jpnn.com - JAKARTA--Keinginan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy untuk menerapkan moratiorium ujian nasional (UN) didasari karena adanya beberapa kelemahan.
Salah satunya UN cenderung membawa proses belajar ke orientasi yang tidak tepat.
BACA JUGA: Guru Malah Santai saja, kok Tidak Malu
Berdasarkan hasil pengamatannya saat berinteraksi dengan guru di berbagai daerah, Menteri Muhadjir menyampaikan, ada kecenderungan sekolah mengesampingkan atau mereduksi hakikat pendidikan, yakni membangun karakter, perilaku dan kompetensi.
"Sekolah cenderung hanya terfokus pada mata pelajaran yang diberikan pada UN, kurang memperhatikan mata pelajaran lainnya. Bahkan beberapa guru yang mengampu mata pelajaran bukan mata pelajaran UN merasa tidak diapresiasi baik oleh sekolah maupun peserta didik," ungkap Menteri Muhadjjir, Kamis 1/12).
BACA JUGA: Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Dibayar Rp 10 Ribu per Jam
Ditambahkannya, fokus berlebihan pada UN akan menjauhkan dari proses pembelajaran yang mendorong siswa berpikir kritis, analitis.
Dicontohkannya, sebagai proses evaluasi yang bersifat massal, sampai saat ini bentuk instrumen UN adalah pilihan ganda.
BACA JUGA: Miris Banget, Murid Belajar di Tempat Parkir, Kelas Hampir Ambruk
Hal tersebut kurang sesuai dengan upaya pemerintah untuk menghadirkan generasi yang memiliki keterampilan abad 21.
"Saya mengharapkan lebih banyak praktik-praktik yang mendorong siswa mengekspresikan pikiran dan gagasannya, seperti penulisan esai," tandasnya.
Menjawab kekhawatiran yang timbul di masyarakat terkait standar mutu pendidikan nasional, ia menyampaikan bahwa standar nasional pendidikan tetap dilaksanakan, tetapi kewenangannya didesentralisasikan ke daerah sesuai dengan amanat undang-undang.
Lebih lanjut, pelaksanaan ujian sekolah berstandar nasional (USBN) dimaksudkan sebagai upaya pemberdayaan guru melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PTN Minta Dilibatkan Susun Konsep Ujian Pengganti UN
Redaktur : Tim Redaksi