Ini Freeport, Bung...

Kamis, 26 November 2015 – 14:20 WIB
Penandatanganan kontrak Freeport di Departemen Pertambangan, Jakarta, April 1967. Pihak pemerintah Indonesia diwakili Menteri Pertambangan Ir. Slamet Bratanata. Freeport diwakili Presiden Freeport Shulpur, Robert C. Hills dan Presiden Freeport Indonesia, Forbes K. Wilson. Peristiwa bersejarah ini disaksikan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Marshall Green. Foto: The Netherlands National News Agency (ANP).

jpnn.com - FREEPORT perusahaan pertama yang masuk Indonesia seiring terbitnya Undang-Undang Penanaman Modal Asing No 1/1967. Bung Karno meneken undang-undang tersebut, dalam keadaaan "tak berdaya", 10 Januari 1967.

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Dalam Catatan Perjalanan Pendaki Inilah, Freeport Menemukan Peta Harta Karun Papua

Suatu hari pada tahun 1960-an awal. 

Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI), D.N. Aidit menghampiri Julius Tahija.

BACA JUGA: Sebelum Para Eksekutif Freeport Datang...

Hari itu sedang dihelat sebuah resepsi pemerintahan. Entah acara apa, Julius Tahija tak menyebutnya. 

"Kami sudah saling kenal bertahun-tahun," ungkap Tahija dalam buku otobiografinya yang berjudul Julius Tahija.

BACA JUGA: Ingat Freeport, Ingat Julius Tahija

Menurut Tahija, mereka satu almamater ketika menimba ilmu di Sekolah Dagang Belanda, di Jakarta.

"Ia seorang yang santun dan berbudaya," begitu Tahija menggambarkan sosok D.N Aidit, yang kala itu duduk dalam kabinet Soekarno.

Sembari minum teh, dua sekondan lama itu, larut dalam perundingan soal prinsip hidup masing-masing. 

Aidit mengedepankan soal kemandirian ekonomi nasional. Tahija berpikiran lain.

"Orang-orang yang percaya pada usaha swasta seperti saya punya rasa tanggung jawab yang besar," sahut Tahija. 

Mereka beradu argumen. Berselisih paham. Pun demikian, tetap saling sanjung.

"Ia (Aidit--red) memuji pengetahuan saya mengenai retorika kapitalis," kenangnya.

Tahija melanjutkan. "Aidit dan saya tahu bahwa kami mempunyai ideologi yang berbeda, dan salah satu di antara ideologi kami akan menguasai negeri ini."

Sebelum berpisah, dua kawan lama pun "bertaruh". Salah satu di antara keyakinan mereka akan lenyap sebelum perdebatan itu berakhir. 

G30S

Tahija di Amerika ketika hura-hara Gerakan 30 September 1965 meletus di Indonesia. 

Sejak awal September 1965, sebagaimana diceritakannya, dia ke San Fransisco menghadiri Konferensi Industri Internasional. Keluarganya diboyong serta.

"Saya mengikuti perkembangan dalam negeri dari surat kabar dan telepon ke Indonesia," tuturya. 

Suatu hari, "televisi Indonesia menyiarkan tempat persembunyiannya (Aidit--red) dan menyorot jenazahnya dengan jelas."

Tahija kembali ke Jakarta setelah memastikan keadaan sudah aman. 

Tahija menceritakan…setelah lebih dari satu tahun melakukan manuver politik, akhirnya Soeharto menggantikan Soekarno sebagai presiden

Dalam tempo waktu itu pulalah, Freeport bermanuver memuluskan jalannya menambang "harta karun" tanah Papua.

Modal Asing

Februari 1966, Julius Tahija menyambut kedatangan para eksekutif Freeport di Jakarta. "Saya menolong mereka," tulis Julius Tahija. 

Dikisahkah, saat itu Freeport bersaing ketat dengan perusahaan tembaga dari Perancis. Perusahaan itu meminta Kedutaan Perancis melobi pemerintah Indonesia. 

Tahija pun mematahkan ini. "Kalau mereka memang bagus, mengapa memerlukan dukungan pemerintahnya? Seharusnya hubungan bisa dilakukan secara bisnis saja," kata Tahija kepada anggota kabinet, tanpa menyebut nama.

Seiring itu dia mengangkat-angkat PT Freeport dengan segala macam pengalamannya.

Kerisauan Dewan Komisaris Freeport tentang pemerintah Indonesia yang anti-modal asing juga terpecahkan. 

Menyusul peristiwa G30S, Bung Karno goyang. Para pendukungnya berguguran. Ada yang mati, banyak yang dikerangkeng. 

Dalam keadaan "tak berdaya", 10 Januari 1967, Si Bung menandatangani Undang-Undang Penanaman Modal Asing (UU PMA) No 1/1967. 

Selamat datang modal asing...

Tiga bulan kemudian, persisnya April 1967, PT Freeport dan Indonesia teken kontrak. Inilah kontrak pertama di bawah UU PMA. 

Selamat datang Freeport… 

Dalam kontrak pertama itu, Freeport diberikan hak untuk, mengeksplorasi "harta karun" Papua selama 30 tahun. 

Nah, bagaimana cara orang-orang Freeport "menjinakkan" alam pegunungan Ertsberg, Papua yang ganas?

Berapa modal pertama Freeport saat masuk Papua? 

Ikuti kisah selanjutnya… --bersambung (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Trah Paku Alam, Antara Daendels dan Raffles


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler