jpnn.com - NARKOBA jenis LSD (lysergic acid diethylamide) kembali tenar, pascakasus Outlander Sport maut di Jalan Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Karena LSD inilah, si pengemudi Outlander Christopher Daniel, 22, kehilangan orientasi hingga menyebabkan empat nyawa melayang.
BACA JUGA: Honorer Hanya Ingin Jadi PNS, Bukan PPPK
Kabag Humas BNN, Sumirat Dwiyanto, mengatakan LSD bukan narkotika jenis baru. Kemunculannya pada tahun 1947. Saat itu dipakai oleh para psikiater untuk pengobatan pasien gangguan jiwa.
”Berkembang ke sini, terjadilah yang namanya penyalahgunaan, disalahgunakan untuk orang-orang yang berkeinginan mencari fantasi dan sebagainya karena sifatnya yang menghasilkan halusinogen atau halusinasi,” ujar Sumirat.
BACA JUGA: Dana Talangan Lapindo di RAPBNP 2015 Berbentuk Piutang
LSD marak di Eropa, tetapi di Indonesia masih sangat langka. Namun BNN bersama aparat Bandara Soekarno-Hatta pernah mengungkap penyelundupan barang haram ini pada 2013 lalu. Ketika itu, sindikat asal Hongkong membawa 100 lembar LSD dari Belanda.
Satu lembar LSD berbentuk persegi dengan ukuran 20x20 cm dan memiliki isi 160 keping. Satu keping berukuran sekitar 0,5 x 0,5 cm. Tebalnya seperti kertas karton. ”Jadi, waktu itu ada 1.600 keping yang kita amankan,” ujar Sumirat juga.
BACA JUGA: Jokowi Tolak Grasi Kelompok Bali Nine, Ini Reaksi Australia
LSD digunakan dengan menempelkannya di lidah, kemudian larut. Efek dari LSD adalah halusinasi dan juga salah persepsi indera. Dari efek halusinasi, si pemakai LSD umumnya akan mengalami disorientasi ruang dan waktu.
”Orang jadi tidak bisa membedakan jarak, masih jauh atau sudah dekat. Misalnya kalau dia mengemudi, sudah dekat, tetapi dia masih injak gas terus,” kata Sumirat di kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur.
Efek halusinasi LSD, sama dengan sabu sabu. BNN pernah menangani kasus pesawat yang sayapnya menyenggol pesawat lain saat parkir. Setelah diselidiki, ternyata pilotnya mengonsumsi sabu =sabu.
”Si pilot bilang sendiri, tidak dapat melihat apakah ini masih jauh apa sudah dekat. Akhirnya dia serahkan ke ko-pilotnya. Kan bahaya sekali kalau pilot begitu," ujar Sumirat.
Selain itu, efek lain halusinasi yang diakibatkan LSD adalah tidak bisa membedakan waktu, apakah masih pagi, siang, sore, atau malam. Sementara itu, efek LSD yang mengakibatkan salah persepsi indera, misalnya, gangguan pada pengelihatan.
”Misalnya kalau pengelihatan orang normal (saat itu dia melihat) kucing, dia (pengguna LSD) bisa misalnya melihat itu harimau, atau hal yang tidak sesuai dengan yang dilihat orang normal," ujar Sumirat.
LSD juga bisa menyebabkan orang menjadi paranoid serta bisa mempercepat proses denyut jantung dan tekanan darah.
”Kalau denyut jantung kencang, pasti bisa keram jantung dan pembuluh darah pecah dan sebagainya, sampai pada kematian, dan juga bisa paranoid,” ujar Sumirat.
Pengguna pada umumnya akan mengalami gejala halusinasi pada 30 menit sampai 60 menit pemakaian pertama. Gejala tersebut, lanjutnya, akan berlangsung sekitar enam sampai delapan jam. (dni)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Eksekusi Mati Kelompok Bali Nine, Hubungan Indonesia dan Australia tak Terganggu
Redaktur : Tim Redaksi