IPSOS Dorong Pemerintah Tingkatkan Sosialisasi 3T

Kamis, 12 November 2020 – 22:09 WIB
Managing director IPSOS Indonesia, Soeprapto Tan (tengah). Foto: diambil dari covid19goid

jpnn.com, JAKARTA - Managing Director IPSOS Indonesia Soeprapto Tan menyebut tingkat pemahaman masyarakat terhadap program 3T yakni Tracing, Testing, dan Treatment, masih kurang.

Mengacu survei internal IPSOS, tingkat pemahaman masyarakat terhadap 3T masih menyentuh angka 71 persen.

BACA JUGA: Di Dalam Kontrakan, Gadis Cantik Ini Melakukan Hal yang tak Patut Ditiru

"Kalau 3T, masih 29 persen yang tidak aware. Jadi mereka tidak mengerti, sebenarnya 3T ini apa," ucap Soeprapto dalam diskusi berjudul Optimisme Masyarakat Terhadap Kemajuan 3T yang disiarkan akun Youtube FMB9ID_IKP, Kamis (12/11).

Soeprapto lantas membandingkan tingkat pemahaman 3T di Indonesia dengan negara di Britania Raya.

BACA JUGA: Dokter Reisa Beberkan Strategi 3T dan 3M Satgas yang Berhasil Tekan Pertumbuhan Covid-19

Di sana, pemahaman masyarakat terhadap 3T sudah mencapai 95 persen.

Efeknya, kata dia, banyak masyarakat di negara Britania Raya mau melaksanakan 3T.

BACA JUGA: Siti Aisyah Rutin ke Tempat Hiburan Malam, Ternyata Demi Ini, Hmm

Misalnya, masyarakat tidak menolak ketika akan diperiksa petugas kesehatan atas dugaan penularan Covid-19.

"Jadi 95 persen berarti orang yang didatangi itu jarang menolak," ujar dia.

Namun, kata Soeprapto, terdapat kemajuan dilakukan pemerintah dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap 3T.

Pada masa awal-awal pandemi Covid-19 di Indonesia, tingkat pemahaman masyarakat terhadap program 3T hanya sebesar 30 persen.

"Awal kami melihat 3T itu awarenes 30 persen. Sekarang sudah bagus. Kalau ditanya apa perlu ditingkatkan saya bilang perlu," ujar dia.

Di sisi lain, kata Soeprapto, tingkat pemahaman masyarakat terhadap 3M yaitu Mencuci Tangan, Menjaga Jarak, dan Memakai Masker, sudah masuk ketegori sangat baik.

Sebanyak 99 persen masyarakat sudah mengetahui program tersebut.

Pemerintah, disarankan Soeprapto bisa meniru model sosialisasi 3M dalam menjelaskan soal 3T ke masyarakat.

Cara efektif yakni melalui media massa dan media sosial.

"Saya rasa kalau 3M efektif, 3T bisa direplika. Kenapa tidak? Tinggal switch saja. Ini bicara frekuensi aja. Kalau sekarang satu di antara 5 campaign tentang 3M, sekarang empat di antara lima itu bicara 3T," ungkap dia.

Sementara itu, penasihat Menkomarinvest Luhut Binsar Panjaitan yakni Monica Nirmala menyebut 3T sama pentingnya dengan 3M dalam menekan penularan Covid-19.

Menurutnya, jika 3M berbicara tentang mencegah penularan, 3T berbicara deteksi dini penularan Covid-19.

"Kalau terdeteksi dini Covid-19, jadi bisa mendapatkan perawatan cepat. Jadi tidak menunggu parah lalu berobat," ujar dia.

Monica memahami, masih banyak masyarakat enggan memahami 3T. Mereka takut menjalani tes untuk Covid-19, karena takut dikucilkan.

"Kalau takut dikucilkan oleh orang sekitar, saya mau mengimbau justru orang sakit jangan dijauhi, tetapi harus didukung. Dikirimi makanan, dikirim pesan yang menyemangati. Kalau takut, kita akan kalah dengan si Covid-19 ini," timpal dia. (ast/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler