jpnn.com - BANJARNEGARA - Ratusan pengungsi korban tanah longsor di Desa Clapar, Kecamatan Madukara, Banjarnegara tak hanya harus tinggal di pengungsian dengan segala keterbatasan. Sebab, setelah empat hari di pengungsian, para pengungsi pun mulai terserang berbagai penyakit.
Ketua Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (TRC BPBD) Banjarnegara, Andri Sulistyo mengatakan, tercatat ada 136 warga di pengungsian yang terserang penyakit. Sebagian besar di antara mereka terkena infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
BACA JUGA: Sudah Saatnya UMKM Melek Internet
“Ada 136 warga yang memeriksakan ke dokter. Memang biasa kalau terjadi bencana ini rata-rata warga terkena ISPA,” ujarnya seperti dikutip Radar Banyumas.
Andri menambahkan, jumlah warga yang tinggal di pengungsian pun fluktuatif. Pasalnya, beberapa warga meninggalkan rumah tanpa melapor ke pihak BPBD.
BACA JUGA: Gaji Tak Seberapa, saat Sakit Bertambah Masalahnya
Namun hingga Selasa (29/3), sedikitnya ada 24 titik pengungsi korban tanah longsor di Desa Clapar. Di antara warga ada yang mengungsi di rumah saudara atau pun kerabat mereka.
“Karena banyak warga yang pindah ke tempat saudara tanpa melapor. Sehingga untuk jumlah pasti terus berubah-ubah. Sedangkan untuk induk pengungsian ada di TK Tunas Harapan, tak jauh dari lokasi longsor,” ujar Andri.
BACA JUGA: Kisah Mbah Tari, Umur Sudah Seabad Lebih Dibiarkan Hidup Sendiri
Sementara itu, para pengungsi di TK Tunas Harapan memperoleh terapi oleh petugas dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Surakarta. Hal ini dilakukan agar korban tanah longsor lebih tenang.
Petugas RSJ Surakarta, Juli Muhammad Kartiko mengatakan relaksasi pikiran penting bagi korban bencana. Sebab, kata dia, jika pikiran terus terbebani, maka akan timbul berbagai penyakit.
“Selain relaksasi pikiran, juga dilakukan relaksasi badan, tangan dan kaki agar badan tetap bugar. Mengingat kondisi badan tentu sedang turun,” tuturnya.
Juli menambahkan, terapi ini akan terus dilakukan kepada korban longsor hingga beberapa hari ke depan. Sebab, saat ini kondisi tanah di Desa Clapar ini masih terus bergerak.
“Ini masih merupakan terapi awal. Nanti kami melakukan terapi lagi kepada korban longsor,” imbuhnya.(uje/acd/JPG/ara/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Awas, Jamu Palsu Beredar di Yogyakarta
Redaktur : Tim Redaksi