Inilah Mantra Baru Bikin Bingung Maling, Beredar Hingga Pantai Selatan

Rabu, 20 Mei 2020 – 08:25 WIB
Warga lereng Gunung Andong di Dusun Mantran Wetan, Girirejo, Ngablak, Magelang, ronda untuk mencegah kejahatan di masa pandemi COVID-19. Foto: ANTARA/HO-Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang

jpnn.com, MAGELANG - Dampak pandemi COVID-19 juga dirasakan dalang muda wayang kontemporer dari Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sih Agung Prasetyo.

Sudah tidak ada lagi order pementasan. Dia menyibukkan diri dengan menggarap pekarangan di samping rumahnya di Dusun Sudimoro, Desa Baleagung dengan ditanami hortikultura.

BACA JUGA: Mendagri Tito Karnavian: Ada Apa, kok Bali Bisa Turun?

Tentu saja sambil momong anak semata wayangnya yang masih balita.

Entah karena disergap bosan karena lama tinggal di rumah atau sedang mengisi asyik saat ronda bersama warga setempat sebagaimana desa-desa lainnya di kawasan dekat Gunung Andong itu, ia membuat rapalan antimaling.

BACA JUGA: Data dari Dokter Anang Bisa Bikin Terhenyak Warga Probolinggo, Ya Tuhan

Rapalan dari kata rapal, yang artinya mengucap atau membaca yang disiratkan sebagai mantra.

Isu aksi maling dan kecu memang gencar menimpa warga, terutama berseliweran melalui jejaring media sosial di tengah pandemi virus itu, sehingga mereka ronda.

BACA JUGA: Disebut Menteri Pecatan, Seperti Ini Reaksi Rizal Ramli, Alamak!

Sih Agung menciptakan rapal kontemporer antimaling lalu merekam dengan telepon pintarnya suara rapalan itu.

Hasil rekaman berdurasi 45 detik itu dikirim ke grup percakapan tertutup medsos.

Kawan-kawannya di kalangan seniman petani Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) yang menyimak rekamanan lalu merespons dengan aneka emotikon dan ungkapan tanda tawa lainnya.

Mereka menganggap rapalan antimaling tersaji di grup percakapan itu sebagai gojekan segar sang dalang di tengah pandemi.

"Sring sring sring, cublak cublak suweng cublak e wong andheng-andheng mlaku ngalor ketemu kucing gering. Rasido, mbalik ngidul meneh, tekan kidul ono ing jagat kidul kono, ono macan tutul ditembak mumbul-mumbul. Bali jagat wetan, jagat wetan opo to isine jagat wetan. Ing kono ono manuk gagak, ora sido meneh. Ketemu ono ing jagat kulon. Isine opo to isine jagat kulon, isine jagat kulon ono wong ngobong bata mubyar-mubyar mbenem telo, njogo maling," begitu rapalan itu.

Terjemahan bebas rapalan itu, kira kira ada sosok dengan tahi lalat berjalan ke utara bertemu kucing gering, ke selatan bertemu macan tutul melanting karena ditembak.

Ia ke arah timur bertemu manuk gagak sehingga urung, lalu ke barat bertemu orang-orang membakar batu bata dengan api berkobar-kobar dipakai juga untuk membakar singkong, sambil ronda maling.

Sih Agung kondang di jagat pedalangan karena pementasan wayang kontemporer berupa dunia serangga yang diciptakan sahabatnya, seniman kawasan Gunung Merapi-Merbabu di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Sujono.

Belakangan diketahui bahwa sang dalang sejak lebih tiga bulan terakhir tak keluar rumah karena mata kanannya timbilen (hordeolum) tak kunjung sembuh.

Hingga pemeriksaan terakhir oleh dokter, beberapa hari lalu akhirnya pulih.

Ketika sudah pulih itulah, ia telah "terjerat" kepatuhan terhadap imbauan pemerintah untuk mencegah penularan COVID-19 dengan tinggal di rumah.

Di sejumlah grup percakapan Whatsapp, rapalan antimaling dalang Sih Agung juga beredar, termasuk di sekelompok warga dusun di kawasan Pantai Selatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ronda pun diselenggarakan. Setiap malam warga berkumpul di pemukiman masing-masing untuk ronda, antisipasi ulah maling sebagaimana kabar diperoleh melalui medsos. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler