Ini Penyebab Teroris Makin Banyak

Selasa, 19 Januari 2016 – 17:44 WIB
Presidium IPW, Neta S Pane/ dok JPNN

jpnn.com - JAKARTA- Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane menilai salah satu penyebab makin merebaknya aksi teroris dan kian bertambahnya pengikut terorisme adalah dampak dari buruknya pola penangkapan yang dilakukan Densus 88 Anti Teror selama ini. Terutama kata Neta, Densus cenderung bergaya algojo mengeksekusi mati tersangka di lapangan.

"Padahal tugas Polri adalah melumpuhkan dan membawa tersangka ke dalam proses hukum, bukan mengeksekusi matinya di lapangan," kata Neta S Pane, Selasa (19/1).

BACA JUGA: KPK: RJ Lino Mengada-ada

Cara-cara yang dilakukan Densus menyiksa dan mengeksekusi mati tersangka dalam penangkapan, menurut Neta, telah melahirkan dendam kesumat yang luar biasa, terutama terhadap Polri. Di luar dugaan, pola penangkapan ini telah melahirkan sikap simpati untuk ikut "berjihad" melakukan balas dendam, baik dari para keluarga tersangka maupun kelompok-kelompok radikal lainnya. "Tak heran arus keberangkatan para simpatisan kelompok radikal ke Syuriah kian banyak dan diam-diam mereka kembali ke Indonesia setelah bergabung dengan ISIS," ujarnya.

Kasus Bahrun Naim misalnya, semula kata Neta, dia bukan teroris. Naim hanya teknisi komputer yang suka mengkritisi sikap Densus di media-media online Islam. Di tahun 2010 Naim tiba-tiba ditangkap di jalanan dan disiksa. Naim dituduh menyimpan senjata dan peluru. Saat itu juga di facebooknya muncul sikap simpati anak anak muda pada nasib Naim. Mereka mencaci maki Densus. Akhirnya Naim divonis 2,5 tahun.

BACA JUGA: Ini Usulan MPR untuk Cegah Virus Terorisme

Lepas dari penjara ujar Neta, Naim ke Syuriah. Lalu bergabung dengan ISIS. Begitu juga dengan anak Imam Samudra yang masih remaja ke Syuriah. "Akibatnya muncul generasi teroris yang turun-temurun, yang akan menyulitkan bagi bangsa ini untuk mengatasinya. Proses deradikalisasi gagal yang terjadi dendam kesumat kian marak dan menjadi kayu bakar terorisme. Fenomena ini perlu kita cermati semua pihak," kata Neta.

Sebenarnya program deradikalisasi harus sejalan bersinergi dengan program penindakan yang profesional. "Celakanya, masing-masing pihak di jajaran aparat keamanan cenderung mempertinggi egosektoralnya. Akibatnya pelaksanaan tugas di lapangan saling merugikan satu sama lain. Ke depan pinta Neta, bangsa ini perlu pemimpin Densus yang berwawasan luas dan bisa mengendalikan anak buahnya di lapangan agar bertindak profesional," tegas Neta.

BACA JUGA: Fahri Halangi Penyidik KPK, Begini Nih Tanggapan Basaria

Selain itu kata Neta, kendali BNPT yang mengakar ke seluruh unsur yang berhubungan dengan penanggulangan teror perlu ditingkatkan. Sehingga bangsa ini tidak hanya kebakaran jenggot saat aksi teror bom meledak.(fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Belum Putuskan soal Revisi UU Penindakan Teroris


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler