Inilah Sejumlah Bisnis yang Terpukul Beroperasinya Tol Pemalang-Batang

Rabu, 12 Juli 2017 – 09:12 WIB
Ditutupnya jalan tol fungsional untuk sementara sejak H+1, memberikan keberkahan bagi pedagang di IBC dan Pasar Grosir Setono. Karena dipadati pengunjung yang bebelanja. Foto: M. AINUL ATHO'/RADAR PEKALONGAN

jpnn.com, PEKALONGAN - Pengoperasian tol fungsional Pemalang-Batang pada musim mudik lebaran tahun ini berdampak pada pendapatan pedagang kecil, pengusaha dan penjual batik, hingga bisnis perhotelan.

Pasalnya, sebagian besar pemudik memilih lewar ke jalur tol fungsional Pemalang-Batang.

BACA JUGA: BPH Migas Minta Pertamina Tetap Jual Premium

Rencana solusi mengantisipasi hadirnya tol yang sudah disusun belum sempat dilaksanakan, tol terlebih dulu difungsikan.

Meski hanya berstatus fungsional, dampaknya langsung terasa meski belum signifikan. Namun kondisi itu dapat menjadi peringatan seluruh stakeholder yang berkepentingan.

BACA JUGA: BNI Syariah Realisasikan Sindikasi Pembangunan Tol Pemalang Batang

Mardi misalnya, pedagang di depan Masjid Al Karomah Tirto yang membuka kios kecil tersebut mengaku merasakan perbedaan antara musim mudik tahun 2016 dengan tahun ini.

"Bedanya terasa. Tahun ini lebih sepi, paling hanya motor yang berhenti istirahat disini. Biasanya mobil-mobil juga banyak," tuturnya.

BACA JUGA: Nasib Pedagang Batik Pekalongan setelah Ada Tol Pemalang-Batang

Disamping membuka kios kecilnya diatas trotoar, momentum mudik juga dimanfaatkannya untuk membuka warung makan dengan berbagai menu mulai dari lamongan, hingga soto khas Pekalongan.

"Contohnya minuman-minuman ini masih sisa banyak. Biasanya habis. Kalau warung makannya masih lumayan, banyak pemudik yang pakai sepeda motor yang mampir kesini.Yang jelas memang ada bedanya. Informasinya karena ada jalan tol jadi banyak yang lewat jalan tol," katanya lagi.

Penurunan pendapatan antara musim mudik tahun 2016 dengan tahun ini juga dirasakan SPBU yang berada di Jalur Pantura.

SPBU 44.511.02 Tirto mencatat, tahun 2016 sejak H-7 penyediaan BBM naik sampai 50 kilo liter (KL) per hari dari stok normal sebanyak 23 KL per hari. Namun tahun ini, kebutuhan BBM hanya mencapai 42 KL per harinya.

"Kalau tahun lalu itu sejak H-7 terjadi kenaikan kebutuhan, sehingga kami tambah stok dari 23 Kl per hari menjadi 50 KL per hari. Namun masuk arus balik, kebutuhan stok kembali normal. Tahun ini, kebutuhan stok sejak H-7 berkurang menjadi 42 KL per hari. Namun kebutuhan dengan jumlah tersebut bertahan sampai arus balik hingga H+7. Perbedaannya seperti itu," terang Pengawas SPBU Tirto, Maryono.

Begitu juga di SPBU 44.511.04 Jalan Merdeka, meski tetap mengalami kenaikan konsumsi namun jika dibandingkan musim mudik tahun lalu, kebutuhan BBM di SPBU Merdeka selama mudik tahun ini turun signifikan.

"Tetap ada kenaikan kalau dibandingkan stok harian dengan stok selama mudik tahun ini, meski hanya sedikit. Tapi kalau dibandingkan mudik tahun lalu, justru ada penurunan. Dampak adanya tol memang dirasakan," terang Manajer SPBU Merdeka, Tri Paryono.

Ia mengistilahkan, musim mudik tahun ini Jalur Pantura Kota Pekalongan tidak seheboh tahun lalu. Hal itu ia perhatikan dari kondisi antrean kendaraan maupun keramaian di SPBU selama musim mudik.

"Dari jumlah kebutuhan stok menurun. Kemudian keramaian di sini juga tidak seperti mudik tahun lalu," tambahnya, seperti diberitakan Radar Pekalongan (Jawa Pos Group).

Yang paling vokal bersuara atas kondisi tersebut adalah pengelola dan para pedagang batik di Pasar Grosir Setono.

Data dari Pengelola Pasar Grosir Setono, perbandingan antara musim mudik tahun 2016 dengan tahun 2017 sangat jauh.

Saat mudik, penurunan omset mencapai 80 persen dibandingkan mudik tahun lalu.

Saat arus balik, penurunan tetap dirasakan meski lebih tinggi yakni 50 persen. Data itu memang masih menjadi pertanyaan sejumlah pihak.

"Pedagang merasakan betul dampaknya. Penurunan pendapatannya mencapai 80 persen saat mudik, dan 50 persen saat arus balik," tegas Ketua Pengelola Pasar Grosir Setono, Dzul Ilmi.

Pernyataan itu didukung pengakuan dari sejumlah pedagang yang memang merasakan adanya penurunan omset selama mudik tahun ini.

Padahal, musim mudik menjadi salah satu momentum yang dinanti para pedagang batik disana untuk meraup untung besar.

Belum lagi pendapatan potensi pendapatan hotel di Kota Pekalongan. Libur Lebaran, menjadi salah satu momentum 'high season' yang sudah ditunggu para pengusaha hotel.

Tahun lalu, selama H-5 hingga H+7, hotel di Kota Pekalongan full. Tahun ini, dari rentang waktu tersebut ada tiga hari dimana okupansi hotel hanya terisi 35 persen. Akibatnya, ada potensi pendapatan mencapai ratusan juta yang tidak tercapai.

Dari catatan Dishub Kota Pekalongan, memang terjadi penurunan jumlah kendaraan yang melintas di Jalur Pantura.

Tahun 2016, total kendaraan yang melintas di Kota Pekalongan tercatat sebanyak 783.823 kendaraan selama arus mudik dan arus balik.

Tahun ini, terjadi penurunan 6,4 persen dimana jumlah kendaraan yang melintas tercatat sebanyak 736.600 kendaraan selama arus mudik hingga arus balik.

Ditambah perkiraan pertumbuhan kendaraan mudik setiap tahunnya, kemungkinan penurunan jumlah kendaraan yang melintas dapat melebihi data yang tercatat oleh Dishub.

Mungkin tidak semua stakeholder dan pelaku ekonomi merasakan dampak yang sama. Hadirnya tol juga memberikan solusi atas padatnya arus lalu lintas di Jalur Pantura Kota Pekalongan.

Namun mulai munculnya kekhawatiran tersebut harus diantisipasi dengan langkah-langkah yang tepat agar Kota Pekalongan tidak dilupakan.

Karena berdasarkan informasi dari PT Pemalang Batang Tol Road (PBTR), akhir tahun 2017 tol Pemalang-Batang ditargetkan resmi beroperasi.(nul)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sedih, Brebes Jadi Kota ‘Mati’


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler