jpnn.com - Kebakaran hutan, asap yang menebal, dan menganggu pernafasan sangat menganggu masyarakat, terutama di daerah Jambi yang sedang kena dampak pembakaran hutan dan lahan. Namun, tak semua masyarakat merasa terganggu dan dirugikan dengan kondisi ini. Pedagang masker, mengaku meraup untung berlipat karena musibah ini.
=====
BACA JUGA: Sambil Mengusap Perutnya Mengucap: Sabar dek, Ibuk Mau Ketemu Pak Menteri
Instruksi Presiden Joko Widodo untuk mengatasi kabut asap akibat pembakaran hutan dan lahan menunjukkan daruratnya kondisi udara di Indonesia, utamanya di atas langit Sumatera dan Kalimantan. Jambi, salah satu provinsi di Sumatera juga mengalami kondisi udara yang buruk.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Jambi (BMKG) belum dapat memastikan kapan akan turun hujan yang bisa meminimalisir kabut asap dan kebakaran ribuan hektar hutan dan lahan.
BACA JUGA: Begini Cara Adab Masyarakat Toli-Toli Menyambut Tamu Kehormatan
Di tengah musibah kabut asap tebal, ternyata ada pedagang masker yang mendapatkan keuntungan lebih. Ibarat dua sisi kehidupan, Satu diuntungkan, satu dirugikan.
Besarnya konsumen yang membutuhkan masker, membuat para pedagang kelimpungan menyiapkan barang. Kondisi ini pun dilirik oleh orang yang ingin mencari keuntungan sesaat. Di sepanjang jalan Kota Jambi, saat ini banyak penjual masker dadakan.
BACA JUGA: Bocah-bocah SD Itu Harus Jalan Kaki Dua Jam, Bertemu Ular dan Babi Hutan
Pedagang masker ini, bak jamur yang muncul musiman. Baru sepekan ini, Jambi kebanjiran pedagang masker. Kawasan Broni, mulai dari gerbang Kampung Baru hingga lampu merah museum Jambi, terlihat belasan pedagang masker. Mereka mulai membuka lapaknya dari pagi sore hari.
Banyak pedagang, rezeki mereka pun dipastikan terbagi. Tapi, saat ditanya, pedagang tersebut mengaku keuntungan mereka tak berkurang walaupun ada saja pedagang baru yang datang.
Salah seorang pedagang, Mamat mengaku bisa menjual sampai 10 lusin masker. Dengan harga masker antara Rp 5 ribu sampai Rp 25 ribu, mereka bisa mendapatkan omzet lebih dari Rp 600 ribu dalam sehari.
Karena itu, lelaki 35 tahun itu merasa tak rugi harus meninggalkan dagangannya di pasar sehari-hari. Sebelumnya, dia berjualan aksesoris, tapi melihat ramainya pembeli masker, dia pun banting stir untuk sementara waktu.
"Saya jualan Aksesoris biasanya keuntungannya lebih kecil dari pada jualan masker. Karena itu sementara saya jualan di sini, yang di pasar dijaga istri," katanya kepada jambi Independent (grup JPNN).
Enaknya berjualan masker menurut Mamat juga bisa sambil berpindah-pindah. Kalau lokasi jualannya saat ini sepi pengendara, maka dia geser ke sekitar lampu merah atau tempat lain yang banyak di lewati masyarakat.
Beda dengan Mamat, Sofi lebih berani melihat peluang berjualan masker di musim kemarau dan musim kabut asap ini. Dia membuka lapak di dua lokasi sekaligus. Satu tempat dijaga olehnya, tampat lain di jaga oleh suaminya.
"Saya baru empat hari disini, sebelumnya suami yang jualan di tempat lain, lumayan, karena itu saya pikir buka saja juga di tempat ini. Saya ini ibu rumah tangga biasanya, tapi sekarang bisa dapat ratusan ribu sehari," terang perempuan 27 tahun tersebut. (enn/dkk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penerima Beasiswa Dahlan Iskan, Mahasiswa Berprestasi di Universitas Surya
Redaktur : Tim Redaksi