Ini Cerita Mantan Menhukham tentang Keberanian JK Sebagai Pendamai

Jumat, 13 Juni 2014 – 19:16 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Figur Jusuf Kalla dikenal sebagai sosok yang aktif mendamaikan konflik-konflik menahun di berbagai daerah di Indonesia. Nama mantan wakil presiden yang dikenal dengan inisial JK itu bahkan sudah mendunia karena kiprahnya mengupayakan perdamaian.

Hamid Awaluddin, orang dekat JK yang juga mantan menteru hukum dan hak asasi manusia (menhukham), punya cerita sendiri tentang pria yang kini menjadi calon wakil presiden pendamping Joko Widodo itu. Bagi Hamid, JK adalah seorang pemberani, tegas, dan tak punya rasa takut menghadapi risiko apapun untuk mempertahankan hal yang diyakini benar. Sikap itu pula yang dirasakan Hamid saat ikut mendamaikan konflik Maluku dan Aceh bersama JK.

BACA JUGA: Pesimis Capres Buka Lahan Baru Pertanian

Diceritakan Hamid, suatu waktu dia diajak JK mendatangi sebuah rumah di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Begitu tiba di rumah itu, Hamid kaget karena penghuni rumahmua bersenjata. “Enam orang bersorban dengan pedang panjang di pinggang,” kata Hamid, Jumat (13/6).

Begitu melihat sang penghuni rumah, Hamid tersadar ternyata dirinya dan JK mendatangi para petinggi Laskar Jihad Ambon.  Hamid menuturkan, pembicaraan JK dan keenam orang yang awalnya berjalan normal justru memanas karena pria-pria bersorban itu menolak berdamai dengan kelompok Kristen Ambon.

BACA JUGA: Jokowi Siapkan Tim Khusus Jelang Debat Capres Kedua

“Mereka minta banyak syarat perdamaian, padahal kalau mau damai betulan, kata Pak JK dalam Islam tak ada syarat-syaratan,” ungkap Hamid.

Ucapan JK ternyata tak digubris penghuni rumah. Akhirnya, kata Hamid, JK mengeluarkan ancaman akan mengumumkan pada dunia bahwa Laskar Jihad tak mau berdamai.

BACA JUGA: DPT Pilpres di Dua Provinsi Berkurang Dibanding Pileg

“Terserah kalian mau ikut damai atau tidak. Tapi saya akan umumkan ke dunia kalau Laskar Jihad tak mau ikut perdamaian Maluku,” ucap Hamid menirukan ucapan JK.

Keenam pimpinan Laskar Jihad itu akhirnya memang melunak dan mau berdamai. Hanya saja ,asalah belum berhenti di situ. Diungkapkan Hamid, masalah baru menghadang saat dia dan JK mendatangi kelompok Kristen di Ambon.

“Di gerbang masuk daerah Kristen ada ada tulisan boleh masuk kecuali anjing dan orang Islam,” kata Hamid lagi.  

Sebagai muslim, Hamid mengaku cukup tergetar dengan ancaman tertulis itu. Apalagi pistol pengawal Hamid dan JK hanya berisi dua peluru.

Namun, semua kekhawatiran tersebut ternyata tak terbukti. Begitu tiba, keduanya disambut tangis dari pendeta dan kaum Kristen Ambon yang juga  menginginkan perdamaian.

Sama dengan konflik Maluku, untuk menyelesaikan konflik GAM dengan pemerintah RI , Hamid dan JK juga harus banyak bersabar dan mencari jalan tengah yang tak menyinggung salah satu pihak.  Diceritakan Hamid, perdamaian Helsinki antara kedua belah pihak sempat menemui jalan buntu selama 3 hari. Penyebabnya pun sangat sederhana karena GAM menolak menggunakan bahasa Indonesia.

“Akhirnya saya telepon Pak JK. Kata dia gampang aja itu, pakai aja Bahasa Melayu. Padahal apa bedanya Bahasa Indonesia dan Melayu,” kata Hamid sambil terkekeh.

Sejarah akhirnya mencatat di Helsinki itulah konflik puluhan antara GAM dan Indonesia berakhir dengan perdamaian.(pra/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ragukan Angka IQ Prabowo, Kubu Jokowi Yakin Unggul di Debat Kedua


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler