Ingin Melompat Jauh Seperti Kanguru

Rabu, 11 Agustus 2010 – 09:52 WIB
Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Sapta Nirwandar menyebut beberapa pimpinan daerah sudah menjadikan pariwisata sebagai leader sector-nyaMengubah mind set sebagai masyarakat maritim, dan menyadari bonus kekayaan alam dari Tuhan.

Don Kardono, Perth

 
Sapta Nirwandar mengapresiasi pada Gubernur Sulawesi Utara, SH Sarundajang yang pernah melakukan gerakan yang cukup radikal

BACA JUGA: Adjie Notonegoro Setelah Bisnis Butiknya Hancur Dililit Utang

Dia mengumpulkan seluruh bupati walikota dan duduk satu meja, lalu memutuskan sektor pariwisata menjadi ladang utama
Semua program pariwisata disinkronisasi, dari infrastruktur, event, sampai ide-ide destinasi baru

BACA JUGA: Belajar Eksplorasi Eksotisme Pantai yang Alami

Mereka merancang program bersama
Lalu, mengundang tokoh-tokoh penting seperti Joop Ave, Sapta Nirwandar, menghimpun langkah strategis.

Belum lama ada event, mengangkat isu The World Ocean Summit

BACA JUGA: Jeffrey Adrian, Calon Air Racer Pertama dari Indonesia

Lalu disempurnakan oleh Kementerian Luar Negeri dengan title, The World Ocean ConferenceSebuah langkah bersama menjual pariwisata, yang sudah memperoleh persetujuan DPR RIPresiden juga sudah membuat Inpres, untuk mendorong spirit regional turism seperti itu.

Langkah serupa juga tengah dilakukan Gubernur NTB dengan menyatukan semangat untuk bersama-sama menjadikan pariwisata sebagai panglimaWisatawan yang sudah melakukan planning ke Bali, tidak berakhir di Bali sajaTetapi melebar ke teritorial terdekat, dengan menjajal sensasi-sensasi baru yang tidak kalah dengan Pulau Dewata“Ada Lombok yang pantainya istimewa, ada Sumbawa, Sumba, sampai Pulau Komodo,” kata Sapta.

Bali ke arah barat, di ujung Banyuwangi ada pantai yang tidak ada duanyaPasirnya putih bersih dan alamiTepi lautnya hijau, gelombangnya biru dan pecahannya putih jernihDi belakangnya ada taman nasional yang hijau horizontal, ditambah back ground laut yang biru indah“Ini belum pernah saya temukan di muka bumi iniTinggal sentuhan infrastruktur, promosi dan penataan yang serius dan konsistenSentuhan intrepreneurship ala Australia itulah yang perlu kita download ke sana,” jelas Sapta, yang didampingi Maria Mayabunbun Kasubdit Promosi Wilayah AS dan Pasifik, bersama Molly Prabawaty, Kasi Promosi Wilayah Pasifik Kemenbudpar.

Papua, juga memiliki bupati yang visionerBupati Sentani, yang menaungi Danau SentaniKeinginannya untuk maju dan berkembang luar biasa besar“Mereka itu harus disupport, harus didorong untuk terus maju, dan kami akan terus mempromosikan di luar negeri akan kehebatan alam dan budaya yang dimiliki negeri ini di dunia internasional,” tuturnya.

Di Tangkuban Perahu, Tengger, Danau Toba, Singkarak, Batur, Manunjau, Kintamani, dan masih banyak lagi, itu kreatornya TuhanTidak ada yang bisa mengalahkan karya Tuhan kan? Tugas kita hanya membuat fasilitas dan infrastruktur, serta sentuhan kebijakan yang pro pariwsata“Tidak perlu membuat kaca tebal untuk berjalan-jalan di atas jurang Grand Canyon di Colorado, ASTidak harus pusing-pusing membuat Patung Jesus di pusat Rio de Jeneiro, BrazilItu akalnya engineering, agar orang bisa melihat seluruh penjuru kota, dan semua bayarTidak perlu membuat twin tower seperti Malaysia untuk menarik wisatawanYang sudah diberikan Tuhan saja, itu sudah lebih dari cukup,” kata Sapta yang S-2 nya dari Universitas Paris-I-Sorbonne, 1985 itu.

