jpnn.com - PAKAR pengangkatan materi di bawah laut, David Mearns menilai, badan pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang dan jatuh di sekitar perairan Pangkalanbun, Kalimantan Tengah pada Minggu (28/12) pagi bakal segera ditemukan dalam waktu dekat.
Hingga Rabu (31/12) siang, Tim Gabungan yang dikomandoi oleh Basarnas masih terus berjuang mengevakuasi korban di lokasi penemuan. Selain memang fokus mengevakuasi korban, Basarnas sudah mengakui mereka masih belum menemukan tanda-tanda badan pesawat.
BACA JUGA: Turunkan BBM Jangan Jadi Pencitraan Pemerintah
Sejumlah pakar menilai, semestinya misi AirAsia QZ8501 jauh lebih mudah ketimbang misi pencarian Malaysia Airlines MH370, pesawat yang juga hilang pada Maret silam. Namun para pakar ini menggarisbawahi, upaya evakuasi di Laut Jawa memang selalu menghadapi rintangan buruk, berupa kondisi cuaca yang ekstrem.
"Badan pesawat kemungkinan besar bisa ditemukan dalam waktu dekat. Karena serpihan ditemukan tak jauh dari lokasi terakhir kontak dengan pesawat, pihak berwenang tampaknya bisa menemukan pesawat dalam hitungan jam atau hari," ujar David Mearns, seperti dilansir dari The Wall Street Journal, Rabu (31/12).
BACA JUGA: Kerahkan Kopaska dan Penyelam Cari Korban AirAsia QZ8501 Hingga Malam
Mearns adalah konsultan dalam pencarian pesawat Air France AF447 yang menghilang di Samudra Atlantik tahun 2009. "Di Laut Jawa di sekitar lokasi hilang kontak, yakni antara Pulau Belitung dan Kalimantan, relatif dangkal. Dengan demikian, proses pengangkatan pesawat semestinya sederhana. Jika kedalamannya hanya 10 hingga 20 meter, kapal angkatan laut maupun kapal survei migas bisa memindai area itu dengan cepat," jelasnya.
Dua kotak hitam di pesawat akan berperan penting dalam mengungkap apa yang terjadi pada saat-saat akhir penerbangan. Data di kotak hitam akan mencakup percakapan di kokpit serta ribuan hasil pengukuran kinerja pesawat. "Penyelam kemungkinan besar akan memakai mikrofon tahan air untuk mencari kotak perekam data itu," papar Mearns.
BACA JUGA: BNPB: 566 Orang Meninggal Akibat Bencana Alam Tahun 2014
Mikrofon dapat mendeteksi sinyal atau ping dari emergency locator (ELT). "Begitu badan pesawat ditemukan, tim SAR kemungkinan besar akan memetakan dan memotret puing, seolah lokasi kecelakaan adalah tempat kejadian perkara," tambah Mearns.
Menurut Mearns, jika perairannya dangkal, penyelam bisa langsung mengangkat jenazah dan kotak hitam, tanpa perlu mengerahkan robot bawah laut. "Pihak berwenang tampaknya akan mengerahkan beberapa kapal sebagai pendukung. Kapal-kapal tersebut mengangkut peranti sonar dan peralatan selam, sedangkan sebuah kapal akan bertindak sebagai tempat penampungan jenazah," tandasnya.
Sementara dari pakar oseanorafi, Robin Beaman, yang membantu pemetaan bawah laut untuk pencarian MH370, mengungkap daerah insiden AirAsia memiliki dasar laut yang rata. Di beberapa tempat, dasar laut berupa lumpur kasar, sedangkan di tempat lain tersusun atas pasir dan terumbu karang.
“Proses pengangkatan kemungkinan besar akan jauh lebih mudah ketimbang pencarian laut dalam seperti MH370,” ujarnya.
Senada dengan Mearns, Beaman mengaku Laut Jawa adalah wilayah yang rawan terkena cuaca buruk akibat musim hujan. Penyelam, peralatan, serta kapal penyelamat berisiko terhantam badai yang datang tiba-tiba. “Bisa saja langit cerah, lalu sekonyong-konyong hujan angin,” kata Beaman. (adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Keluarga Penumpang QZ8501: Jika Tidak Ditemukan Kami Menerima
Redaktur : Tim Redaksi