Investasi USD 1 Miliar Tunggu Insentif

Siap Bangun Kilang Minyak, Kuwait Tagih Komitmen

Sabtu, 23 April 2011 – 18:18 WIB
JAKARTA - Ketergantungan Indonesia pada impor bahan bakar minyak (BBM) membuat industri kilang di tanah air sangat prospektifInvestor Kuwait pun siap membangun kilang minyak senilai USD 1 miliar.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Evita H Legowo mengatakan, saat ini, investor asal Kuwait tinggal menunggu kejelasan insentif dari pemerintah

BACA JUGA: Ekspor Garmen untuk Timteng dan Afrika

"Dia (perusahaan Kuwait) sangat komit untuk meneruskan proyek itu," ujarnya di Kementerian ESDM Kamis (21/4).

Sebelumnya, pada 19 Agustus 2010 lalu, Kuwait Petroleum International Company (KPI), yang merupakan anak usaha dari Kuwait Petroleum Corporation (KPC) menandatangani MoU (Nota kesepahaman/Memorandum of Understanding) dengan Pertamina untuk melakukan studi kelayakan rencana pembangunan kilang baru Balongan yang berkapasitas 200-300 ribu barel per hari.

Menurut Evita, saat ini pembahasan insentif kilang masih digodog di Kementerian Keuangan
Kementerian ESDM selaku kementerian teknis, sangat berharap agar insentif tersebut segera diluluskan

BACA JUGA: BTN Kejar 2 Juta Pengguna ATM

"Dia (investor Kuwait, Red) maunya awal Mei sudah ada kejelasan terkait insentif," katanya.

Evita menyebut, keberadaan insentif sangat dibutuhkan untuk mendorong pembangunan kilang di Indonesia
Sebab, jika akan sulit jika hanya mengandalkan pendanaan dari Pertamina

BACA JUGA: Dolar Turun, Harga Elektronik Tak Menyesuaikan

"Investor minta insentif karena mereka juga mendapatkan insentif di negara lain seperti China (Tiongkok, Red) dan Vietnam," ucapnya.

Sebenarnya, pembahasan mengenai insentif kilang sudah dimulai sejak 2008Saat itu, Luluk Sumiarso yang menjabat sebagai Dirjen Migas mengusulkan insentif bagi industri kilangPembahasan insentif sudah melibatkan Kementerian ESDM, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Pertamina, Kementerian BUMN, dan Kementerian KeuanganNamun hingga kini, pembahasan tersebut belum membuahkan hasil.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan mengatakan, pembangunan kilang atau refinery menjadi salah satu program utamaHingga 2014, Pertamina menargetkan penambahan dua kilang baru, yakni ekspansi kilang Balongan dan Cilacap"Ini sangat penting untuk mengamankan pasokan BBM dalam negeri," ujarnya.

Saat ini, Pertamina memiliki enam kilang dengan kapasitas produksi 1,031 juta barel per hari yakni Dumai, Riau, 170.000 barel per hari, Plaju, Sumsel, 118.000 barel per hari, Cilacap, Jateng 348.000 barel per hari, Balikpapan, Kaltim, 260.000 barel per hari, Balongan, Jabar, 125.000 barel per hari, dan Kasim, Papua Barat, 10.000 barel per hariNamun, kebutuhan BBM di dalam negeri sudah mencapai 1,3 juta barel per hari, sehingga Indonesia harus terus mengimpor BBM.

Menurut Pengamat Perminyakan Kurtubi, proyek pembangunan kilang di Indonesia selalu tersendatDia mengakui, margin keuntungan bisnis kilang memang tipis, tapi tidak akan pernah rugi.

Karena itu, lanjut dia, lambannya sikap pemerintah untuk mendukung pembangunan kilang diduga merupakan permainan para cukong minyak di SingapuraSaat ini, Indonesia memang mengimpor ratusan ribu barel BBM per hari dari Singapura"Nah, jika Indonesia membangun kilang, maka produksi bisa dicukupi dari dalam negeri, tak perlu imporTapi, tentu itu akan mematikan bisnis kilang dan trader minyak Singapura," ujarnya(owi/kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BRI Rangkul Industri Kesehatan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler