jpnn.com, KIEV - Ukraina masih bertahan, bahkan memenangi sejumlah pertempuran selama satu minggu invasi Rusia.
Namun, Rusia berharap sedikit demi sedikit moral para pejuang lokal luntur.
BACA JUGA: Hadiah Rp 14 Miliar Untuk yang Menangkap Putin Hidup atau Mati
Pasukan dari Negeri Beruang Merah itu terus maju dan Kremlin memperkirakan beberapa kota di Ukraina akan jatuh dalam beberapa hari mendatang.
Konon militer Rusia pengin mencegah warga sipil Ukraina ikut berperang.
BACA JUGA: Tentara Rusia Menyerah, Mengharukan, Dapat Teh, Telepon Ibunya
Salah satu taktik yang mungkin digunakan untuk mencapai itu ialah eksekusi publik.
Sebuah laporan dari Bloomberg mengungkapkan taktik militer Rusia untuk mendemoralisasi warga Ukraina, termasuk tindakan keras membendung protes, penahanan lawan dan berpotensi melakukan eksekusi publik.
BACA JUGA: Grafis Kerugian Militer Rusia di Ukraina, Mayat Pulang Diam-Diam
Bloomberg mendapat bocoran taktik itu dari seorang pejabat intel Eropa anonim, yang mengaku telah melihat laporan rahasia badan intelijen Rusia.
"Badan tersebut juga merencanakan pengendalian massa dengan kekerasan dan penahanan represif terhadap penyelenggara aksi protes untuk mematahkan moral Ukraina," tutur editor politik Bloomberg Kitty Donaldson.
Rusia sepertinya belum menghentikan invasi ke Ukraina dalam waktu dekat.
Presiden Prancis Emmanuel Macron yang bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (3/3) memberi peringatan "yang terburuk belum datang".
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy masih mencoba mengatur pembicaraan empat mata dengan Putin setelah perundingan antara perwakilan kedua negara gagal menghasilkan kesepakatan besar.
Presiden yang merupakan mantan aktor dan sutradara itu mencoba bercanda tentang meja rapat ekstra panjang milik presiden Rusia.
"Duduklah dengan saya, dan jangan berjarak 30 meter," kata Zelenskiy mengirim pesan kepada Putin dalam konferensi pers Kamis.
"Kami tidak menyerang Rusia dan tak punya rencana menyerang. Apa yang Anda inginkan dari kami? Tinggalkanlah tanah kami," imbuh presiden berusia 44 itu.
Jika Rusia menolak meninggalkan Ukraina dan berhasil menduduki beberapa kota besar di sana, prediksi Macron tentang kemungkinan terburuk akan datang bisa terbukti benar. (mc/bl/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek