jpnn.com - JAKARTA - PDI Perjuangan sebagai bagian dari pemerintahan saat ini menganggap upaya memperbaiki nilai tukar rupiah sebenarnya bukan hal sulit. Syaratnya adalah keberanian pemerintah dalam mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) untuk dalam negeri yang diduga masih sarat kongkalikong.
Menurut Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, saat ini rupiah kena imbas dari perang nilai tukar mata uang. Namun, katanya, Indonesia sebagai negara berdaulat bisa memainkan minyak untuk meredam gejolak rupiah.
BACA JUGA: Importir Dorong Pemerintah Beli Obligasi
Hasto menuturkan, saat ini lifting minyak nasional mencapai angka 800 ribu barel per hari. Di sisi lain, katanya, Indonesia justru mengimpor BBM hingga 300 juta barel per tahun.
Hasto pun curiga dengan kondisi itu. Sebab, mestinya minyak dari dalam negeri bisa dipakai sebagai feedstock alias bahan baku kilang-kilang minyak milik Indonesia. “Jadi siapa yang diuntungkan dari ekspor-impor minyak itu?" katanya di Jakarta, Jumat (28/8).
BACA JUGA: "Pertamina Harus Transparan!"
Karenanya juru bicara bagi Joko Widodo-Jusuf Kalla di pemilu presiden itu mendorong pemerintah untuk secepatnya mengeluarkan aturan agar porsi jatah negara dari production sharing contract (PSC) kegiatan eksplorasi minyak harus disetorkan dari perhitungan saat masih dalam bentuk minyak mentah. Sementara porsi kontraktor dalam skema PSC, katanya, sebagian besar bisa langsung dibeli oleh Pertamina dengan harga pasar.
BACA JUGA: Tekan Harga Daging Ayam, Bagaimana Caranya?
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto. Foto: dokumen JPNN
Dengan demikian Indonesia diuntungkan dari skema PSC itu. "Jadi seluruh crude produksi dalam negeri langsung di proses untuk kilang kita," cetusnya.
Namun, katanya, ada tiga instansi penting yang dituntut berani membuat keputusan tegas itu. "Syaratnya, Menteri ESDM, Menteri BUMN dan Dirut Pertamina berani menyatakan seluruh minyak yg diproduksi di Indonesia dipakai untuk kilang minyak dalam negeri," katanya.
Ia meyakini cara itu bisa meredam permintaan pasar terhadap dolar Amerika Serikat (USD). "Pada saat bersamaan jika berbagai hambatan ekspor bisa ditekan, dan mata uang rupiah dipakai untuk seluruh transaksi eksport kita, maka rupiah dipastikan akan menguat. Jadi rupiah untuk rupiah,” pungkasnya.(ara/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 10 Jurus Membuat Waralaba Sukses Ala Signarama
Redaktur : Tim Redaksi