jpnn.com - ADA tanda upaya islah untuk memungkasi konflik di tubuh PPP. Tanda itu mulai nampak, tatkala Ketum PPP Suryadharma Ali meralat penegasan sebelumnya soal dukungannya terhadap pencapresan Prabowo Subianto.
Politisi yang akrab dengan inisial SDA itu mengatakan, koalisi PPP dengan Gerindra belum lah formal, bukan atas nama partai tapi masih bersifat dukungan personal.
BACA JUGA: Saya Siap Melawan
Dia mengatakan hal itu pada Minggu (20/4) malam. Barangkali, sikap melunaknya itu "oleh-oleh" dari Rembang, setelah Minggu pagi bersama Prabowo sowan ke KH Maimun Zubair, selaku Ketua Majelis Syariah PPP.
Soal waktu gelaran untuk upaya islah belum pasti. Entah Selasa (22/4), entah Rabu (23/4), forumnya dinamai pleno. Sebelumnya, Waketum PPP Hasrul Azwar mengabarkan, islah yang akan ditengahi KH Maimun Zubair digelar Selasa.
BACA JUGA: Tes CPNS 2014 Mirip SNMPTN
Nah, apakah upaya islah bakal berhasil? Berikut wawancara wartawan JPNN Soetomo Samsu dengan pengamat yang mendalami tradisi politik nahdliyin dari Universitas Wahid Hasyim Semarang, Agus Riyanto, Senin (21/4).
Bagaimana Anda melihat upaya islah yang akan dimediatori KH Maimun Zubair?
BACA JUGA: Manuver Golkar Harus Dicermati
Soal waktu belum jelas ya. Tapi yang jelas, jika memang terjadi, pertemuan tersebut merupakan langkah yang positif untuk mencegah semakin meruncingnya konflik diantara kedua kubu serta sebagai upaya untuk mencari terobosan mewujudkan islah di internal partai kabah.
Seberapa efektif nanti peran KH Maimun Zubair?
Keterlibatan peran Kyai Sepuh PPP, KH Maemun Zubair seorang ulama besar yang sangat di hormati di kalangan Partai Kabah ini, untuk turun langsung sebagai mediator konflik akan sangat membuka jalan lebar mewujudkan islah diantara dua kubu yang bertikai. Karena bagaimanapun ada semacam nilai-nilai tradisi Islam khususnya yang dianut dalam kalangan pesantren bahwa santri ideal harus selalu mematuhi dan mentaati atau sami’na wa atho’na terhadap semua keputusan, fatwa atau nasehat Kyai. Dengan demikian peran KH Maemun Zubair sebagai tokoh yang dituakan sangat sentral dalam penyelesaian konflik ini.
Yakin akan tercapai islah?
Belum tentu. Potensi Islah antara dua kubu SDA dengan kubu Rommy yang dimediatori KH Maemun Zubair juga akan sangat tergantung pada kebesaran hati masing-masing kubu yang bertikai. Jika mereka masih memiliki komitmen untuk menjadikan PPP sebagai rumah besar umat Islam, maka ukhuwah di dalam partai Kabah ini harusnya lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi atau kelompok dan mematuhi keputusan yang diambil oleh KH Maemun Zubair. Namun sebaliknya jika ego pribadi dan kelokpok lebih mengemuka, maka jalan menuju Islah nampaknya akan sulit terwujud, meskipun upaya rekonsiliasi ini sudah dipandu langsung oleh KH Maemun Zubair.
Lebih besar mana peluangnya, berhasil islah atau gagal?
Saya melihat kedua kubu tetap pada sikapnya, masih ngotot. Kubu SDA tetap bersikeras kubu Romy bersalah dan harus dipecat sebaliknya kubu Romy menyatakan SDA telah berjalan sendiri dalam berkoalisi dan melanggar AD ART sehingga harus “diadili” dalam mukernas.
Mestinya bagaimana agar tercapai islah?
Ya solusi ideal untuk mengakhiri konflik di tubuh partai kabah ini adalah dengan win win solution, dimana kubu Romy tetap harus mengakui dan menempatkan SDA sebagi ketua umum partai sampai muktamar PPP digelar nantinya. Di sisi lain SDA juga harus mau menganulir SK pemecatan terhadap kader PPP dan mengembalikan ke posisi semula. Namun hal ini akan sangat sulit terwujud jika kubu Romy tetap saja bersikeras menuntut SDA menganulir keputusannya berberkoalisi dengan Gerindra mendukung Prabowo sebagai calon presiden.
Apa SDA mau menganulir dukungannya ke Prabowo?
Saya menduga sudah ada “deal-deal tertentu” antara Prabowo dengan SDA yang menyebabkan SDA bertindak cepat mendeklarasikan koalisi dengan Gerindra untuk mendukung Prabowo sebagai capres tanpa berkonsultasi dulu dengan seluruh jajaran pimpinan PPP. Nah di sinilah peran KH Maemun Zubair diperlukan sebagai penengah konflik tersebut.
Jika islah gagal, apa nasib PPP ke depan?
Jika nantinya yang islah tidak terwujud meskipun KH Maemun Zubair sudah turun tangan langsung, maka ini mengindikasikan bahwa ada degradasi nilai dalam partai Islam ini khususnya tradisi kepatuhan kepada Kyai. Fatwa dan tausyiah kyai tidak lagi menjadi acuan dan keputusan yang harus ditaati, dikalahkan oleh ego pribadi dan kelompok. Dan saya kira ini akan sangat kontraproduktif bagi PPP ke depan. Karena konflik ini jelas akan mengganggu konsolidasi partai dalam menghadapi pilpres, di sisi lain rakyat pasti akan muak melihat tontotan konflik yang tidak Islami ini justru disuguhkan oleh elit-elit di partai yang mengklaim sebagai rumah besar umat Islam. ****
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pak Dahlan Cita-citanya Tinggi
Redaktur : Tim Redaksi