Ingat, Depresi Tak Selalu Ditunjukkan dengan Ekspresi Murung

Sabtu, 11 September 2021 – 22:26 WIB
Ilustrasi - depresi, diperankan oleh model. Foto: Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Anda sebaiknya perlu tahu depresi tidak selalu ditunjukkan dengan ekspresi murung.

Menurut psikolog anak, remaja dan keluarga Rosdiana Setyaningrum, seseorang bisa tampak dalam kondisi normal, namun ternyata sedang mengalami depresi.

BACA JUGA: Ngeri! Setiap 40 Detik Satu orang Meninggal Dunia Karena Bunuh Diri

Karena itu, misalnya bagi para orang tua, penting dekat dengan anak-anak agar dapat memastikan kondisi mood maupun mental anak.

"Orang suka mikir kalau depresi itu sedih, teapi depresi itu sebetulnya kesedihan yang mendalam."

BACA JUGA: Anjasmara Ajak Masyarakat Latihan Yoga, Manfaatnya Luar biasa!

"Perasaan enggak berguna, enggak berharga. Makanya ujung-ujungnya berakhir bunuh diri itu kalau memang parah," ujar Rosdiana dalam keterangannya dipublikasikan Sabtu (11/9).

Psikolog lulusan Universitas Indonesia itu mengatakan banyak orang suka salah persepsi dengan mengira pribadi tertutup cenderung mengalami depresi.

BACA JUGA: Anak Anda Depresi? Segera Lakukan Langkah-langkah ini

Padahal, orang yang terbuka pun juga bisa mengalami depresi.

Orang tua diharapkan tetap mengajak anak berkomunikasi agar dapat mengetahui perasaan yang sebenarnya dirasakan oleh anak.

Dia juga berharap orang tua dapat menjaga ekspresi saat anak mulai terbuka.

"Saat pandemi ini sebaiknya orang tua tidak terlalu menuntut anak."

"Sebab, anak jika dituntut terlalu tinggi dapat merasa tertekan."

"Ketika tidak dituntut dalam artian terlalu bebas ya juga dapat menimbulkan perasaan tidak berguna," ucap Rosdiana.

Dalam kesempatan berbeda psikolog Livia Istania DF Iskandar mengatakan orang tua harus memahami kondisi anak.

Orang tua juga diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi anak.

"Di masa pandemi ini orang tua juga jangan menetapkan standar yang terlalu tinggi juga. Harus tahu bagimana kondisi anak."

"Misal kalau dia ekstrovert mungkin dia akan mengalami penurunan, susah untuk belajar sendirian," kata Livia.

Sejalan dengan Livia, psikolog Tika Bisono juga meminta masyarakat untuk saling peduli terhadap sekitar untuk membantu anak dengan kondisi mental depresi akut yang memiliki kecenderungan menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri.

"Karena walaupun tidak kenal secara pribadi, tapi ada tangan menjulur itu bisa membuat orang mentalnya lebih baik" ujar Tika.

Ketika anak mulai menunjukkan perilaku menyakiti diri hingga memiliki kecenderungan untuk bunuh diri, dr. I Gusti Ngurah Agastya mengimbau orang tua untuk tidak membiarkan anak seorang diri dan menjauhkan benda-benda berbahaya dari jangkauan anak.

"Hal yang perlu dilakukan dari orang tua adalah memastikan keamanan anak."

"Temani anak, jauhkan dari benda berbahaya seperti benda tajam, atau alat yang bisa digunakan untuk melukai dirinya, atau bahkan mungkin jendela kamar."

"Bila masih ada pikiran tersebut, maka segeralah bawa anak ke dokter jiwa atau psikiater. Jika dibutuhkan juga bisa ke IGD rumah sakit yang menangani kondisi kesehatan mental," kata dokter dari Klinik Angsamerah.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler