jpnn.com - MEDAN - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Natuna mengakui Pesawat Hercules menjadi moda transportasi masyarakat untuk penghubung antar daerah. Pasalnya, Pesawat Hercules terbilang murah, ketimbang harga tiket maskapai komersil yang ada.
Hal itu, diungkapkan Kepala Bagian (Kabag) Humas dan Protokol Pemkab Natuna, Helmy Wahyuda. Dia juga mengatakan atas peristiwa Pesawat Hercules C-130 miliki TNI Angkatan Udara (AU) dengan nomor registrasi A1310, yang jatuh di jalan Jamin Ginting, Selasa (30/6). Banyak warga kabupaten Natuna menjadi korban.
BACA JUGA: Rieke Kecewa, Pemerintah Cederai Momen Bersejarah bagi Buruh
"Untuk transportasi di Natuna emang susah. Satu sangat mahal dan kedua harga tiketnya sangat mahal. Kemudian, transportasi langkah," sebut Helmy kepada wartawan di Hanggar Lanud Soewondo, Jum'at (3/7).
Dia menyebutkan Natuna merupakan daerah kepulauan yang ada di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang hanya bisa dijangkau menggunakan pesawat dan kapal laut dari daerah lain, sekitar Kabupaten Natuna.
BACA JUGA: Merasa Sadar Posisi, Prabowo Tak Perlu Mengkritik Jokowi
Jadi, lanjut Helmy untuk transportasi udara, penerbangan di Bandara Ranai Kabupaten Natuna hanya dilalui dua jenis pesawat yakni Wings dan Boeng milik maskapai komersil dengan harga sangat mahal untuk sekali penerbangan dari berbagai daerah.
"Untuk Boeng berkisaran seminggu dua kali dengan harga tiket dari Rp 1.300.000 hingga Rp 1.700.000. Sedangkan Wings hampir sama harganya juga," jelasnya.
BACA JUGA: Pemprov Kepri Janji Berikan Santunan untuk Korban Hercules C-130
Harga tiket tersebut, Helmy menunturkan melalui dari Bandara Hang Nadim, Batam, Kepri dengan jarak tempuh 50 menit hingga 1 jam, 20 menit. "Dengan menumpang pesawat Hercules cukup terbantu lah. Apa lagi hari besar seperti di Bulan Ramadan sangat terbantu kali mengingat harga tiket cukup mahal ke Natuna," tuturnya.
Helmy menyebutkan untuk penumpang pesawat Hercules yang akan turun di Bandara Ranai, Kabupaten Natuna sebanyak 69 orang. "Dengan perincian data yang benar sipil 23 orang. Dari 23 orang mahasiswa 12 orang sisanya, ada orang tua keluarga mahasiswa. Sedangkan, 46 orang lagi merupakan anggota TNI dan keluarganya," urainya.
Dia membenarkan bahwa Pesawat Hercules tidak boleh ditumpangi oleh sipil. Namun, karena transportasi susah dijangkau, mau tidak mau masyarakat Natuna menumpang pesawat yang diproduksi tahun 1964.
"Emang tidak tahu, karena memiliki hubungi dengan anggota TNI. Kemudian, tidak ada yang lain lagi. Jadi naik itu pesawat itu lah," ungkap Helmy.
Kehadiran Helmy di Kota Medan, karena diutus Pemkab Natuna untuk mengkodir pemulangan jasad para korban pesawat Hercules yang berasal dari Kabupaten Natuna."Yang sudah diterbangkan ada 9 orang sipil dari Natuna," katanya.
Disinggung soal harga tiket pesawat Hercules yang kerap ditumpangi oleh warga Natuna. Helmy enggan berkomentar."Kalau itu saya tidak tahu, coba lah tanya sama Lanud Soewondo, Lanud di Pekan Baru dan Lanud di Natuna," imbuhnya.
Dengan kejadian ini, Helmy mengharap ada perhatian dari Pemerintah Pusat untuk moda transportasi di Kabupaten Natuna. Pasalnya, masyarakat Natuna seperti dianaktirikan oleh pemerintah Pusat.
"Kekayaan alam kita sangat berlimpah, jangan lah kita seperti dianaktirikan, kami adalah bagian dari NKRI, jangan lah putra-putri kami menuntut ilmu diluar Natuna menjadi korban seperti ini," tandasnya.(gus/ray/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polri Masih Tunggu Audit BPK Soal KPU
Redaktur : Tim Redaksi