BACA JUGA: Daerah Diminta Terapkan SKB Empat Menteri
Saham BUMI terus anjlok sejak suspensinya dibuka
BACA JUGA: DPD Pesimis Pemerintah Mampu Atasi Krisis
Saat disuspensi untuk kepentingan rasionalisasi portofolio PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) di BUMI sejak 7 Oktober lalu, harga saham emiten itu Rp 2.175 per lembarIndeks harga saham gabungan (IHSG) kemarin juga rontok mengikuti pergerakan negatif di bursa regional
BACA JUGA: Dirjen Pajak Bidik Artis dan Pengacara
Indeks sebenarnya sempat terkerek 5,4 poin (0,4 persen) pada sesi siang, namun akhirnya melorot kembali 4,12 poin (0,31 persen) ke level 1.336,56Indeks LQ-45 turun 1,07 poin (0,41 persen) menjadi 261,627Sebanyak 90 saham tergelincir harganya, 57 saham melonjak, dan 50 lainnya tidak berubahTekanan jual terhadap saham BUMI cukup masifTransaksi di pasar tutup sendiri (crossing) cukup besar, yakni 110,8 juta lembar, senilai Rp 159,9 miliarDi pasar negosiasi ada penawaran 24,8 juta lembar senilai Rp 32,9 miliarDi pasar reguler, penawarannya 1,8 juta lembar senilai Rp 2,6 miliarItu menunjukkan bahwa transaksi di pasar nonreguler jauh lebih besar dibandingkan pasar reguler
Kepala Riset PT Recapital Securities Poltak Hotradero menyebut, investor masih ragu menunggu langkah Grup Bakrie dalam menyelesaikan transaksi gadai saham (repo)''Tekanan jual terjadi karena itu,'' ujarnya
Pengamat pasar modal Yanuar Rizky mengatakan, berbagai spekulasi seputar BUMI membuat tekanan belum meredaKendati berpotensi merugi karena menjual harga saham di bawah harga pasar, investor tetap melakukan aksi jual''Selama spekulasi belum terjelaskan, investor masih ragu-ragu,'' ujarnya
Selain itu, dugaan jual paksa (forced sell) juga menjadi motif transaksi para investorSebab, kecil kemungkinan investor yang dulu mengoleksi saham BUMI dengan dana sendiri melakukan aksi jual pada harga sangat rendahItu akan merugikan sendiri''Cukup kecil kemungkinan investor memilih jual rugiBelum jelas mengapa tekanan jual sangat tinggiAda kemungkinan jual paksa,'' ungkap analis PT Optima Securities Ikhsan Binarto
Kendati harganya terus merosot, Ketua Bapepam-LK Fuad Rahmany menyatakan tidak punya rencana untuk melakukan suspensi lagi atas saham BUMI''Demi menjaga integritas pasarKalau saham BUMI kembali disuspensi, akan membahayakan,'' ujarnya
Pasar Tak Rasional
Kinerja fundamental PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebenarnya masih kokohDengan cadangan batu bara sangat besar, kinerja perseroan diprediksi masih akan prospektif di masa mendatang
Pada semester I lalu BUMI mencatat penjualan USD 1,49 miliar atau tumbuh 10,4 persen ketimbang periode sama tahun sebelumnyaLaba bersihnya USD 436,8 juta atau meroket 150 persen ketimbang periode sama tahun lalu sebesar USD 164,7 jutaCadangan batu baranya mencapai 1,84 miliar ton.
BUMI punya dua anak usaha yang menjadikannya sebagai perusahaan batu bara terbesar di tanah airYaitu, PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin IndonesiaDengan kondisi fundamental itu, investor semestinya lebih percaya bahwa semua transaksi terkait Grup Bakrie akan tuntas
Analis Bhakti Securities Budi Ruseno menilai, secara umum investor belum menunjukkan sikap yang rasional, yaitu berpedoman pada fundamental perusahaan ketika berinvestasi sahamDalam kondisi saat ini, saham banyak emiten yang sesungguhnya punya fundamental baik tergelincir drastis''Kondisi itu tidak hanya terjadi pada saham BUMI, namun juga saham-saham lain,'' ujarnya
Khusus untuk BUMI, kata dia, faktor pasar yang labil ditambah dengan berbagai spekulasi soal Grup Bakrie, terutama kepastian penyelesaian transaksi gadai saham (repo) dan alih kepemilikanAkibatnya, sahamnya didera tekanan jual sangat besarHal itu membuat saham BUMI terus terkoreksi
Jika kasus yang membelit Grup Bakrie tuntas, analis yakin saham BUMI akan rebound mengingat fundamentalnya masih kuat''Sektor pertambangan juga masih akan menjadi favorit ke depan,'' jelasnya(eri/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kredit Macet Ancam Perbankan Nasional
Redaktur : Tim Redaksi