Inilah Bangunan Kantor Penjajah Belanda saat Menguasai Jambi

Rabu, 24 Agustus 2016 – 00:53 WIB
Benteng Tembesi, Bekas Kantor Penjajah Belanda, di Kecamatan Muara Tembesi. Foto: Franciscus/Jambi Independent/JPNN.com

jpnn.com - BELANDA menjajah Indonesia lebih kurang tiga setengah abad lamanya. Tidak heran kalau pemerintah kolonial meninggalkan banyak jejak di bumi pertiwi. Salah satu bangunan kolonial bisa ditemui di Kecamatan Muara Tembesi. Seperti apa peninggalannya?

Franciscus – Muarabulian

BACA JUGA: 48 Tahun Hidup Tanpa Kartu Identitas, Sukaesih Hidup Lontang-Lantung

Kecamatan Muara Tembesi merupakan salah satu diantara delapan kecamatan yang ada di Kabupaten Batanghari. Kecamatan ini dulunya dikenal sebagai pusat pemerintahan kolonial Belanda di Jambi. Jejak pemerintahan belanda di kecamatan ini masih bisa ditemui hingga kini.

Bukti peninggalan belanda itu berupa bangunan yang dikenal masyarakat dengan sebutan Benteng Tembesi. Lokasi Benteng Tembesi ini berada di Kelurahan Pasar Tembesi.

BACA JUGA: Inilah Bus Yang Digunakan Untuk Konvoi ‎Peraih Medali Olimpiade

Benteng Tembesi terdiri dari lebih kurang enam bangunan. Seluruh bangunan itu dibangun Belanda untuk kepentingan mereka.

Bangunan itu berupa rumah sebagai tempat tinggal orang-orang Belanda, penjara  kolonial belanda, gedung bioskop pemerintah kolonial Belanda, sumur tempat mengubur para tentara pejuang, gudang persenjataan dan bangunan-bangunan pendukung lainnya.

BACA JUGA: Sedih, Bersama Dua Balitanya Mencari Suami yang Pergi Bawa Surat Nikah

Benteng Tembesi peninggalan Belanda tidak dibangun seperti layaknya benteng-benteng lain yang terbuat dari bata atau batu-batu yang disusun sebagai tempat bertahan dari serangan musuh. 

Benteng Tembesi justru terbuat dari kayu-kayu keras yang ada di  kecamatan Tembesi. Kayu yang digunakan untuk membuat rumah-rumah dalam kompleks benteng tersebut berasal dari pohon Tembesu dan Bulian, dua jenis pohon khas kabupaten Batanghari. 

Alas benteng tersebut tidak dibangun secara permanen karena tujuan utama pembangunan benteng hanya untuk dijadikan kantor pemerintahan kolonial Belanda.

Pada saat itu seluruh tempat di provinsi Jambi hampir dikuasai oleh tentara belanda. “Kisah yang saya dengar seperti itu, Kebetulan ayah saya merupakan Tentara Keamanan Rakyat pada masa itu,” kata Lagua.

Orang tua Lagua merupakan satu-satunya pelaku sejarah Benteng Tembesi yang masih hidup sampai saat ini. Pria bernama lengkap Baktiarudin Sutan Batua itu kini berusia 96 tahun. 

“Bapak tahu persis tentang sejarah Benteng Tembesi. Cuman karena usianya yang sudah tua, sekarang sudah banyak lupa,” beber Lagua.

Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, awalnya benteng ini didirikan sebagai tempat kediaman dan  perkantoran  penjajah Belanda. Karena letaknya yang tinggi, benteng ini juga dijadikan tempat bagi Belanda untuk mengintai musuh.  

Benteng Tembesi diperkirakan dibangun pada tahun 1916 setelah belanda berhasil menguasai Muara Tembesi pada Tahun 1903. Belanda kemudian menjalankan aktivitas militer dan  pemerintahan di Kecamatan Muara Tembesi. 

Tujuannya untuk tidak lain untuk menghancurkan dan membunuh sultan Thaha Saifuddin beserta pasukannya yang telah dipukul mundur dan bertahan Kabupaten Muara Tebo.

Sejak saat itu kecamatan Muara Tembesi menjadi basis langsung serta pusat pemerintahan kolonial Belanda. Setiap pejuang yang menentang pemerintah belanda akan dijebloskan ke dalam penjara yang ada dilokasi bahkan tidak sedikit yang dieksekusi dengan cara dibunuh. 

Penderitaan dan kesengsaraan terus menerus dirasakan oleh penduduk dan para pejuang. Setelah gugurnya sultan Taha Saifuddin, perjuangan melawan belanda tidak lagi teroganisir dengan baik dibandingkan dengan saat sultan Taha Saiffudin masih memimpin. Keadaan yang berat dibawah penjajahan pemerintahan Belanda berlangsung sampai pada tahun 1942. 

Pada Tahun 1942, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang dan benteng Tembesi dikuasai oleh tentara Jepang.

Penderitaan rakyat Batanghari di bawah penjajahan Jepang lebih berat dibandingkan ketika Belanda yang menduduki benteng tersebut. Semua pejuang dan tentara republik yang tertangkap oleh tentara Jepang dimasukan kedalam sumur yang ada dalam benteng tersebut.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, menandai berkhirnya kekejaman tentara Jepang di Muara tembesi dan sekitarnya. Tentara Keamanan Rakyat (TKR) menyerang dan merebut benteng tersebut kemudian menjadikanya sebagai basis pertahanan serta asrama bagi para tentara pejuang. Seluruh pasukan Jepang mundur tanpa ada yang tersisa satupun di benteng tersebut. 

Pada saat agresi militer Belanda II, ke seluruh wilayah republik Indonesia, Benteng Tembesi kembali dikuasai oleh tentara Belanda. Mereka mengusir seluruh tentara keamanan rakyat dari benteng tersebut .

Keberhasilan upaya diplomatik yang dilakukan pemerintah pusat ikut berdampak pada keadaan di wilayah Muara Tembesi. Pasar Tembesi yang menjadi kompleks benteng Tembesi dikembalikan kepada pemerintah Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda. 

Penerima pengembalian tempat tersebut dilaksanakan langsung oleh Muhammad Hatta sebagi wakil presiden republik Indonesia saat itu. Beliau menemui langsung pimpinan militer yang bertugas di kawedanan Muara Tembesi, dalam bahasa belanda tempat tersebut dikenal dengan istilah kontrouler. 

Setelah terjadinya penyerahan kedaulatan oleh pemerintah Belanda, kawasan benteng di sekitar Pasar Tembesi yang menjadi pusat pemerintahan yang ruang lingkupnya sangat luas. 

Penyerahan kedaulatan dilaksanakan dengan sebuah upacara yang dilaksanakan di kawedanan. Kawedanan juga dijadikan tempat penyerahan kedaulatan seluruh wilayah sumatera dari pemerintah Belanda kepada pemerintah Republik Indonesia. 

Benteng Tembesi sendiri selama ini belum digarap pemerintah sebagai destinasi wisata di Batanghari. 

Iskandar, Kepala Disporapar Batanghari mengatakan pihaknya baru sebatas melakukan identifikasi atas benteng tersebut. Rencananya Benteng Tembesi ini akan dijadikan destinasi wisata bersejarah pada tahun-tahun mendatang. (*/sam/jpnn) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Raja Kelas Terbang yang Tak Terkalahkan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler