - MEDAN – Kota Medan dan sejumlah daerah lain di wilayah Sumut berpotensi mengalami puting beliung dalam waktu dekat.  Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah 1 Medan menyatakan, peristiwa alam ini diakibatkan cuaca ekstrem yang melanda Kota Medan beberapa hari belakangan ini.

"Puting-beliung itu disebabkan dari cuaca hujan dan panas terik di tempat tertentu, sehingga terjadi perubahan tekanan yang ekstrem dan dampaknya merubah kecepatan angin. Namun demikian, puting beliun ini masih bersifat lokal, hanya terjadi beberapa daerah saja," ungkap Kepala Bidang (Kabid) Data dan Informasi BMKG Wilayah 1 Medan, Sunardi yang dihubungi Sumut Pos (Jawa Pos Group), Jumat (26/2).

BACA JUGA: Di Kota Ini Ada 500 LGBT, Mayoritas Mahasiswa

Dijelaskannya, peristiwa puting beliung tersebut memiliki tanda awal, salah satunya cuaca panas yang terik dengan suhu di atas 34 derajat celcius. Lalu, tiba-tiba mendung dan turun hujan.

"Selain Kota Medan, terdapat juga beberapa daerah di Sumut yang berpotensi puting beliung. Di antaranya, Langkat, Deliserdang, Serdang Bedagai, dan Pematangsiantar," sebutnya.

BACA JUGA: Gubernur Papua Barat Minta Pemerintah Pusat Hati-hati!

Menurut Sunardi, saat ini Kota Medan sebenarnya memasuki musim kemarau. Namun begitu, bukan berarti tidak ada hujan di Sumut. Artinya, hujan tetap ada tetapi intensitasnya tidak besar melainkan ringan dan sedang.

"Hujan tersebut diprediksi berlangsung secara lokal alias tidak menyeluruh. Misalnya, hanya di Medan Tembung atau Medan Tuntungan. Kondisi ini diprediksi masih akan berlangsung hingga Maret mendatang," tambahnya.

BACA JUGA: Percepat Pembangunan Jalan, Pakai Strategi Bersinergi

Karena itu, Sunardi mengingatkan bahwa masa-masa cuaca ekstrem bukanlah saat yang tepat khususnya bagi petani sawah tadah hujan untuk menanam. Namun, lain halnya dengan sawah irigasi tentunya itu tidak berpengaruh.

Untuk saat ini, kecepatan angin masih terbilang rendah sekitar 10 knot. Namun, yang menjadi masalah gelombang air laut cukup tinggi terutama di wilayah lautan Samudera (Nias dan Sibolga). Ketinggiannya mencapai 1,5 meter hingga 2,5 meter.

"Kepada nelayan diminta berhati-hati apalagi yang menggunakan kapal kecil. Sebab, dengan ketinggian gelombang seperti itu jelas membahayakan keselamatan," tukasnya. (ris)

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jaksa Tak Hadiri Sidang Perdana Praperadilan Dana Hibah Kadin


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler