jpnn.com, JAKARTA - Kesepakatan revisi rencana pengembangan Blok Masela di Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku, disepakati oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Inpex Corporation.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan pun telah melaporkan revisi PoD tersebut kepada Presiden Joko Widodo alias Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (16/7).
BACA JUGA: Indonesia Kuasai Blok Mahakam Lagi, Sekjen PDIP Ikut Happy
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, ada empat hal penting terkait investasi di Indonesia yang bisa diambil dari selesainya kesepakatan dengan Inpex ini. Pertama, ini merupakan investasi yang memiliki nilai besar, yaitu sekitar USD 20 miliar atau setara Rp 288 triliun.
"Ini sangat besar kan, sekitar USD 20 billion (Rp 288 triliun) untuk satu proyek berani dilakukan di Indonesia. Berarti kan Indonesia cukup bagus untuk investasi besar," kata Dwi di Istana Kepresidenan Jakarta.
BACA JUGA: Produksi Lapangan Jangkrik Melimpah, 2019 Setop Impor LNG
Kedua, proyek ini berlokasi di Indonesia bagian timur yang jika ditinjau dari segi infrastruktur masih belum sebaik Indonesia bagian barat. Hal ini membuka peluang investasi di wilayah-wilayah lain yang masih belum dieksplorasi.
Ketiga, proyek dilakukan di laut dalam. Blok Masela sendiri, dengan luas area saat ini lebih kurang 4.291,35 kilometer persegi, terletak di Laut Arafura, sekitar 800 km sebelah timur Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan kedalaman laut 300–1.000 meter.
BACA JUGA: Jonan Desak Inpex Percepat Pengembangan Blok Masela
Keempat, proyek ini akan meningkatkan pertumbuhan industri petrokimia di Indonesia. Dwi menuturkan, nantinya pengelolaan Blok Masela akan dilakukan di lepas pantai (off-shore) dan di darat (on-shore).
Dari sumur-sumur di lepas pantai, akan ada pipa-pipa menuju floating processing unit untuk memisahkan antara minyak dan gas. Kemudian gas akan disalurkan dengan pipa hingga sampai ke darat, memanjang 180-200 kilometer.
"Kalau dulu di floating, tidak bisa kita punya gas pipa. Tapi karena di on-shore, bisa meningkatkan gas yang kita salurkan maka ada gas pipanya. Untuk apa gas pipanya? Nanti untuk pabrik petrokimia," jelasnya.
Di samping nilai investasi sebesar Rp 288 triliun, Dwi memperkirakan akan ada investasi di bidang petrokimia yang nilainya berkisar USD 1,5-2 miliar.
Dalam pengembangan proyek ini sendiri, Inpex diperkirakan akan menghasilkan gas sebanyak 9,5 juta ton per tahun dalam bentuk liquefied natural gas (LNG) dan 150 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd) untuk gas pipa.
"Tadi disampaikan bahwa revenue yang bisa di-collect sampai 2055 adalah sekitar USD 137 miliar. Jadi ini cukup besar dampaknya terhadap perekonomian nasional secara besar," lanjut Dwi.
Dalam proyek di Blok Masela ini, Inpex tidak sendirian memegang participating interest (PI). Inpex melalui anak perusahaannya Inpex Masela Ltd. berbagi dengan Shell Upstream Overseas Services dengan komposisi 65 persen dan 35 persen.
"Yang sekarang iya masih sama Shell. 65 persen Inpex, 35 persen Shell. Tetapi nanti akan ada 10 persen untuk daerah. Jadi secara proporsional mereka akan berkurang karena ada 10 persen untuk daerah," tambahnya. (fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Ancam Putus Kontrak Inpex Corporation
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam