jpnn.com - Gula merupakan salah satu sumber karbohidrat yang banyak ditemukan di berbagai jenis makanan sehari-hari, seperti laktosa pada susu maupun fruktosa pada buah. Dan bukan tak mungkin, tanpa disadari makanan dan minuman yang Anda santap diam-diam mengandung gula seperti kue, jus dalam kemasan, minuman ringan, dan lain-lain.
Batas konsumsi gula yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia adalah tak lebih dari 50 gram, atau setara dengan empat sendok makan per hari. Konsumsi gula terlalu berlebih dapat meningkatkan risiko kesehatan, mulai dari obesitas, diabetes, hipertensi, hingga penyakit jantung.
BACA JUGA: Luas Area Tebu Berkurang, Produksi Gula Meleset dari Target
Hubungan gula dengan lemak perut.
Lalu apa kaitan antara konsumsi gula dan lemak di perut? Kelebihan fruktosa pada tubuh bisa mengacaukan sistem metabolisme tubuh dengan cara mematikan sistem pengendali nafsu makan Anda.
Kondisi ini memicu kegagalan tubuh dalam merangsang produksi hormon insulin, yang perlahan akan meningkatkan produksi hormon ghrelin (dikenal sebagai hormon rasa lapar), sekaligus menurunkan produksi hormon leptin (hormon rasa kenyang). Dari sinilah datangnya hasrat selalu ingin makan meskipun sudah makan banyak.
BACA JUGA: Lakukan 8 Hal Ini Agar Anda Terhindar dari Diabetes
Mengenai penjelasan di atas, American Heart Association juga berpendapat serupa, bahwa gula yang didapat dari asupan sehari-hari bisa meningkatkan risiko terjadinya obesitas, termasuk menumpuknya lemak di perut Anda.
Bagi beberapa orang, mengurangi asupan gula terasa sulit. Bahkan, dalam sebuah penelitian, disebutkan bahwa gula bisa memberikan efek ke otak lebih kuat dibanding kokain. Hal ini dikarenakan sifat gula yang adiktif.
BACA JUGA: Kebutuhan Gula Industri Diprediksi 3,6 Juta Ton
Sifat tersebut bisa menimbulkan rasa ketagihan karena terkait dengan kombinasi antara rasa subjektif yang nyaman dan bahagia, dan rasa manis dan kebutuhan energi dapat dengan cepat dan mudah terpenuhi dari kalori gula.
Efek tersebut dapat membuat Anda mengonsumsi makanan dan minuman manis lebih banyak. Karena itu banyak orang yang kesulitan ketika harus mengurangi asupan gula. Meski terdengar sulit, jangan sampai hal ini menciutkan nyali untuk mengurangi asupan gula Anda.
Memotong asupan gula.
Menurut hasil penelitian dari Framingham Heart Study tahun 2016 yang melibatkan lebih dari 1.000 orang, menunjukkan bahwa lemak di perut semakin menumpuk seiring dengan makin banyaknya minuman manis yang dikonsumsi.
Jika Anda benar-benar menyukai segala hal yang manis, memotong asupan gula dapat dimulai dengan mengurangi—atau bahkan berhenti—mengonsumsi minuman manis yang mengandung pemanis buatan.
Cobalah mengonsumsi buah segar, bubur oatmeal, atau buah yang dikeringkan atau dibekukan yang kadar gula tambahannya tidak terlalu banyak. Segelas susu rendah lemak atau yoghurt rendah gula juga bisa jadi pilihan.
Selain itu mengontrol jumlah asupan gula, untuk mengurangi dan menghilangkan lemak di perut secara optimal, lakukan olahraga yang teratur. Agar mendapatkan panduan yang baik dan terarah, konsultasikan hal ini dengan dokter gizi Anda untuk merancang menu makanan sehat rendah gula, sekaligus latihan yang tepat untuk diterapkan.(RN/RVS/klikdokter)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penderita Diabetes Rentan Terkena Stroke?
Redaktur & Reporter : Yessy