jpnn.com - JAKARTA - Fenomena politikus kutu loncat biasanya marak menjelang pergantian rezim. Karenanya, sudah semestinya para calon presiden (capres) yang akan bersaing di pemilu presiden (pilpres) Juli nanti bersikap selektif dalam meladeni para petualang politik.
Menurut pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Ari Junaedi, sejak reformasi bergulir para petualang politik selalu muncul jelang pilpres. Menurutnya, latar belakang para petualang politik juga beragam karena ada dari kalangan pengusaha, aktivis, mantan pejabat pemerintah, hingga pensiunan TNI.
BACA JUGA: Ingin Pangkas Birokrasi demi Genjot Investasi
“Mereka itu tidak ubahnya bunglon yang bisa mengubah pandangan politik demi incaran kedudukan dan politik transaksi. Karena itu setiap capres sebaiknya memiliki tim pemenangan yang solid berintikan kader-kader militan, profesional yang teruji pengalaman dan punya konsistensi politik,” kata Ari di Jakarta, Minggu (27/4).
Mantan wartawan yang kini menjadi dosen di sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta itu menambahkan, capres harus bisa memilih tim yang anggotanya bukan pemburu kepentingan jangka pendek. Persoalannya, kata Ari, saat ini bukan hal mudah mencari aktivis dengan sikap politik yang konsisten.
BACA JUGA: SBY: Jangan Pilih Presiden Seperti Pilih Kucing Dalam Karung
Namun, lanjutnya, dengan sikap selektif maka capres bisa memilih tim yang hanya mencari tumpangan untuk memenuhi ambisi pribadi. “Pilih pribadi-pribadi yang tidak mengedepankan syahwat politik untuk kepentingan pribadi," cetusnya. (ara/jpnn)
BACA JUGA: Ini Syarat Berkoalisi dengan Demokrat
BACA ARTIKEL LAINNYA... Butuh Pemimpin Rendah Hati, Alumni Trisakti Dukung Jokowi
Redaktur : Tim Redaksi