Misalnya, kata dia, coba sore-sore ke Terminal I A, Bandara Soekarno Hatta, JakartaTempat check in pesawat LionSudah seperti terminal Pulogadung sajaAda yang tiduran, ada yang duduk-duduk di lantai, ada yang merokok, ada yang teriak-teriak, aroma tidak sedap, dan panas“Bagaimana coba? Itu hal yang basicItu hal kecil yang hanya butuh penegakan disiplin saja,” tanya dia yang sedang mempromosikan musik etnik Indonesia, Gangsadewa pimpinan Memet Chairul Slamet dan tarian daerah Citra Nusantara dalam rangkaian tur Cultural Roadshow 2010 Across Australia “Spirit of Indonesia” di Perth itu

Coba bandangkan dengan Bandara Beijing, yang punya 76 pintu imigrasiSeorang petugas guide tinggal tunjuk kiri, kanan, mengatur mana yang kosong“Mereka sadar, penduduk Tiongkok sendiri akan semakin maju, penerbangan luar negeri semakin banyakTiap 5 menit ada 2 pesawat landing, ratusan manusia pasti masuk imigrasi bersama-samaCoba bandingkan dengan Bali?” keluh pria berkacamata yang hobi tenis ini.

Sapta mencontohkan lagi Pulau Komodo yang sedang diperjuangkan masuk dalam tujuh keajaiban duniaPimpinan daerahnya tidak terlalu menggebu untuk mempromosikan dan mencari dukunganBahkan, ada kesan tidak banyak ikut campur“Banyak sekali pimpinan daerah yang lebih suka mengurus DAK kan? Dana Alokasi Khusus?” katanya.

Soal Jogja-Solo yang saat ini sama-sama dipimpin oleh entrepreneur muda, juga perlu sentuhan lebih untuk mengkombinasikan kedua kekuatan kota itu untuk wisataGeneral Manajer Garuda Western Australia, Syahrul Tahir menilai keduanya harus kompak untuk mendapatkan pasar internasional“Pak Heri Walikota Jogja dan Pak Joko Wi, Walikota Solo itu punya karakter yang samaSama-sama ingin maju, dan sama-sama background-nya pengusaha,” kata Syahrul.

Pemikiran Syahrul itu direspons positif oleh Sapta“Seharusnya momentumnya adalah Sangiran, Sragen sanaSekitar 30 kilometer dari Kota SoloFosil Manusia Sangiran itu sudah diakui internasional, sebagai penemuan manusia tertua kedua di dunia setelah Pitecantropus Erectus di Johannesburg, Afrika SelatanSaya sudah mengirim anggota DPR RI, termasuk bupatinyaTetapi, gagasan untuk membangun museum besar, pusat arkheologi dunia yang menjadi impian saya, tidak ada progresnya,” keluhnya.

Di Johannesburg, museum itu sangat fenomenalDibuat dengan desain yang unik dan impresifPertama, pengunjung masuk ke dalam goa, lalu dijelaskan oleh guide yang professional, bahwa manusia itu dulunya hidup di goa-goaLalu ada tempat-tempat konferensi, yang vital bagi kalangan intelektual kampus, sejarawan, arkheolog, untuk berdiskusi asal muasal manusiaLalu ada kafe, souvenir, dan hotel-hotel kelas peneliti“Kenapa tidak kita copy saja ide itu? Hitungan kami paling hanya membutuhkan sekitar Rp 220 M, untuk membangun turis sejarah,” kata dia yang bercita-cita membawa pariwisata Indonesia melompat sejauh Kanguru

Sekarang, lanjut Sapta, mereka melauncing temuan baruNamanya, Homo Floresis, manusia FloresTubuhnya lebih mungilSudah dibuat patung lilinnyaMereka promosikan di Museum yang diinisiasi oleh Nelson Mandela itu“Bayangkan, apa tidak panas hati kita? Mereka mempresentasikan itu di depan saya, yang lebih tahu Flores, NTT daripada mereka? Sesak napas rasanya,” aku Sapta.(habis).

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sensasi Adrenaline dari Pencakar Langit Eureka


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler