jpnn.com - Satu dari enam tokoh yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Kamis (8/11), adalah Alm Mr Kasman Singodimedjo, dari Provinsi Jawa Tengah.
Dalam catatan yang dikutip dari buku "Profil Penerima Gelar Pahlawan Nasional Dalam Rangka Acara Hari Pahlawan Tahun 2018" yang dirangkum Kementerian Sosial RI, Kasman pernah menjabat penghulu, carik (sekretaris desa), dan polisi pamong praja di Lampung Tengah.
BACA JUGA: Depati Amir, Melawan Penjajahan di Tambang Timah
Dia merupakan tokoh kelahiran Purworedjo, Jawa Tengah pada 25 Februari 1904 dan wafat di Jakarta, 25 Oktober 1982. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman umum Tanah Kusir, Jakarta.
Semasa hidup, dia pernah mengeyam pendidikan di sekolah desa, hingga lembaga pendidikan bernama masa itu, antara lain Holland Indische School (HIS) di Kwitang, Jakarta.
BACA JUGA: Inilah Kisah Pahlawan Nasional Asal Sulbar, Hj Andi Depu
Kemudian pindah ke HIS Kutoarjo, kemudian ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Magelang. Bahkan sempat masuk School Tot Opleiding Voor Indische Artsen (STOVIA) di Jakarta.
Saat di STOVIA inilah dia mulai berorganisasi, dalam hal ini Jong Java. Bersama Syamsuridjal, Ki Musa al-Mahfudz, dan Suhodo, Kasman Singodimedjo mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB) pada 1925. "Dia menjadi ketua umum JIB pada 1930-1935," dikutip dari buku tersebut.
BACA JUGA: Kakeknya Jadi Pahlawan Nasional, Ini Kata Anies Baswedan
Tidak menyelesaikan pendidikan di STOVIA, dia beralih ke Recht Hoge School (Sekolah Tinggi Hukum) Jakarta hingga memperoleh gelar Meester in Richter (Mr). Eksistensi Kasman sejak masa pergerakan nasional, masa pendudukan Belanda, hingga pascakemerdekaan sangat beragam, hingga beliau wafat pada 25 Oktober 1982.
Ternukil dari riwayat perjuangannya, Mr Kasman telah aktif dalam organisasi Muhamadiyah sejak masa mudanya. Sejak 1935, dia telah aktif dalam perjuangan pergerakan nasional, terutama di Bogor yang sekarang markasnya menjadi Museum Perjuangan Bogor.
Pada 1938, Mr Kasman ikut membentuk Partai Islam Indonesia di Surakarta bersama KH mas Mansur, Farid Ma'ruf, Soekiman, dan Wiwoho Purbodihardjoyo. Peran dan pemikiran Kasman berkembang dalam tempaan tokoh-tokoh besar pada saat dia bergabung dengan organisasi JIB.
Dalam organisasi tersebut, dia berhubungan dengan tokoh seperti KH Agus Salim, HOS Tjokrominoto, KH Ahmad Dahlan, Syeikh Ahmad Surkati, Natsir, Roem, Prawoto, dan Jusuf Wibisono. Karena aktivitas politiknya, pada Mei 1940 Kasman ditangkap dan ditahan oleh pemerintahan penjajahan Belanda.
Pada masa pendudukan Jepang, Mr Kasman menjadi komanda PETA Jakarta. Beliaulah salah satu tokoh yang berperan dalam mengamankan pelaksanaan pembacaan Proklamasi 17 Agustus 1945 dan rapat umum IKADA.
Setelah proklamasi dia diangkat menjadi anggota PPKI, salah seorang anggota yang ditambahkan oleh Soekarno untuk mengubah sifat lembaga ini yang semula adalah bentukan Jepang.
"Kasman Singodimedjo merupakan pemersatu bangsa," dinukil dari kesimpulan riwayat perjuangan Mr Kasman di buku tersebut.
Penilaian itu terlihat dalam proses pengesahan Undang-undang Dasar (UUD) 1945. Tepatnya pada rapat PPKI 18 Agustus 1945. Golongan Islam yang diwakili Ki Bagus Hadikusumo sempat menolak proses pengesahan tersebut.
Ini dikarenakan adanya usulan penghapusan tujuh kata yang mewakili aspirasi umat Islam, yakni butir pertama berbunyi "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya".
"Dalam momen kebuntuan itulah beliau hadir sebagai pemersatu antara golongan Islam dan nasionalis. Kasman Singodimedjo yang dari Muhammadiyah dipercaya oleh Soekarno dan Hatta untuk meluluhkan hati Ki Bagus Hadikusumo supaya menerima usulan penghapusan tujuh kata terkait syariat Islam.
Sebab, muncul penolakan dari perwakilan Indonesia bagian timur jika tujuh kata tersebut tetap dipertahankan. Singkat cerita, jadilah pembukaan UUD 1945 seperti adanya saat ini.
Demikian penggalan dari riwayat perjuangan Mr Kasman, tanpa mengurangi perjuangan dia lainnya yang penuh keberanian. Termasuk ketokohannya di militer dan ikut melahirkan, bahkan disebut inisiator lahirnya Tentara Nasional Indonesia (TNI).(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 6 Tokoh jadi Pahlawan Nasional, Termasuk Kakeknya Anies
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam