"Ini Bukan Masalah Posisi Hilalnya"

Senin, 14 September 2015 – 14:35 WIB
Ma'rifat Iman. Foto: Istimewa.

jpnn.com - KEMENTERIAN Agama telah menetapkan 1 Dzulhijjah 1436 H jatuh pada 15 September 2015 dan Idul Adha pada 24 September 2015. 

Muhammadiyah punya versi berbeda. Bagi mereka, 1 Dzulhijjah jatuh pada hari ini, Senin 14 September 2015 dan Idul Adha pada 23 September 2015.

BACA JUGA: Saya Tahu Bagaimana Menghadapi Anak Buah

Perbedaan waktu antara pemerintah dan Muhammadiyah bukan kali pertama ini terjadi. Nah, mengapa perhitungan Muhammadiyah acapkali berbeda dengan pemerintah? 

Untuk memahaminya, reporter JPNN.com, Yessy Artada mewawancarai Wakil Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Ma'rifat Iman, di sela jumpa pers hasil sidang Itsbat penentuan 1 Dzulhijjah 1436 H di Gedung Kementerian Agama, Jakarta, Minggu (13/9) malam.

BACA JUGA: Jangan-jangan Ahok Bubarkan NKRI

Berikut cuplikannya:

Kenapa penetapan Muhammadiyah sering berbeda dengan pemerintah?

BACA JUGA: Sukanya Jadi Anggota TNI, Sedihnya Meninggalkan Persija

Bukan, jangan dikatakan Muhammadiyah selalu beda dengan pemerintah. Penentuan awal bulan, tentang awal bulan Dzulhijjah, Muhammadiyah menetapkan sebulan sebelum Ramadan jatuh pada hari besok (Senin, 14/9) sebagai tanggal 1 Dzulhijjah. Sehingga Idul Adha jatuh pada Rabu 23 September 2015. Yang sama itu Idul Fitri, Insya Allah sampai 2025 akan sama. Tapi Idul Adha ada beberapa hal beda.

Kriteria untuk menetapkan 1 Dzulhijjah antara pemerintah dan Muhammadiyah seperti apa? Kok berbeda hasilnya?

Pemerintah berlandas pada keputusan Mabim (Majelis Agama Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia) ketinggian hilal 2 derajat.

Kalau Muhammadiyah nggak perhatikan berapa derajat, yang penting udah di atas ufuk atau horizon atau 0 derajat lebih. Untuk sekarang masih setengah derajat. Jadi kemungkinan untuk bisa dilihat lebih kepada rukyat hilal.

Selain itu apa ada kriteria lain lagi untuk menetapkan 1 Dzulhijjah?

Keputusan pemerintah dan NU kalau di bawah 2 derajat, kalau ada yang lihat pun ditolak. Sementara Muhammadiyah landasan hisab murni, berapa pun dia atas ufuk maka malam setelah magrib 1 Dzulhijjah.

Nah kalau hasil perhitungan pemerintah dengan Muhammadiyah berbeda apa akan dicocokkan?

Dari perhitungan yang beda nanti kami ada hitungannya. Yang jadikan perbedaan ketinggian hilal. Ketinggian hilal terjadi perbedaan kalau di bawah dua drajat. Kalau di atas dua, Insya Allah akan sama. Kalau katakan Muhammadiyah selalu berbeda dengan pemerintah, salah itu.

Muhammadiah menyatakan bukan masalah posisi hilalnya, tapi ketika pada akhir bulan udah terjadi konjungsi edaran bulan dan matahari dalam satu garis bujur. Saat terbenam matahari dan hilal di atas ufuk, maka Muhammadiyah berpendapat nggak harus diliat karena hisab murni. 

Kalau posisi hilal saat ini?

Di bawah satu derajat, setengah derajat lah. Indonesia terbelah dua, ada yang masih ada di bawah nol derajat, ada yang udah tinggi sampai 0,37 menit busur.

Adanya perbedaan penentuan 1 Dzulhijjah dengan pemerintah, tanggapan warga Muhammadiyah seperti apa?

Alhamdulillah nggak ada masalah. Muhammadiyah yang penting mengimbau pada internal warga Muhammadiyah.

Ada masyarakat Islam Indonesia yang fanatik terhadap (Arab) Saudi. Kalau Saudi menetapkan hari ini, maka mereka ikut. Tahun-tahun sebelumnya Muhammadiyah sama dengan Saudi. Muhammadiyah dengan hisab, Saudi dengan rukyat. Mereka juga nggak terikat ketentuan Mabim. (chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 17 Tahun Sudah Dikepung Asap


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler