Iran Gantung Korban Upaya Pemerkosaan

Minggu, 26 Oktober 2014 – 07:42 WIB
Reyhaneh Jabbari. Foto: getty images

jpnn.com - TEHERAN – Iran mengabaikan seruan masyarakat internasional. Kemarin (25/10) pemerintahan Presiden Hassan Rouhani mengeksekusi mati Reyhaneh Jabbari.

 

Perempuan 26 tahun yang terbukti membunuh mantan pejabat intelijen Iran, Morteza Abdolali Sarbandi, itu meninggal di tali gantungan.

BACA JUGA: AS dan Korsel Ajak Korut Kembali ke Six Party

’’Petugas mengeksekusi Reyhaneh Jabbari pada dini hari tadi (kemarin),’’ lapor Kantor Berita IRNA mengutip keterangan Jubir kantor jaksa Kota Teheran.

BACA JUGA: Paspor Picu Penembakan di Parlemen

Sebelum dieksekusi mati, Jabbari sudah dipenjara selama sekitar lima tahun. Pengadilan menjatuhkan vonis bersalah kepada narapidana berjilbab itu pada 2009.

Begitu mendengar eksekusi mati terhadap Jabbari telah terjadi, Amnesti Internasional (AI) bereaksi. Kemarin lembaga pembela HAM internasional itu mengecam hukuman gantung tersebut.

BACA JUGA: 43 Mahasiswa Diculik, Gubernur Guerrero Mundur

’’Iran kembali menorehkan noda darah pada catatan HAM negaranya. Ini sebuah bentuk penghinaan terhadap keadilan,’’ terang AI dalam pernyataan resminya.

Eksekusi mati Jabbari itu juga memantik kontroversi di dunia maya. Kemarin laman akun Facebook yang sengaja dibuat untuk menyelamatkan nyawa Jabbari memajang foto desainer interior tersebut saat masih kecil.

’’Beristirahatlah dengan tenang,’’ tulis akun tersebut. Dalam hitungan detik, laman tersebut panen ucapan duka cita dan keprihatinan.

Sejak pengadilan Teheran menjatuhkan hukuman mati kepada Jabbari, masyarakat internasional berteriak. Dengan berbagai cara, lembaga-lembaga HAM dan Negara-Negara Barat berusaha memengaruhi Iran.

Mereka mengimbau Negeri Persia itu membatalkan eksekusi mati terhadap Jabbari. Mereka berpatokan pada pengakuan Jabbari yang mengklaim pembunuhan itu sebagai upaya bela diri.

Pembunuhan Sarbandi terjadi pada 2007. Semua bermula saat pria 47 tahun itu berusaha melakukan kekerasan seksual terhadap Jabbari. Dalam kesaksiannya, Jabbari menyatakan bahwa dokter bedah yang dulu menjadi anggota intelijen Iran tersebut hendak memerkosanya.

Untuk menyelamatkan kehormatannya, dia pun langsung menikam punggung Sarbandi dengan pisau sampai tewas.

Sebenarnya, eksekusi mati terhadap Jabbari bisa batal jika keluarga Sarbandi bersedia menerima blood money (semacam kompensasi).

Selain itu, pengadilan bisa membatalkan hukuman berdasar kesepakatan keluarga korban dan pelaku. Sayangnya, hingga batas waktu berlalu, keluarga Sarbandi tetap ngotot supaya Jabbari dihukum mati.

Kepada media, Jubir keluarga Sarbandi menyatakan, Jabbari tidak sepenuhnya berkata jujur. Versi mereka, saat pembunuhan terjadi, ada seorang pria lain di dalam ruangan.

Pria tersebut menyaksikan pembunuhan terhadap Sarbandi. Tetapi, Jabbari tidak pernah mau mengungkap identitas pria misterius itu. ’’Kami ingin dia berkata jujur,’’ kata Jalal, anak sulung Sarbandi.

Hasil visum dan investigasi polisi menunjukkan bahwa pembunuhan Sarbandi direncanakan sebelumnya.

Dua hari sebelum beraksi, konon, Jabbari sengaja membeli pisau baru. Sehari sebelum membeli pisau, menurut saksi, dia juga mengirimkan pesan pendek kepada rekannya tentang rencananya membunuh Sarbandi. (AP/AFP/hep/c19/ami)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemimpin Partai Islam di Bangladesh Tutup Usia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler