jpnn.com - LANGARA - Pekerjaan rumah pemerintah di Konawe Kepulauan (Konkep), Sulawesi Tenggara ternyata sangatlah besar. Selain urusan infrastruktur, peningkatan sumber daya manusia juga jadi prioritas. Bagaimana generasi muda Konkep bisa maju dan sejajar dengan daerah lain, jika dari sektor pendidikan mereka kesulitan mendapatkan tenaga guru.
Di SMP 3 Wawonii Barat misalnya, hanya punya 1 guru yang kemudian merangkap jadi Kepala Sekolah. Ia adalah Dra Wa Oki.
Untungnya, ia tak kehabisan akal. Wa Oki berupaya mencari guru tidak tetap (GTT) sebanyak mungkin. Saat ini, ada 10 orang guru berstatus magang ikut bergabung menjadi tenaga pengajar di sekolah yang terbilang jauh dari Langara, ibu kota kabupaten itu.
BACA JUGA: Masih Ditemukan Disdik Minta Setoran ke Guru
Selain penduduk asli yang mengabdikan sebagai tenaga pengajar, Wa Oki memberikan insentif buat GTT tersebut dari dana BOS. "Tahun pertama kami berikan insentif disesuikan dengan dana BOS yang ada. Maklum, kami terima dana BOS disesuikan dengan jumlah siswa. Meski begitu, para guru GTT ini terus mengabdikan dirinya karena merasa ikut bertanggung jawab sebagai putra daerah," ceritanya saat ditemui di sekolahnya seperti yang dilansir Kendari Pos (Grup JPNN.com), Jumat (29/8).
Ia menambahkan, setelah memasuki tahun ajaran selanjutnya, siswa bertambah dan akhirnya berjumlah 35 orang. Dengan didukung tiga ruangan belajar, maka tiap kelas ditempati siswanya bervariasi. Untuk
kelas tujuh sebanyak 12 orang, kelas delapan sebanyak 8 orang dan untuk kelas sembilan 14 orang." "Saat ini sudah lumayan kami dapatkan dana BOS sehingga GTT kami berikan insentif Rp 200 ribu tiap bulannya, dan diterima itu nanti pertriwulan,"bebernya.
Menurut Wa Oki, sebelumnya ada dua guru PNS di sekolah itu, namun keduanya sudah pindah. Satu-satunya guru PNS yang ada adalah dirinya. "GTT tidak mungkin selamanya akan mengajar di sekolah kami. Karena mereka juga mau mencari masa depannya untuk menjadi guru PNS. Karena itu, kami sangat berharap kepada Pemprov maupun Pemkab Konkep untuk memperhatikan nasib guru. Apalagi saat ini bertepatan dengan penerimaan PNS," katanya.
Kendala utama sampai di sekolahnya adalah infrastruktur. Ia menerangkan, untuk bisa mengakses ke SMP 3, dari ibu kota kabupaten selain jarak tempuhnya kurang lebih tujuh kilo meter, jalannya rusak parah dan bergunung. "Jalan berlubang dan belum diaspal dan kalau hujan licin serta musim kemarau banyak debu," keluh Wa Oki, putri Muna yang mengaku menjadi guru di Wawonii sudah 15 tahun lamanya.
Salah seorang GTT, Irwanto SPd mengaku dirinya mengajar di SMP 3 Wawonii Barat itu baru sekitar satu tahun lalu." Meski cukup menantang karena kondisi jalan tidak bagus serta jarak tempuh yang jauh, dirinya mau mengabdikan dirinya. "Sarana dan prasarana harus diperhatikan pemerintah agar siswa termotifasi untuk bersekolah disini," jelasnya. (yaf/awa/jpnn)
BACA JUGA: Guru dan Dosen Tidak Harus Sarjana
BACA JUGA: Tujuh Ribu Guru Belum Miliki Nomor Identitas
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wali Murid Protes Jadi ATM Sekolah
Redaktur : Tim Redaksi