jpnn.com - ANDA pasti sudah sering mendengar orang menyebut rempeyek, atau camilan yang biasa dikenal peyek. Penganan terbuat dari tepung yang bisa dikolaborasikan dengan kacang, udang dan sebagainya ini, bolehlah disebut makanan tradisional Indonesia.
Entah darimana dan siapa yang pertama kali mempopulerkan, peyek menjadi salah satu makanan ringan dari semua kalangan di Tanah Air.
BACA JUGA: Bertemu Ishi Michiko, Survivor Pengeboman Hiroshima
Berangkat dari keinginan melestarikan camilan tradisional tadi, seorang jurnalis muda, Doddy Irawan kini menjadi Bos Peyek. Nama dagangannya, Yekiko singkatan dari Peyeknya Fumiko. Bagaimana kisahnya?
Mufthia Ridwan, Depok
BACA JUGA: Menyaksikan Serunya Perayaan 125 Tahun Orang Jawa di Suriname (3-Habis)
Edo atau terkadang Dodi, demikian biasa dia disapa, merintis usaha Peyek Fumiko bersama mama mertuanya bernama Sri Achyani. Mertua Edo ini tinggal dan berusaha di rumahnya, hanya sepelempar batu dari kediaman Edo di Taman Depok Permai Blok A 7 No. 15, Depok, Jawa Barat.
"Pelanggan peyek buatan mama sudah banyak, masih sekitar Depok. Beliau sudah 22 tahun berkecimpung di usaha peyek. Mama seorang yang gigih," kenang Edo, dalam sebuah obrolan ringan dengan JPNN.com, Jumat (7/8).
BACA JUGA: Menyaksikan Serunya Perayaan 125 Tahun Orang Jawa di Suriname (2)
Pria kelahiran Jakarta 17 Mei 1979 ini kemudian mendapat inspirasi. Di tengah aktivitasnya sebagai seorang jurnalis di sebuah majalah remaja di Jakarta, Edo melihat peluang. "Saya berpikir, kenapa tidak mencoba untuk mendistribusikan peyek ke segmen yang lebih luas," tuturnya.
Sebagai jurnalis, lingkungan pekerjaan dan pergaulan Edo cukup luas. Keseharian Edo bersentuhan dengan dunia remaja, pegawai kantoran, eksekutif muda, sosialita, musisi dan selebritis Tanah Air. Pikir punya pikir, timang sana timang sini, Edo pun bergerak.
"Ini juga seiring dukungan teman-teman di kantor. Saya coba jualan peyek sambil bekerja. Ingat banget, tanggal 11 Juni 2012 pertama kali saya bawa 11 bungkus kemasan peyek ukuran sedang ke kantor. Tahu nggak? Langsung ludes," kata Edo sambil melepas tawa.
Sambil bekerja, tamatan Sosiologi FISIP Universitas Andalas Padang tahun 2002 ini membawa dan menenteng kardus peyek yang kata Edo lumayan berat. Namun penat linu membawa kardus, sering segera hilang saat Edo membayangkan bos dan teman-temannya di kantor doyan, dan menunggu kedatangan Si Yekiko, Peyeknya Fumiko.
Laris manis. Ya, Yekiko kian digemari dan dinanti. Tak hanya bos dan rekan Edo di kantor. Perjuangan Edo merintis usaha ini tercium dan menjalar kemana-mana. "Sistem penjualannya sih masih sebatas teman ke teman. Teman kalo kangen peyek mereka biasanya BBM atau WA ke saya. Haha..status di BBM dan WA saya juga tak lepas dari Yekiko," ucapnya.
Pulang kerja, ayah dari dua anak ini masih harus mengantar peyek ke beberapa lokasi di Jakarta. Perjuangannya, pergi pagi pulang malam, bahkan sampai waktu subuh. Belum lagi kehujanan, kepanasan, dan membelah kemacetan ibu kota.
"Oh iya, tanggal 11 tadi (pertama kali Peyek Fumiko dijajakan) punya kemiripan dengan kendaraan operasional yang saya pakai. Sepeda motor yang saya pakai umurnya 11 tahun. Kebayang kan, ngider-ngider nganter peyek dengan motor tua," kembali terdengar tawa Edo.
Memangnya apa sih istimewa si Yekiko ini? "Fresh from the oven. Saya dan mama gak pernah stok terlalu banyak. Jadi setiap ada order, baru digoreng. Peyek ini empuk, gurih, garing, dan dijamin bikin ketagihan. Banyak pelanggan saya yang repeat order karena mereka gak pernah merasakan kelezatan peyek ini di tempat lain. Peyek ini bisa tahan selama 11-12 minggu," tandas Edo, semangat mempromosikan Yekiko.
Proses pembuatannya sederhana, seperti orang pada umumnya membuat peyek. Mama mertua Edo Sang Juru Racik, membeli segala kebutuhan bahan baku. Setelah lengkap, digoreng dengan 2 penggorengan. Setelah selesai digoreng dengan minyak 2 kali penyaringan, dikeringkan lalu di-packing ke dalam kemasan plastik dan toples.
So far, terdapat 5 varian Yekiko. Kacang tanah, teri, kacang hijau, rebon, dan kacang kedelai. Sering juga ada konsumen yang request rasa pedas. Harga Yekiko pun terbilang terjangkau di isi saku semua kalangan. Untuk ukuran besar (250 gram) dijual seharga Rp14.000, sementara ukuran sedang 9 ribu.
Rutinitas sederhana Edo ini kian hari semakin menjanjikan. Yekiko kini sudah berani dia titipkan di sejumlah warung makan di kawasan Cinere, Kemang, Bendungan Hilir, Bintaro Sektor 9 dan Menteng. Sejumlah perkantoran di bilangan Casablanca, Thamrin, Manggarai, Matraman, Kelapa Gading, Cempaka Putih, Sudirman, Tebet, Kuningan, Slipi, Pondok Indah, Pasar Minggu, Senayan dan Kampung Melayu juga sudah menjadi tempat singgah Yekiko.
Beberapa penikmat peyek di wilayah Lombok, Yogyakarta, Batam, Palembang, Jambi, Bengkulu, Padang, Jawa Tengah, Bandung, Bogor dan Tangerang juga pernah meminta kiriman Yekiko. Tak hanya dalam negeri, Yekiko juga kini mulai dikenal di Singapura, Thailand, Malaysia, Korea, Jepang, dan Australia, karena beberapa pelanggan membawanya sebagai tanda mata dari Indonesia.
Pelanggan Yekiko sendiri datang dari lintas usia dari remaja sampai kakek nenek. Mereka datang dari pofesi beragam mulai dokter, dosen, bos label, musisi, anak kuliah, ustadz, ibu hamil 9 bulan, polisi, pemilik hotel, dan lainnya.
Sejumlah selebriti juga icip-icip Yekiko, di antaranya adalah Vidi Aldiano, Afgan, Pongki Barata, Shinta Bachir, Bondan Prakoso, ST 12, Eross Sheila on 7, Baim, Tohpati, Anji, Irwan Chandra, Oncy dan Enda Ungu, Seventeen, The Rain, Tina Astari, Vienna Fridiana, Sandy Canester, Tina Astari, Jeremy Teti, Naga Lyla, Kevin Julio, Chef Juna, Tasha Said, Sarah Shafitri, Adipati Dolken, Sheryl Sheinafia, dan Rian dMasiv.
Diakui suami dari Vita Puspitasari ini, rutinitas nan menjanjikan yang dilakoninya cukup memberikan ketenangan hatinya saat memikirkan keuangan keluarga.
"Tujuan pertama saya berbisnis peyek adalah untuk membantu usaha yang telah dirintis lama oleh mama mertua saya. Kedua, karena namanya berasal dari anak, Fumiko Endita Almira Putri (4 tahun 6 bulan), ya semua hasil keuntungan peyek saya alokasikan untuk kebutuhan harian Fumiko dan adiknya Rafif Vido Arganta (1 tahun 9 bulan), seperti susu, pempers, dan lainnya. Sedikit tabungan juga saya siapkan untuk bekal Fumiko masuk TK pada tahun depan. Masih itu sih, so far. Belum yang gimana-gimana. Karena usaha ini masih dijalankan secara konvensional. Pelakunya kan baru mama mertua dan saya," ucap Edo mengakhiri ceritanya. (adk/jpnn)
Nama: Doddy Irawan
Panggilan: Dodi, Edo
Nomor WA: 087880122221
Kelahiran: Jakarta, 17 Mei 1979.
Istri: Vita Puspitasari (31 tahun)
Anak: Fumiko Endita Almira Putri, Rafif Vido Arganta
Alamat: Taman Depok Permai Blok A 7 No. 15, Depok, Jawa Barat
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menyaksikan Serunya Perayaan 125 Tahun Orang Jawa di Suriname (1)
Redaktur : Tim Redaksi