Belajar Eksplorasi Eksotisme Pantai yang Alami

Selasa, 10 Agustus 2010 – 10:31 WIB
Selain Eureka Skydeck Melbourne, gedung pencakar langit yang menjadi tujuan wisatawan adalah Sydney TowerOrang acap menyebut AMP Centrepoint, atau Centrepoint Tower yang bentuknya mirip pemancar-nya TVRI di Senayan itu

BACA JUGA: Jeffrey Adrian, Calon Air Racer Pertama dari Indonesia

Jumlah pengunjungnya juga fantastik.

 
Don Kardono, Perth

 
Tingginya 304 meter, berada di Market Street 100, antara jalan Pitt dan Castlereagh, Sydney
Lebih dari 50 ribu pengunjung per tahun, dan yang terbesar berasal dari Asia

BACA JUGA: Sensasi Adrenaline dari Pencakar Langit Eureka

Konsepnya mirip dengan yang dikembangkan Eureka Skydeck
Mereka lebih suka menyebut Sydney Tower Skywalk

BACA JUGA: Menyaksikan Acara Besar Tahunan Lelang Uang Langka

Bangunan yang dirancang oleh arsitek Donald Crone and Associates ini peletakan batu pertama sudah dilakukan sejak 1970Konstruksi dan arsitekturalnya digarap 1975-1981.

Sensasi yang diciptakan dari gedung menjulang itu mirip, yakni menantang adrenaline pengunjung dengan “sensasi ketinggian.” Di Jakarta ada manajemen building yang menawarkan sensasi serupa, yakni di FX (LiFestyle X’entre) SenayanDi lantai atas, lantainya kaca bening, sehingga langsung bisa melihat dasar lantai di bawahnyaYang takut ketinggian, banyak yang terbelalak, saat menginjakkan kaki di lantai tembus pandang ituJangan-jangan kacanya pecah? Atau kayu penyangga kaca itu rapuh? Ada juga yang takut, jangan-jangan yang dibawah mengintip? Terutama yang mengenakan rok, bukan celana panjang?

Ada juga atraksi games, terjun dari lantai atas ke bawah, sekitar 4 lantai dengan tabung kaca yang berkelok-kelokDi FX itu adalah satu-satunya di Indonesia, menawarkan sensasi yang tidak semua orang berani, meskipun kalau mengikuti instruksi semuanya aman-aman sajaSepuluh sampai dua belas detik, sudah sampai bawah.

“Itu semua bisa menjadi inspirasi yang baik bagi perancang bangun gedung-gedung tinggiTetapi, investasi jika hanya untuk wisata saja, tidak feasibleTeknologinya terlalu mahalDari waktu ke waktu orang berlomba merancang sensasi terbaru dengan gedung baru lagiSingapura tengah merancang tiga gedung tinggi, tengahnya terconeksi lalu dibuat kolam renang, taman, nanti akan dicatatkan sebagai kolam renang tertinggi di duniaKita tidak bisa kejar-mengejar dengan projek padat modal ini,” jelas Sapta Nirwandar, Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, saat ditemui di Perth, Australia.

Keunggulan Indonesia, kata dia, adalah eksotisme alam dan kekayaan budaya yang bercitarasa tinggiDua potensi itu sudah diberikan secara gratis oleh Tuhan“Kita tinggal mengolah, mengelola menjadi kekuatan yang hebatYang bisa kita petik pelajaran dari Australia adalah pengelolaan pantaiSeperti Great Barrier Reef Marine Park di Brisbane, pantai timur AussieMereka cermat, hebat, dan detail menangani kekayaan alam itu menjadi tambang devisa besar bagi negaraRatusan juta dolar diperoleh dari situ setiap tahunnya,” jelas Sapta yang kelahiran Tanjung Karang, Lampung, 13 Mei 1954 ini.

Lebih dari 2.900 binatang laut, 300 koral dan banyak pulau-pulau kecil yang dilindungi oleh pemerintah, dan menjadi tujuan wisata yang tidak ada habisnyaSemua kota hebat di Australia berada di tepi pantai, dan menjadikan pantai sebagai pengungkit turismeDari Darwin, Sydney, Brisbane, Melbourne, Perth, Gold Coast, semua mengembangkan wisata pantai“Itu inspirasi yang baik juga, kita ini negeri maritim, negara kepulauan, yang lebih banyak pantai daripada daratan,” jelas doctor jebolan Universitas Paris IX-Dauphine, 1988 yang berkacamata ini.

“Coba lihat, pantai-pantai di Australia! Bersih, tertata rapi, kombinasi taman, dan keindahan pantai, airnya bersih, tidak ada sampah, café-café hidup, tempat mainan juga baik, akses menuju lokasi sangat jelas dan gampangKesadaran bersama seperti ini yang belum kita miliki, yang masih harus diperjuangkan,” kata Sapta yang didampingi Maria Mayabunbun, Kasubdit Promosi Wilayah AS dan Pasifik, dan Molly Prabawaty, Kasi Promosi Wilayah Pasifik Kemenbudpar.

Sapta juga mencontohkan fishing games, permainan memancing dengan aturan yang betulYang menjamin kelangsungan hidup hayati“Laut kita sangat kaya, terutama Indonesia TimurBali ke timur, Banda, Ambon, itu bisa dikembangkanAustralia sampai membuat atraksi buayaFish feeding, atau memberi makan ikan-ikan di lautOrang-orang kita harus bisa menangkap ilmu dan kreativitas mereka,” tutur dia yang tengah mendampingi grup musik etnik Gangsadewa pimpinan Memet Chairul Slamet dan grup tari Citra Nusantara dalam tur Cultural Roadshow 2010 Across Australia “Spirit of Indonesia” di Perth itu

Dia juga mencontohkan Gold Coast di pantai Timur AustraliaMereka sangat piawai menata pedagang kaki lima, mengurus kios-kios, membuat regulasi yang tertata rapiCoba bandingkan dengan yang ada di Bali atau objek wisata internasional lain di Indonesia“Ilmu itu yang harus kita serap, sebagai bahan inspirasi, darimana kita harus memulai? Bagaimana langkah percepatannya?” jelas yang diiyakan Syarief Syamsuri, Konsul Jenderal RI di Perth

Di Perth sendiri, ada Ningaloo Marine Park, Bundegi Beach untuk berenang dan snorkel melihat coral, Exmouth untuk surfing, Lighthouse Bay untuk memancing dan rilek, Jurabi Coastal Reserve untuk eksplorasi bawah laut, Turtle Rookeries, dan lainnyaDi Melbourne ada Kilda Beach dan Yarra River, yang sama-sama berbasis airDi Sydney ada Darling Harbour dan Opera House yang menjual romantisme tepi pantai.

Apakah itu semua sudah menginspirasi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata? “Iya, pasti! Semua hal manajemen yang berurusan dengan dengan pantai, baiknya belajar dari yang AustraliaSemua pantainya dieksplorasi untuk wisata, dan menghasilkan efek ekonomi yang signifikanSinkronisasi antar departemen mutlak dilakukan, karena Budpar sendiri jelas tidak mungkin,” ungkapnya yang juga bersama Syahrul Tahir, GM Garuda Indonesia Western Australia.

Dia mencontohkan, Kementerian Kelautan dan Perikanan misalnyaMereka masih concern pada mencari ikan, menangkap ikan dan memberdayakan perikananBelum untuk kepentingan pariwisataDepartemen Perhubungan juga, terutama perhubungan laut, masih berkutat pada soal transportasi mengangkut orangBelum bicara transportasi wisata“Swasta juga masih wait and see

Belum banyak yang berani investasi besar dan mendasar, karena return–­nya lama, dan high riskMereka perlu mendapatkan insentifItu alasan mengapa dunia pariwisata kita tidak segera berlari kencang, sekalipun potensi alam yang dimodali Tuhan begitu melimpah,” aku Sapta yang didampingi tim Karma Events, Professional Event Creators & Organizers iniSoal pemerintah daerah? Seberapa besar peran mereka menjadi pendorong program pariwisata nasional? Ikuti catatan bersambung ini besok(bersambung)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mulai Kasus Tarif Parkir hingga Pesawat Delayed


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler