Inilah Siaran Terakhir Radio Pemberontakan Bung Tomo dari Jalan Mawar

Senin, 09 Mei 2016 – 16:28 WIB
Plakat ini membuktikan bahwa rumah bekas kantor rahasia Radio Pemberontakan-nya Bung Tomo di Jalan Mawar adalah bangunan cagar budaya yang mestinya dilindungi negara. Foto: Public Domain.

jpnn.com - BILA rindu mendengar pidato Bung Tomo yang legendaris itu, klik saja di youtube. Tapi, jangan harap bisa melepas rindu melihat kantor Radio Pemberontakan, tempat Bung Tomo menyiarkan pidato itu! Bangunannya baru saja diruntuhkan.   

Sekadar beromantisme, inilah siaran terakhir Radio Pemberontakan dari kantor rahasianya di Jalan Mawar…

BACA JUGA: In Memoriam Kantor Radio Pemberontakan Bung Tomo

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

Tiga hari setelah memborbardir kota Surabaya sejak 10 November 1945, akhirnya tentara Sekutu  berhenti. Orang-orang yang tadinya tak berani keluar rumah mulai menampakkan batang hidung. 

BACA JUGA: Ketika Jenderal Soedirman Ikut Aksi May Day

Hari itu kantor rahasia Radio Pemberontakan di Jalan Mawar kedatangan seorang tamu penting; seorang dokter yang bertugas sebagai kurir.

Kurir rahasia yang menghubungkan para pejuang di gelanggang pertempuran dengan awak redaksi Radio Pemberontakan tersebut meminta K'Tut Tantri, penyiar Radio Pemberontakan meninggalkan Surabaya.

BACA JUGA: Legenda Pelaut Terpanjang di Dunia

"Kami telah merencanakan untuk membawamu ke pemancar di Bangil. Berangkat nanti malam dengan dikawal oleh tentara," kata dokter--yang tak disebut namanya itu. 

K'Tut Tantri bersitahan. Memohon waktu sehari lagi di Surabaya. Dokter pun mengamininya.

Siaran Penghabisan

Perempuan bule anak angkat Raja Bali itu lantas bergegas menemui konsul diplomatik asing yang berada di Surabaya; Denmark, Swiss, Rusia dan Swedia. 

"Kuminta mereka agar bersedia membantu mengisi siaran malam itu sebagai protes terhadap pemboman," tulis K'Tut Tantri dalam Revolt In Paradise, cetakan pertama bahasa Indonesia, April 1964.

Saat itu, Bung Tomo selaku pucuk pimpinan Radio Pemberontakan sedang berada di Malang--membangun pemancar baru di sana. 

Studio di Jalan Mawar dipercayakan sepenuhnya kepada K'Tut Tantri. Karena sudah akan ditinggalkan, Tantri mengundang para diplomat asing ke kantor rahasianya untuk siaran terakhir.  

Dalam siaran berbahasa Inggris malam itu, Tantri mendorong para diplomat itu mengemukakan pendapat negara mereka masing-masing menyikapi tindakan tentara Sekutu yang menggila di Surabaya.

"Protes jang paling keras di antara semua jang kuinterviu adalah Rusia," tulis Tantri. "Sehari setelah siaran konsul-konsul asing, kami menutup pemantjar Radio Pemberontakan di Surabaja."

Studio di Jalan Mawar itu dikosongkan. "Perlengkapan pemantjar disimpan di sebuah rumah jang tersembunyi letaknja," kenang Tantri.

Kantor utama Radio Pemberontakan sudah tutup. Apakah radio perjuangan itu berhenti siaran? 

Dari Bangil, Radio Pemberontakan mengudara dalam bahasa Inggris. Melalui pemancar rahasia di Malang, Bung Tomo tiap malam cuap-cuap meneriakkan pekik merdeka!

"Sekali atau dua kali dalam seminggu, dia (Bung Tomo--red) datang ke Bangil untuk bersama-sama dengan kami mengadakan siaran," demikian Tantri.

Nah, dampak siaran terakhir Radio Pemberontakan di Jalan Mawar, malam itu meluas. 

"Pemantjar-pemantjar di negara lain jang menangkap siaran ini, menjiarkan kembali kepada para pendengarnya. Surat kabar dari pelbagai negara jang berdjauhan membuat teksnja dan memasukkannja dala tadjuk rentjana," ungkap Tantri. 

Apa kabar kantor rahasia Radio Pemberontakan di Jalan Mawar? Apa boleh buat, untuk kepentingan bisnis, bangunan bersejarah yang membangun semangat pemberontakan rakyat Surabaya itu baru saja diruntuhkan. (wow/jpnn)

Baca: In Memoriam Radio Pemberontakan 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Inilah Mitos Borobudur yang Diyakini Sebagai Kebenaran Sejarah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler