jpnn.com - JAKARTA - Survei Pilkada DKI Jakarta 2017 yang dirilis SMRC baru-baru ini dituding tidak valid oleh sejumlah pihak.
Pasalnya, jika persentase elektabilitas ketiga pasangan calon dan persentase responden yang tidak menjawab/rahasia dijumlahkan, hasilnya lebih dari 100 persen. Tepatnya 100,1 persen.
BACA JUGA: Ini Kata Haji Lulung dan Gerindra Soal Survei Janggal SMRC
Direktur SMRC Sirojudin Abbas membantah tudingan ada kesalahan dalam survei yang dilakukan lembaganya. Menurutnya, angka 100,1 persen tersebut muncul karena ada pembulatan persentase.
"Dalam output analisis frekuensi, SPSS (software statistik) menyajikan persentase satu digit di belakang koma," ujar Sirojudin saat dihubungi JPNN, Sabtu (22/10).
BACA JUGA: Sambangi Kampung Muara, ini yang Diminta Warga kepada Anies Baswedan
Pembulatan, lanjut dia, membuat angka di belakang koma menjadi lebih besar dari sebenarnya. Akibatnya, ketika angka-angka tersebut dijumlahkan secara manual, hasilnya lebih dari 100 persen.
Dia juga mengklaim bahwa penjumlahan angka persentase yang tidak persis 100 persen adalah hal biasa. Karena itu, Sirojudin kembali menegaskan bahwa tak ada yang salah dari survei SMRC.
BACA JUGA: Anies: Pembangunan Fisik, Seni dan Budaya Harus Beriringan
"SPSS tidak salah. Yang salah adalah orang yang menjumlahkan secara manual persentase yang telah dibulatkan dan berharap hasilnya menjadi bulat 100," pungkas dia.
Untuk diketahui, Survei SMRC tersebut memiliki 648 responden. Pasangan Ahok-Djarot dipilih oleh 294 responden (45,5%).
Pasangan Agus-Sylvi berada di tempat kedua dengan pemilih 145 responden (22,4%). Di urutan terakhir ada pasangan Anies-Sandiaga dengan 134 responden (20,7%).
Sementara responden yang menjawab “tidak tahu/rahasia” jumlahnya 75 orang (11.6%). Kalau persentase-persentase tersebut dijumlahkan secara manual, hasilnya adalah 100.1%. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PDIP Terkendala SDM, Tapi Harus Bisa Tampil Ideal
Redaktur : Tim Redaksi