IPB Memuji Cara Kementan Menangani Wabah PMK Hewan Ternak dengan Cepat dan Tepat

Minggu, 15 Mei 2022 – 07:45 WIB
Dr Sri Murtini dari IPB University menilai cara cepat dan tepat dalam penanganan wabah PMK seperti yang dilakukan Kementan sangat diperlukan. ilustrasi. Foto: Dokumentasi Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Hewan IPB University Dr Sri Murtini menilai cara cepat dan tepat dalam penanganan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) sangat diperlukan.

Sebab, penularan PMK bisa melalui kontak langsung maupun udara.

BACA JUGA: Kementan Punya Jurus Jitu Atasi Penyakit Mulut dan Kuku

"Salah satunya dengan biosecurity alias pembatasan lalu lintas ternak. Artinya ternak yang sakit atau dari daerah yang sakit sebaiknya tidak keluar dari daerah tersebut," ujar Sri dalam diskusi yang digelar secara virtual, Sabtu (14/5).

Meski demikian, kata Sri, wabah ini tidak terlalu bahaya bagi manusia karena penyebarannya hanya dari hewan ke hewan.

BACA JUGA: Kementan Siapkan Tenaga Medis Khusus untuk Tangani Penyakit Mulut dan Kuku

Bahkan beberapa bagian daging bisa dikonsumsi walaupun tetap harus melalui prosedur dan SOP yang diatur pemerintah.

"Namun yang juga penting adalah cleaning dan disinfeksi. Jadi bekas kandang itu benar-benar dibersihkan dan disinfeksi. Kemudian lalu lintas orang karena orang bisa menularkan, jadi pastikan jika dari kandang ke kandang lain bajunya diganti dan memakai APD," paparnya.

BACA JUGA: Heboh Ternak Kena Penyakit Mulut dan Kuku, Kementan Beri Penjelasan Begini

Dikatakan Sri, pencegahan lainya yang juga penting dilakukan melalui penguatan imun tubuh hewan, seperti memberikan vaksin.

Kemudian meningkatkan kekebalan tubuh dengan menjaga kondisi kesehatan dan kandang.

"Ingat, di dalam air liurnya itu banyak sekali virusnya. Jadi kalau air liurnya menempel di kandang, peralatan itu bisa menularkan. Karena itu menjaga kesehatan hewan sangat penting," tegasnya.

Pengajar analisis risiko pemasukan hewan dan produk hewan Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University Denny Widaya Lukman mengatakan virus pada sapi perah bisa ditemukan sejak tiga hari sebelum munculnya luka-luka.

"Karena itu untuk konsumen diimbau agar memotong hewan di rumah potong hewan yang sesuai dengan undang-undang," terangnya.

Denny menjelaskan upaya tersebut harus dilakukan karena di rumah potong hewan sudah ada dokter hewan yang memeriksa dan mengawasi dari sebelum dan sesudah hewan dipotong.

"Sebaiknya kita mengkonsumsi makanan matang," tegasnya.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) meminta semua kepala daerah di Indonesia untuk mengatur lalu lintas ternak sebagai upaya bersama dalam mencegah penularan PMK dari Jawa Timur dan Aceh.

"Daerah-daerah ini sepenuhnya dalam kendali yang baik oleh pemerintah kabupaten, provinsi maupun dari jajaran Kementan untuk bisa mengendalikan agar tidak terjadi mutasi-mutasi berlebihan tanpa pengendalian langsung baik oleh tenaga kesehatan maupun semua jajaran yang terkait di provinsi," kata Mentan Syahrul Yasin Limpo.

Mentan memastikan penanganan PMK terus dilakukan secara maksimal, di antaranya dengan mendistribusikan obat, penyuntikan vitamin, pemberian antibiotik dan penguatan imun.

Di sisi lain, Kementan juga terus bekerja melakukan riset dan uji lab untuk menemukan vaksin dalam negeri.

"Intinya yang terkena harus diberikan obat, dan yang tidak kena harus dinaikkan imunnya," tegas mantan Gubernur Sulsel itu.

Syahrul menyampaikan Kementan juga melaksanakan pelatihan untuk dokter kesehatan khusus PMK.

"Khusus untuk tenaga medisnya, kami sudah sebar di lapangan," pungkasnya. (mrk/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler