Investor Menahan Diri, Pasar Properti 2014 Terkoreksi

Rabu, 04 Desember 2013 – 04:52 WIB

jpnn.com - SURABAYA - Pasar properti 2014 tidak akan secerah tahun ini. Kondisi makro ekonomi dan kebijakan pengetatan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bank Indonesia (BI) membuat permintaan tempat tinggal bakal terkoreksi. Penyebabnya, para investor menahan untuk melirik investasi.

"Alasannya, suku bunga dan uang muka KPR tinggi. Apalagi, suku bunga deposito juga meningkat. Pemilik uang lebih senang menyimpan uang ke deposito dulu," kata Iman Sutedjo, Principal Ray White Darmo, kemarin.

BACA JUGA: Berharap Tuah Dewa-Dewa di Pulau Dewata

Menurut Iman, pembeli properti di Indonesia ada dua tipe yakni, end user dan investor. Komposisi investor memang kecil, sekitar 10 sampai 20 persen. Meskipun demikian, mereka memberi sumbangan besar untuk nilai. "Perlambatan pertumbuhan sudah mulai terasa sejak dua bulan lalu. Bahkan, penyaluran KPR di beberapa bank anjlok sampai 50 persen," tuturnya.

Iman mengatakan BI terlalu cepat mengeluarkan dua kebijakan. Pertama, loan to value (LTV) yang semula hanya 70 persen pada pertengahan tahun lalu. September lalu, pengetatan LTV berlaku untuk KPR kedua dan ketiga. "Pasar langsung shock," cetusnya.

BACA JUGA: Pengalihan Rute ke Halim tak Selesaikan Masalah

Meskipun demikian, dia menyebut aturan BI memang pro ke end user. Iman mengatakan potensi buble properti di Indonesia mulai muncul. Ini terlihat dari kenaikan properti yang tidak wajar. Setahun bisa mencapai 100 persen. "Kenaikan 20 persen masih oke. Kalau sekarang, pengembang juga main untuk mendongkrak harga," katanya.

Tahun depan, kata Iman, pasar apartemen atau high building yang bakal banyak terserap cepat. Harga tanah yang mahal di kota-kota besar dan kebutuhan tempat tinggal yang masih besar menjadi apartemen solusinya. Range harga yang banyak laku berkisar Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar atau apartemen kelas menengah.

BACA JUGA: Dahlan Iskan Jamin tak Ada Kelangkaan Pupuk

"Total ada 15 juta rumah yang harus disiapkan. Sedangkan, kelas menengah kita terus tumbuh. Mereka mulai mencari tempat tinggal yang tidak jauh dari lokasi rumah," ucapnya.

Sementara itu, Sales & Marketing Director PT Synergi Pecatu Indah Efendi Salim pasar premium mulai beralih ke kondotel. Selain, pembeli dapat pendapatan pasif dari return, potensi kenaikan harga properti juga masih tinggi.

"Khususnya, kondotel yang berada dikawasan Bali. Perbaikan infrastruktur di Bali, seperti bandara dan  tol baru, berdampak peningkatan kunjungan," tuturnya di sela perkenalan kondotel Amari Pecatu Bali.

Apalagi, kata Efendi, pengembang juga memberikan sistem pembayaran yang lebih mudah tanpa, melewati perbankan. Seperti, inhouse yang panjang. "Tidak takut kenaikan bunga atau kebijakan baru BI. Tapi, kemudahan ini hanya bisa dilakukan oleh pengembang yang kuat finansial," ujarnya. (dio)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Solusi Memperkuat Rupiah Versi Dahlan Iskan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler