jpnn.com - NAMA Richard Joost (RJ) Lino beberapa pekan terakhir menjadi topik perbincangan. Anak buah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno ini menjadi perhatian lantaran berani mengancam akan mundur dari jabatannya kepada Presiden Joko Widodo.
Hal itu dia lakukan karena tak terima ruangannya diobrak abrik oleh Bareskrim Mabes Polri.
BACA JUGA: Jangan-jangan Ahok Bubarkan NKRI
Lino dituding telah merugikan negara dalam proyek pengadaan mobil crane. Belum lagi perseteruannya dengan para pekerja di Jakarta International Container Terminal (JICT) dan beberapa permasalahan lainnya. Komisi VI DPR bahkan meminta agar Rini segera mencopot jabatan Lino.
Lalu seperti apa reaksi Rini? Berikut petikan wawancara Rini Soemarno dengan wartawan JPNN.com, Yessy Artada, di sela rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Kamis (10/9) malam.
BACA JUGA: Sukanya Jadi Anggota TNI, Sedihnya Meninggalkan Persija
Anggota Komisi VI DPR kompak minta Anda mencopot RJ Lino, bahkan sampai memutuskan untuk membuat Panja (panitia kerja) Pelindo II, tanggapannya?
Kami mengikuti saja karena itu adalah hak dari Komisi VI untuk berpendapat. Tentu akan kami evaluasi (kinerja RJ Lino). Dari sejak mulai sidang (raker) saya sudah banyak menyimak komentar-komentar bapak ibu dari Komisi VI. Secara menyeluruh tidak lepas dari kepribadian Lino.
BACA JUGA: 17 Tahun Sudah Dikepung Asap
Kapan kinerja Lino akan dievaluasi?
Saya katakan dalam rapat (dengan Komisi VI) minta waktu untuk menganalisa secara mendalam.
Apa yang menjadi pertimbangan untuk mengevaluasi kinerja Lino? Karena dalam raker, Komisi VI menyebut Lino diistimewakan?
Saya mencoba sebagai pimpinan kementerian BUMN sebagai pemegang saham, saya ingin melihat dari profesionalisme, saya melihat institusi, bukan like or dislike.
Saat ini banyak orang yang tidak suka dengan Lino, apalagi setelah berani mengancam Pak Jokowi, tanggapan ibu?
Pasti banyak pihak, kalau liat di tv, kesel. Kok dibeginikan oleh anak buah. Sebelumnya saya pernah menjadi seorang CEO, saya tahu bagaimana sebetulnya hadapi anak buah. Saya ingin melihat konteksnya. Jangan sampai ada kegaduhan. Jangan makin dipertajam dengan persoalan-persoalan lain. Saya berhati-hati betul.
Soal telepon Anda ke Kapolri Badrodin Haiti terkait penggeledahan kantor Lino?
Waktu terjadinya kasus ini, saya baru balik dengan Pak Badrodin. Saya di mobil, dengar kabar itu (kantor Lino) digeledah. Saya telepon Pak Badrodin menanyakan itu kasusnya apa? Beliau bilang nggak tahu dan bilang nanti saya akan dihubungi lagi. Ternyata itu bukan dwelling time, tapi yang berurusan dengan karyawan (laporan pegawai JICT). Oh ya sudah.
Terkait tudingan JICT soal pelanggaran perpanjangan konsensi?
Tentunya kami akan melakukan proses secara seharusnya dikatakan. Kami sejak awal menunggu laporan dari BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). JICT pun sebetulnya setelah audit dari BPK. Itu sebetulnya kami harus melihat proses secara menyeluruh.
Saya juga bicara dengan deputi dan minta Pak Pontas Tambunan (deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana kementerian BUMN). Saya tunggu hasil pemeriksaan. Perpanjangan JICT, saya tunggu audit BPK. Saya meyakini ingin ambil keputusan secara profesional. Konteksnya beragam karena ada kegaduhan.
DPR ingin kasus Pelindo II dan Lino cepat tuntas?
Saya sadar keputusan harus cepat, tapi saya mohon seperti yang dikatakan Pak Darmin, Pak Nasril (anggota komisi VI) katakan. Marilah tangani ini dengan tidak gegabah. Berilah saya waktu beberapa hari lagi untuk dalami menyeluruh. Bicara dengan direksi dan komisaris Pelindo II. Saya komunikasi lagi dengan menhub (Ignasius Jonan), dan nanti saya kembali dengan bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian. Rekomendasi sebaiknya keputusannya seperti apa. (chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dibutuhkan Orang Bertangan Besi
Redaktur : Tim Redaksi