Inilah Satu-satunya Daerah Punya Perbup Penanggulangan Bunuh Diri

Senin, 14 Agustus 2017 – 08:30 WIB
Mayat. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, GUNUNGKIDUL - Keberadaan Tim Pencegahan Bunuh Diri dinilai belum dirasakan merata oleh masyarakat Gunung Kidul, DI Jogjakarta.

Situasi itu sedikit banyak diakui oleh tim. Namun, upaya untuk mencapai target yang dipasang tim pencegahan bunuh diri dinilai mulai berjalan.

BACA JUGA: Mitos Munculnya Bola Api Pemicu Aksi Bunuh Diri

Anggota tim pencegahan bunuh diri Ida Rochmawati menyatakan, pemkab sejatinya sudah memperhatikan dan serius untuk menangani kasus yang menstigma Gunung Kidul selama ini.

Keberadaan Satgas Berani Hidup, yang dilanjutkan dengan tim pencegahan bunuh diri adalah bukti keseriusan dari Pemkab.

BACA JUGA: Anggota Paspampres Meninggal Dunia, Konon Akibat Bunuh Diri

“Tolong ini dicatat, Gunung Kidul adalah satu-satunya kabupaten yang punya peraturan bupati terkait penanggulangan bunuh diri. Ini sudah bergerak, cuma memang belum sinergi,” kata Ida kepada Jawa Pos.

Perempuan yang juga satu-satunya psikiater di Gunung Kidul itu menyebut, yang dilakukan saat ini adalah deteksi dini terkait faktor resiko bunuh diri.

BACA JUGA: Kirim SMS Semangati Pacar Cepat Bunuh Diri, Ya Ampuuun…Terjadilah

Dari beberapa kesempatan, dirinya mengunjugi langsung masyarakat, termasuk tokoh agama untuk menyosialisasikan deteksi dini itu. “Kami bersama Imaji juga, menyampaikan sosialisasi motto Lihat, Dengar, dan Hubungkan,” kata Ida.

Ida yang datang ke Gunung Kidul sebagai dokter PTT, 17 tahun lalu itu menerangkan, motto itu adalah konsep sederhana agar mayarakat paham melakukan deteksi dini perilaku bunuh diri.

Masyarakat dalam hal ini diminta untuk melihat, apakah ada anggota masyarakat lain yang memiliki perilaku berbeda dari kebiasaan. Jika melihat, masyarakat diminta mendatangi anggota itu, atau setidaknya bertanya kepada anggota masyarakat lain terkait perubahan perilaku yang dimaksud.

Pada akhirnya, masyarakat diminta menghubungkan anggota masyarakat berperilaku beda itu kepada pihak terkait. “Menghubungkan itu ke tenaga medis ya, bukan ke dukun,” ujar perempuan asal Malang itu.

Jika bicara efektivitas dari program itu, Ida menilai bahwa hasil akhir yang dibawa tim itu tergantung pada tujuannya. Target yang diinginkan tim pencegahan bunuh diri adalah membuat masyarakat lebih peduli, untuk kemudian ikut terjun berperan dalam upaya deteksi dini.

Dalam arti, upaya deteksi adalah upaya pencegahan dengan menumbuhkan lebih dulu kepedulian masyarakat.

“Kalau targetnya tim dibilang untuk menurunkan angka bunuh diri, itu sesuatu yang absurd. Karena kematian adalah sesuatu yang tidak bisa kita ramal,” ujarnya.

Dari upaya itu, Ida menilai langkah yang dilakukan tim pencegahan bunuh diri sudah menunjukkan hasil. Indikatornya adalah tingkat partisipasi masyarakat yang melihat kasus ini sebagai masalah medis, sosial dan budaya, bukan hanya terkait mitos.

Selain itu, Ida juga menyebut ada peningkatan rujukan anggota masyarakat ke sejumlah puskesmas, untuk meminta konseling kejiwaan.

“Sekarang banyak puskesmas di Gunung Kidul yang menjadikan layanan kesehatan jiwa sebagai unggulan. Seperti di Wonosari, Paliyan dan Rongkop. Jadi progressnya bukan pada menurunnya angka bunuh diri, tapi kepedulian masyarakat dan tingkat rujukan meningkat,” tandasnya. (bay)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bunuh Diri Lompat dari Kapal Berlayar, 3 Hari Belum Ditemukan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler