Manuver Golkar Harus Dicermati

Kamis, 03 April 2014 – 16:07 WIB
Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - PEMILU legislatif 9 April sudah ada tanda-tanda kalah pamor dengan pilpres Juli mendatang. Hiruk pikuk panggung politik lebih dominan soal pencapresan.

Bahkan, langkah-langkah penjajakan koalisi yang sudah mulai terjadi, sebenarnya juga dalam rangka pencapresan. Seperti Ketum PPP Suryadharma Ali, yang nekat hadir di tengah massa kampanye Gerindra.

BACA JUGA: Pak Dahlan Cita-citanya Tinggi

Namun, langkah Suryadharma, menurut pengamat politik dari UGM Yogyakarta, Arie Sudjito, baru lah manuver-manuver kecil. Begitu pun sindir-menyindir lewat puisi, bukan lah manuver yang menohok.

Menurut Arie, pascapileg, baru lah manuver-manuver akan bersliweran dan akan menarik untuk diikuti.

BACA JUGA: Propaganda Inspirasi dari Sepatu Dahlan

Berikut wawancara wartawan JPNN, Soetomo Samsu, dengan Arie Sudjito, yang juga pakar sosiologi politik itu, Kamis (3/4).

Masa kampanye hampir usai, apa komentar Anda?

BACA JUGA: Hadang BKN, Jangan Terbitkan NIP Honorer Siluman

Pileg kali ini tidak terlalu menarik bagi publik. Ini karena lembaga-lembaga representasi rakyat, seperti DPR, DPRD, DPD, tak cukup memadai kinerjanya. Meski pun pileg tetap jalan, namun terjadi pendangkalan, karena yakin legislatif periode mendatang akan sama saja, tidak akan mampu membuat terobosan-terobosan.

Mengapa elit juga lebih gencar bicara tentang pencapresan, bahkan ada partai yang sudah menggebu-gebu mendeklarasikan capres dan cawapresnya, seperti WIN-HT?
 

Karena sadar pileg kurang diminati, mereka mencari cara untuk jualan partainya dengan cara menonjolkan tokoh-tokohnya. WIN-HT misalnya, itu susah. Tapi mereka ini punya resources, punya uang, punya media. Ini mereka lakukan karena tahu di pileg mereka tidak menarik.

Soal koalisi, apa bisa terjalin dengan basis kemiripan ideologi, seperti dikatakan Jokowi, jika jadi presiden tidak akan sembarangan membangun koalisi. Komentar Anda?

Saya masih meragukan koalisi bisa terbangun dengan kesamaan ideologi, karena ideologi partai juga masih kabur. Tapi paling tidak, pengalaman buruk koalisi dengan bagi-bagi kursi kabinet, akan menjadi pelajaran penting bagi siapa pun presiden yang nantinya terpilih. Koalisi nantinya tak sedangkal yang seperti sekarang, mereka pasti akan lebih selektif.

Di mana posisi partai Islam?

Partai ideologis dalam pengertian formal, seperti PPP, PBB, dan PKS, saya yakin juga tidak gampang membuat blok-blok sendiri. Mereka sendiri masih ragu. Kalau mereka didesak, tetap saja bilang partainya inklusif. Jadi mereka bisa merapat ke mana saja. Antarpartai masih akan terjadi transaksional.

Yakin pilpres lebih menarik dibanding pileg?

Ya, dan sudah pasti pileg dan pilpres tak nyambung. Perolehan suara pileg tak berkorelasi positif dengan perolehan suara pilpres. Bisa saja orang memilih partai A, tapi saat pilpres memilih capres dari partainya B. Orang memilih Golkar, belum tentu memilih Ical saat pilpres. Perolehan suara pileg hanya menjadi syarat formal pengajuan capres.

Bagaimana Anda melihat Demokrat yang belum juga mengumumkan capres hasil konvensinya?

Ini karena Demokrat masih galau. Pertama, pasca SBY ini, Demokrat tidak punya figur internal yang laku dijual. Konvensi dilakukan hanya untuk membangun imej tatkala tak ada figur di internal mereka.

Kedua, goncangan badai yang dialami Demokrat belum bisa pulih. Buktinya, berdasar sejumlah survei, perolehan suara Demokrat masih jeblok. Ini yang membuat mereka galau dan belum berani mengumumkan capresnya. Ketiga, Demokrat memang belum punya arah yang jelas dengan siapa akan berkoalisi. Jadi, mereka takut salah langkah jika mengumumkan capresnya saat ini, sementara belum jelas berapa perolehan suara pilegnya dan dengan siapa akan berkaolisi.

Kira-kira dengan partai apa Demokrat bakal koalisi?

Belum jelas. Mungkin saat ini sedang lirik Golkar, lirik PDIP, lirik Gerindra. Ini karena Demokrat tak percaya diri. Kepercayaan diri Demokrat bisa tumbuh lagi jika pileg nanti perolehan suaranya tidak begitu drop.

Bagaimana Anda melihat Golkar?

Nah, yang harus dicermati memang Golkar. Golkar itu biasanya zik-zak, manuvernya luar biasa. Ke depan ini, akan makin banyak manuver-manuver jangka pendek untuk penjajakan koalisi dan lawan.

Seperti apa bentuk manuvernya?

Ya seperti Suryadharma Ali yang ikut kampanye Gerindra. Itu upaya menanam saham PPP ke Gerindra. Ini nanti akan muncul lagi hal-hal seperti itu dan itu biasa saja. Tapi nanti, manuver-manuver yang lebih riil akan terjadi pascapileg.***

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Banyak Pesawat Hilang tak Ditemukan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler