jpnn.com - JAKARTA - Penurunan impor barang modal menjadi alarm bagi pemerintah untuk mulai waspada. Sebab selama ini impor barang modal merupakan indikator utama untuk memproyeksi realisasi investasi dalam beberapa "bulan ke depan.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan, kinerja impor barang modal memang berkorelasi positif dengan realisasi investasi dengan senjang waktu 3 - 6 bulan. "Jadi, kalau bulan ini impor barang modal turun, maka realisasi investasi 3 - 6 bulan ke depan juga akan turun," ujarnya kemarin (24/10).
BACA JUGA: Energi Aman, Telekomunikasi Terancam
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada periode Januari - Agustus 2013, impor barang modal yang akan digunakan untuk sarana investasi baru maupun ekspansi bisnis cukup berfluktuasi. Setelah sempat mencapai puncak tertinggi sebesar USD 3,0 miliar pada Juli, impor barang modal langsung anjlok menjadi hanya USD 2,11 miliar pada Agustus lalu.
Turunnya impor barang modal ini terkait dengan upaya pengetatan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (BI) untuk meredam depresiasi rupiah dan defisit transaksi berjalan. Misalnya itu terlihat dari kebijakan suku bunga acuan BI Rate yang pada akhir Agustus dinaikkan dari 6,50 persen menjadi 7,00 persen. Nah, pada September, BI Rate kembali naik ke level 7,25 persen. Karena itu, laju perekonomian pun diperkirakan akan kembali melambat. Impor barang modal periode September nanti akan dirilis BPS pada awal November, diproyeksi masih akan rendah.
BACA JUGA: Investor Pabrik Baja Diminta Hengkang dari Situs Trowulan
Dengan kondisi tersebut, Mahendra menyebutkan bahwa pemerintah kini realistis. Target awal realisasi investasi Rp 506 triliun pada 2014, kini direvisi turun menjadi Rp 450 triliun. "Tapi kalau perekonomian cepat pulih, mudah-mudahan kita bisa capai,' katanya.
Mahendra mengatakan, BKPM akan melakukan berbagai upaya untuk mendorong investasi, salah satunya melalui perbaikan sistem perizinan. Misalnya, perluasan tracking system untuk pengajuan proposal tax holiday. Dengan sistem itu, calon investor bisa memantau progress perizinannya secara online. "Kuncinya adalah perbaikan iklim investasi," ucapnya.
BACA JUGA: Avtur Dihentikan, Merpati Tetap Percaya Diri
Sebelumnya, Menteri Keuangan yang juga mantan Kepala BKPM Chatib Basri mengakui, target realisasi investasi Rp 506 triliun tahun depan memang sangat berat. Meski demikian, dia meminta agar BKPM tetap mengupayakan pencapaian target Rp 506 triliun dan tidak menurunkannya terlebih dahulu menjadi Rp 450 triliun. "Paling tidak, dideketin dulu (targetnya)," ujarnya. (owi/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 31 Perusahaan Pelat Merah Resmi Daftar BUMN Bersih
Redaktur : Tim Redaksi