JAKARTA - Kerusuhan Temanggung yang terjadi hanya selang dua hari dari kerusuhan di Cikeusik, Pandeglang, Banten, disesalkan oleh banyak pihakIntelijen kepolisian dinilai lemah dan gagal membaca pergerakan massa yang berujung anarkis
BACA JUGA: KNKT Kantongi Rekomendasi Awal
"Kami menyesalkan insiden demi insiden terjadi
BACA JUGA: Dua Jemaah Ahmadiyah Dimakamkan
Todung berharap Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengevaluasi jajarannya secara total
BACA JUGA: Gereja-Gereja Dimolotov, Belasan Kendaraan Hangus
"Kejadian di Cikeusik dan Temanggung telah mencoreng nama baik Indonesia di mata duniaPolri sebagai aparat negara gagal memberikan rasa aman," kritik aktivis Transparency International Indonesia (TII) tersebutKoodinator Komisi untuk Orang Hilang dan Kekerasan (KontraS) Haris Azhar sependapat dengan Todung"Intelijen polisi lemas (loyo)Akibatnya, kekerasan meluas dan masif," katanya
Seharusnya, begitu dapat informasi awal soal potensi kekerasan, intelijen Polri segera melaporkan temuannya pada pimpinan dan diantisipasi"Kami melihat ada kesan pembiaranAparat ada di lapangan, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa," lanjut lulusan University Essex, London, Inggris, itu
Dari catatan KontraS, kekerasan yang melibatkan massa terorganisasi beberapa kali gagal diantisipasi polisiMisalnya, rusuh di Koja, Tanjung Priok; rusuh dalam sidang Blowfish di PN Jakarta Selatan; dan sekarang kasus Cikeusik dan Temanggung
"Fungsi intelijen yang lemah, ditambah strategi pengelolaan keamanan di lapangan yang kurang professional, membuat rusuh seperti itu terus terjadi," terang dia
Padahal, dia menyebut, dari tren kekerasan yang terjadi, polanya selalu terulangSelain pengerahan orang dalam jumlah besar, muncul komando massa, serta aksi membawa senjata dan terencana
Ketua Setara Institute Hendardi menuding ada aktor intelektual dalam peristiwa yang menewaskan tiga orang tersebutPasalnya, tampak ada pembiaran oleh aparat kepolisian"Ada dugaan ini by designAda aktor intelektual dan aktor negara dalam insiden di Cikeusik," tudingnya
Karena itu, Hendardi meminta agar pemerintah dan Komnas HAM mengusut kasus kejahatan HAM ituHendardi meminta agar pejabat di Polda Banten, Polres Pandeglang, dan Polsek Cikeusik segera dinonaktifkan untuk mempermudah penyelidikan"Ini kejahatan serius dan harus diusut secara seriusPemerintah harus bisa mencari tahu siapa aktor intelektual di baliknya," pintanya
Berdasar catatan Setara Institute, sepanjang 2010 setidaknya ada 75 kasus pelanggaran yang menimpa umat KristianiSebanyak 59 di antaranya berupa aksi penyerangan, perusakan, serta pelarangan pendirian rumah ibadahSementara itu, pada 2008 dan 2009 jemaat Kristiani masing-masing mengalami 17 dan 18 kali tindakan pelanggaran.
Dia mengingatkan, kebohongan publik yang telah disampaikan para tokoh agama beberapa waktu lalu ternyata terbukti"Intoleransi dan kekerasan atas nama agama menjadi bukti paling nyata kebohongan pemerintahan SBY," kata Hendardi.
Secara terpisah, Deputi Operasi Kapolri Irjen Pol Soenarko membantah bahwa intelijen kepolisian kecolongan atau lemah"Beberapa hari sebelumnya sudah kita antisipasiBaik yang di Cikeusik maupun di Temanggung," ujarnya kemarin
Di Cikeusik, kata dia, aparat Polsek setempat sudah mengamankan Suparman dan keluarganya untuk mencegah aksi kekerasan"Kita sudah lakukan upaya preventif Tapi, memang kondisi di lapangan terjadi dinamikaDi antaranya ada yang datang dari Jakarta (Jemaat Ahmadiyah)," katanya
Soenarko menjelaskan, di Temanggung juga sudah ada antisipasi awal"Itu kan (reaksi terhadap) vonis (pengadilan)Bahkan, sejak awal sidang aparat kita sudah siap," ujarnya
Namun, karena kondisi di lapangan memanas, polisi juga mengambil langkah sesuai prosedur"Kami mempertimbangkan psikologi massaJika salah bertindak, kejadian bisa tambah burukJadi, yang dilakukan sudah maksimal," akunya
Meski begitu, Soenarko berjanji pihaknya akan melakukan investigasi internal untuk memeriksa standar pengamanan yang dilakukan aparat di lokasi"Tentu itu akan dilakukan, baik yang di Cikeusik maupun di Temanggung," janjinya
Kabidpenum Mabes Polri Kombespol Boy Rafli Amar menjelaskan, jumlah personel yang dikerahkan Polres Temanggung, Polres Magelang, dan Polda Jateng ternyata kalah dengan jumlah massa berbagai ormas yang datang ke PN Temanggung"Polri telah menyiapkan 700 personel menghadapi massa yang mengamuk itu," katanya
Polri yang juga ikut membantu pengamanan tidak mau disalahkan karena tidak mengantisipasi massa dengan baikMenurut Boy, Polri telah berupaya semaksimal mungkin mengatasi"Keberadaan aparat kepolisian itu sebenarnya mencegah kerusuhan, tapi tentu ada saja orang yang melakukan provokasiItu yang akan diusut," jelasnya(rdl/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Tetapkan Dua Tersangka Insiden Cikeusik
Redaktur : Tim Redaksi