jpnn.com, JAKARTA - Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo menjelaskan inovasi yang terus dikembangkan ternyata mampu memberi nilai tambah bagi perusahaan.
Dwi Satriyo melanjutkan dari total nilai kreasi yang dibuat, sedikitnya 25 persen atau Rp 64,9 miliar mampu berkontribusi langsung terhadap laba perusahaan (direct financial benefit).
BACA JUGA: Kos-kosan Mahasiswi Mendadak Ramai, Pot Bunga Ditutup Pasir Menjadi Perhatian
Hal itu dia sampaikan dalam kegiatan "Innovation Awards Konvensi Inovasi Petrokimia Gresik (KIPG) Ke-35 yang digelar virtual.
KIPG sendiri, jelas Dwi Satriyo sudah menghasilkan nilai tambah hingga Rp 250 miliar, melalui inovasi yang diciptakan sepanjang 2020.
BACA JUGA: Ibu Haji Bikin Warga dan Pemotor Mendadak Berhenti di Jembatan Manggar, Astaga!
"Besarnya nilai kreasi itu membuktikan bahwa inovasi yang dihasilkan mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan," ungkapnya dalam keterangan tertulis.
Dia mengatakan para inovator telah melakukan improvement serta memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, sebab melalui inovasi, Petrokimia Gresik bisa terus tumbuh dan mampu menjawab berbagai tantangan di tengah pandemi.
BACA JUGA: Cetak SDM Unggul, Petrokimia Gresik Meluncurkan Digital Learning Center
Dwi menjelaskan selain menghasilkan nilai kreasi yang cukup besar, keterlibatan karyawan dalam gelaran konvensi inovasi tahun ini cukup besar, yakni mencapai 71,2 persen dari total karyawan dan tergabung dalam 1.039 gugus inovasi.
"Ini menjadi bukti, inovasi telah menjadi DNA bagi insan Petrokimia Gresik dan telah menjadi bagian dari strategi pengembangan perusahaan," kata Dwi.
Sementara itu, Innovation Award KIPG merupakan wadah apresiasi bagi para inovator perusahaan dan anak perusahaan.
Dia berharap konvensi inovasi mampu menjadi katalis dalam percepatan pertumbuhan perusahaan dan menjadi dasar pembentukan karakter di lingkungan Petrokimia Gresik dan anak perusahaan, serta mendorong insan Petrokimia Gresik, terutama generasi milenial agar terus berpikir kreatif dan inovatif.
"Perusahaan membutuhkan berbagai terobosan untuk menjadi solusi agroindustri dan mewujudkan pertanian berkelanjutan. Melalui inovasi, perusahaan telah banyak melakukan perbaikan dan peningkatan dari segi kualitas produk, proses bisnis, optimalisasi teknologi, pelayanan, organisasi, dan sebagainya," kata Dwi Satriyo.
Sementara itu, sejumlah inovasi yang diciptakan adalah menurunkan frekuensi masalah penciptaan naskah dinas dan mempercepat prosesnya.
Inovasi itu mampu menyumbangkan penghematan sebesar Rp 839,6 juta dalam waktu 13 (tiga belas) bulan.
Selanjutnya, inovasi dari GIO Fleksi berhasil menurunkan Downtime Pabrik Urea karena kegagalan bahan baku dari 67,7 jam/bulan menjadi 31,5 jam/bulan.
Inovasi tersebut mampu menghasilkan potensi penghematan hingga Rp252 miliar dalam waktu 7 (tujuh) bulan.
Adapun SS Kuantitatif mampu menjaga kualitas Pupuk ZA impor agar tetap sesuai standar dengan Metode Volumetri, sehingga mengurangi potensi kerugian perusahaan akibat komplain dari end-user.
Terakhir, inovasi memanfaatkan limbah padat hasil kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebagai bahan baku filler pada Pupuk NPK.
Berdasarkan perhitungan verifikasi kinerja keuangan, penerapan inovasi menghasilkan penghematan sebesar Rp 2,9 miliar dalam setahun. (rdo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kilang Pertamina Internasional Kukuhkah Posisi dalam Transformasi Bisnis Kilang dan Petrokimia
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha