jpnn.com, JAKARTA - Sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang mengungkap fakta orang dapat hidup sehat hingga usia 100 tahun lebih.
Hasil penelitian itu menyebut bahwa orang yang hidup sampai usia 100 tahun atau lebih, rata-rata memiliki bakteri usus dengan ciri khas tersendiri yang rupanya dapat membantu menangkal infeksi.
BACA JUGA: Merasa Dicurangi Pada Seleksi CASN 2021? Laporkan ke Ombudsman
Bakteri ini menghasilkan senyawa spesifik yang dikenal sebagai asam empedu sekunder.
Senyawa ini dapat berkontribusi pada usus yang sehat, sehingga proses penuaan terjadi secara sehat.
BACA JUGA: Ace Soroti Pendistribusian Bansos di Masa PPKM Level 4, Tegas!
Kendati demikian para peneliti mengatakan masih banyak penelitian yang harus dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri tersebut mampu meningkatkan rentang hidup dengan sangat panjang.
Penelitian yang dipublikasi dalam jurnal Nature pada pekan lalu ini hanya menunjukkan hubungan antara bakteri usus dengan usia hidup yang melewati 100 tahun.
BACA JUGA: PPKM Dikaitkan dengan Taktik Perang, Sebut Berlama-lama di Lorong Gelap
Meski demikian, penulis penelitian Dr. Kenya Honda menyebut para peneliti belum bisa membuktikan bakteri tersebut yang menyebabkan orang dapat hidup dengan lebih lama dan sehat.
Honda yang merupakan seorang profesor di Departemen Mikrobiologi dan Imunologi di Keio University School of Medicine di Tokyo.
"Meskipun mungkin menunjukkan bahwa bakteri penghasil asam empedu ini dapat berkontribusi pada rentang hidup yang lebih lama, kami tidak memiliki data yang menunjukkan hubungan sebab-akibat di antara mereka," ujar Honda kepada Live Science.
Komunitas bakteri dan mikroorganisme lain yang hidup di usus dikenal sebagai mikrobioma usus.
Diketahui berperan dalam kesehatan manusia dan berubah seiring bertambahnya usia.
Sebagai contoh, ragam jenis bakteri usus pada orang dewasa dikaitkan dengan lemahnya imunitas.
Namun, para peneliti menduga orang yang mencapai usia 100 tahun mungkin memiliki bakteri usus dengan ciri khusus yang berkontribusi pada kesehatan yang baik.
Dalam hal ini para peneliti mencatat lansia yang mencapai usia 100 tahun bahkan lebih, cenderung memiliki risiko yang lebih rendah untuk terkena penyakit kronis dan infeksi.
Artinya, lansia berusia panjang ini cenderung mengalami penuaan secara sehat.
Dalam studi baru, para peneliti memeriksa mikrobiota usus dari 160 centenarian yang rerata berusia 107 tahun.
Mereka membandingkan mikrobiota usus dari 112 orang centenarian yang berusia 85 hingga 89 tahun, dan 47 orang berusia 21 hingga 55 tahun.
Mereka menemukan bahwa centenarian usia di atas 100 tahun ini memiliki tanda yang berbeda dari mikroba usus yang tidak terlihat pada dua kelompok usia lain.
Misalnya, spesies bakteri tertentu diperkaya atau habis pada usia seratus tahun dibandingkan dengan dua kelompok lainnya.
Para peneliti kemudian menganalisis metabolit usus (produk metabolisme) di ketiga kelompok, dan menemukan orang berusia seratus tahun memiliki tingkat asam empedu sekunder yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan dua kelompok lainnya.
Empedu adalah cairan kuning-hijau yang dibuat oleh hati dan disimpan di kantong empedu.
Asam empedu sendiri adalah senyawa dalam empedu yang membantu pencernaan, terutama lemak.
Setelah hati memproduksi asam empedu, mereka dilepaskan ke usus, di mana bakteri secara kimiawi mengubahnya menjadi asam empedu sekunder.
Pada kelompok berusia lebih dari 100 tahun, para peneliti menemukan asam empedu sekunder berjenis isoallolithocholic (isalloLCA) dengan tingkat yang sangat tinggi.
Para peneliti menuliskan untuk mengetahui bakteri penghasil isoalloLCA, mereka melakukan upaya dengan cara mengidentifikasi jalurnya.
Para peneliti menyaring strain bakteri usus dari seorang berusia 110 tahun yang memiliki tingkat asam empedu sekunder yang sangat tinggi dan menemukan bahwa bakteri dari jenus Odoribacteraceae menghasilkan isoalloLCA.
Terlebih lagi, isoalloLCA ditemukan memiliki sifat antimikroba yang kuat, yang berarti dapat menghambat pertumbuhan bakteri jahat di usus.
Dalam percobaan di piring laboratorium dan pada tikus, para peneliti menemukan bahwa isoalloLCA memperlambat pertumbuhan Clostridium difficile, bakteri yang menyebabkan diare parah dan radang usus besar.
IsoalloLCA juga menghambat pertumbuhan enterococci resisten vankomisin, sejenis bakteri resisten antibiotik yang diketahui menyebabkan infeksi di rumah sakit.
Temuan menunjukkan bahwa isoalloLCA dapat berkontribusi pada usus yang sehat dengan mencegah pertumbuhan bakteri jahat.
"Tampaknya bakteri ini atau asam empedunya dapat mengobati atau mencegah infeksi C. difficile pada manusia."
"Jika bakteri penghasil asam empedu ini berkontribusi pada usus yang sehat, mereka mungkin suatu hari nanti jenis bakteri ini bisa digunakan sebagai probiotik untuk meningkatkan kesehatan manusia," kata Honda.
Dia mencatat bahwa bakteri ini tampak aman, karena mereka tidak menghasilkan racun atau menyimpan gen resisten antibiotik.
Tidak jelas bagaimana para centenarian bisa mendapatkan bakteri menguntungkan ini, tetapi genetika dan pola makan tertentu dapat berperan dalam membentuk komposisi mikrobiota usus manusia, kata Honda.
Studi ini tidak mengumpulkan informasi tentang diet peserta, kebiasaan olahraga atau penggunaan obat-obatan, yang semuanya dapat mempengaruhi mikrobiota usus dan membantu menjelaskan hubungan tersebut.(Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang