Innalillahi, Sang Mata-mata Meninggal Dunia

Sabtu, 11 Maret 2017 – 00:07 WIB
Foto Melan Wasito di samping jenazahnya di rumah duka. Foto: USAY NOR RAHMAD/RADAR SAMPIT/JPNN.com

jpnn.com, KOTAWARINGIN TIMUR - jpnn.com - Seorang Pahlawan Kemerdekaan di Kotawaringin Timur (Kotim), Kalteng, Melan Wasito, tutup usia. Duka mengiringi kepergian ‘sang mata-mata’.

DEVITA, Sampit

BACA JUGA: Innalillahi, Ibunda Wali Kota Batam Tutup Usia

Melan Wasito tutup usia sekitar pukul 13.55 WIB, Kamis (9/3).

Veteran kemerdekaan di Kotim itu mengembuskan napas terakhirnya di ICU RSUD Murjani Sampit. Dua hari terakhir Mbah Melan, sapaan akrabnya, sedang sakit.

BACA JUGA: Ajak Bu Eni ke Pantai, Pak Kampro Kejang-Kejang

Sri Murpuyani, anak ke-4 Mbah Melan, menyebut sakitnya tak tergolong parah. Demam dan batuk berdahak yang mengurangi nafsu makannya. Disertai gula darah yang rendah.

Mbah Melan sempat dibawa ke RSUD Murjani Sampit pada Kamis pada pukul 09:00 WIB. Dua jam berada di UGD, dia dipindahkan ke ruang ICU.

BACA JUGA: Sepatu Hengky Rumere Menjadi Saksi...

”Sebelum ke ruang ICU sebenarnya ingin kami rongent, tapi karena kondisi beliau tidak memungkinkan, makanya tidak jadi. Langsung dibawa ke ICU sampai pada pukul 13:55 WIB beliau mengembuskan nafas terakhir,” ungkap Sri saat ditemui di kediaman almarhum kemarin.

Sri bertutur, sebelumnya Mbah Melan tidak pernah mengeluhkan kondisi tubuhnya.

Sakit yang dialaminya sebelum meninggal pun dikira hanya sakit biasa dan akan segera sembuh.

Minggu nanti, sebenarnya Mbah Melan masih ada rencana berangkat ke Pangkalan Bun untuk menghadiri acara paguyuban, dimana beliau adalah salah satu penasihatnya.

Menurut Sri, Mbah Melan sangat semangat menghadiri acara tersebut. Tapi siapa sangka, Tuhan lebih dulu menjemputnya.

Kepergian Mbah Melan menjadi pukulan bagi keluarganya. Apalagi, masih ada satu keinginan beliau yang belum tercapai, yakni menghadiri acara pengambilan sumpah salah seorang cucunya yang mengenyam pendidikan di bidang farmasi. Tapi apa boleh buat, takdir berkata lain.

Namun, antara sadar atau tidak, sebenarnya Mbah Melan seperti sudah memberikan pertanda kepada anak-anaknya bahwa ia akan segera pergi untuk selamanya.

Yang pertama, Sri mengaku ayahnya sempat berucap, ”Bapak pergi duluan, ya.”

Sri mengira waktu itu ayahnya membicarakan mengenai keberangkatannya ke Pangkalan Bun. Tapi ternyata ayahnya pergi menghadap Sang Khalik.

Yang kedua, anak kedua Mbah Melan, Purwadi, mengaku ditelepon oleh ayahnya untuk segera pulang ke Sampit tanpa alasan yang jelas.

”Dari anak-anak yang lain kan memang saya yang tinggalnya paling jauh, di Seruyan. Waktu itu bapak telepon dan bilang, ‘Purwadi, ayo cepat pulang ke Sampit, bapak tunggu.’ Begitu saja.

Untungnya, saya langsung pulang dan sempat bertemu beliau walaupun waktu itu beliau tidak bisa bicara karena sakit,” tutur Purwadi.

Sementara bagi, Suryanto, anak ketiga Mbah Melan, kepergian sang ayah menambah kepedihan di keluarganya. Apalagi persis dua minggu sebelumnya, istri Suryanto juga meninggal dunia.

Namun, semua ini tetap mereka terima dan percaya bahwa semua telah diatur oleh Tuhan demi yang terbaik.

Prosesi pemakaman akan dilaksanakan Jumat (10/3) pukul 09:00 WIB di area pemakaman keluarga di Jalan Gatot Subroto secara militer.

Memang ada keinginan pihak keluarga agar almarhum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Namun aturan tidak memperboleh hal tersebut.

”Memang bapak sebenarnya mendapat Skep dari kementerian untuk dimakamkan di TMP, tapi skep tersebut belum sampai ke Kodim. Dan berdasarkan aturan, jika melihat dari jabatan bapak, memang belum masuk klasifikasi untuk dimakamkan di TMP. Kalau menunggu skep itu turun kan prosesnya lama dan kami dari pihak keluarga juga tidak menuntut yang neko-neko. Makanya pemakamannya di pemakaman keluarga saja,” ujar Suryanto.

Melan Wasito yang sebelumnya menjabat Ketua Legiun Veteran Kotim tersebut menutup mata pada usia 89 tahun.

Menyusul sang istri kembali ke pangkuan Tuhan Yang Maha Esa yang mendahuluinya 12 tahun silam.

Mbah Melan mempunyai 6 anak; 2 Laki-laki dan 4 perempuan. Namun anak pertama juga telah meninggal dunia.

Bagi anak-anaknya, Mbah Melan adalah sosok yang sangat mengayomi dan tidak pernah pilih kasih, baik itu pada anak, menantu, atau cucu.

Sedikit mengenang tentang masa lalu, Mbah Melan merupakan salah seorang pejuang kemerdekaan RI.

Tidak seperti pejuang pada umumnya, Mbah Melan berjuang tidak langsung mengangkat senjata, melainkan menjadi mata-mata Indonesia dengan menjadi kurir Jepang.

Mbah Melan pertama kali tiba di Kotim pada 1952, setelah kemerdekaan RI.

Beliau pernah hampir kehilangan nyawa saat memasuki perairan menuju Sampit, lantaran kapal yang ia tumpangi bersama rekan-rekannya kandas di muara Sungai Mentaya.

Untungnya dia diselamatkan oleh salah seorang rekannya menggunakan seutas tali.

Saat itu keamanan Indonesia belum cukup stabil, termasuk di Sampit, pasca pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Perjuangan tentara Indonesia masih terus berlanjut untuk mencapai keamanan dan kedamaian di seluruh Indonesia. Dan beliau adalah salah satu pejuang tersebut.

Untuk menghargai jasa beliau itulah, makanya Kodim 1015/Sampit yang dipimpin oleh Dandim Letkol Inf I Gede Putra Yasa, sepakat mengadakan pemakaman secara militer.

Karena jika mengikuti aturan baku, sebenarnya tidak ada kebijakan yang mengatur agar pemakaman seorang veteran dilaksanakan secara militer.

”Ini merupakan wujud penghormatan kami kepada beliau sebagai senior dan pahlawan, makanya dilakukan pemakaman secara militer. Karena beliau kan salah satu pejuang kemerdekaan, kalau tidak ada beliau mungkin kita tidak merdeka,” ujarnya ketika di hubungi Radar Sampit (Jawa Pos Group).

Dan ia pun membenarkan bahwa dalam penempatan makam di Taman Makam Pahlawan ada klasifikasi khusus.

Misalnya Prajurit TNI dengan jabatan bintang sakti atau gerilya. Jadi tidak bisa sembarangan. Dan ini sudah menjadi aturan baku pemerintahan, bukan diatur oleh Kodim 1015/Sampit.

Kendati demikian, Kodim 1015/Sampit tetap berupaya memberikan penghormatan yang sepantasnya bagi veteran yang meninggal dunia. Yakni, dengan mengadakan pemakaman secara militer.

Seperti upacara penghormatan terakhir dan dipimpin oleh komandan upacara, penyerahan jenazah kembali pada bumi pertiwi oleh Dandim, tembakan penghormatan, dan lain-lain selayaknya prosesi pemakaman militer.

”Intinya kami, Kodim 1015/Sampit akan selalu siap membantu pemakaman anggota militer, baik yang masih aktif maupun sudah pensiun. Termasuk bapak Melan Wasito, ini sebagai wujud penghargaan bangsa dan negara atas perjuangan beliau yang telah mengorbankan jiwa dan raga demi kemerdekaan NKRI. Sudah kewajiban kami sebagai prajurit TNI untuk melaksanakan upacara penghormatan terakhir kepada senior kami,” tandasnya. (vit/dwi)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rumah Terbakar, sang Legenda Sepak Bola Meninggal Dunia


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler