Istri Ferdy Sambo Mengaku Malu, Analisis Reza Indragiri: Ada Hal Buruk

Kamis, 11 Agustus 2022 – 21:37 WIB
Pakar psikologi forensik Reza Indragiri punya analisis tentang kata malu yang diucapkan istri Ferdy Sambo. Ilustrasi Foto: Andika Kurniawan/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel punya analisis menarik tentang kata "malu" yang keluar dari mulut Putri Candrawathi.

Kata itu sebelumnya disampaikan istri Ferdy Sambo tersebut ketika berhadapan dengan tim asesmen dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

BACA JUGA: Putri Candrawathi 2 Kali Bilang Malu, Terkait Motif Pembunuhan Brigadir J?

"Demi Allah. Saat menonton live-nya waktu (Putri) muncul di depan Mako Brimob, saya membatin, ini menahan sedih atau menahan malu?" jawab Reza saat berbincang dengan JPNN.com, Kamis (11/8).

Reza Indragiri lantas menyampaikan analisis bahwa perasaan malu bisa dipilah ke dalam dua ragam.

BACA JUGA: Polisi Perlu Usut Keterlibatan Fahmi Alamsyah, Bisa Dijerat Pasal Permufakatan Jahat

Pertama, malu sebagai perasaan tidak nyaman yang muncul ketika sisi diri atau perbuatan seseorang terekspos ke pihak lain dan itu merusak citra yang ingin orang tersebut bangun.

"Sisi diri atau perbuatan itu bersifat umum belaka. Misalnya, ngupil," ucap penyandang gelar MCrim (Forpsych-master psikologi forensik) dari Universitas of Melbourne Australia itu.

BACA JUGA: Misteri Pemilik Pistol yang Dipakai Bharada E Terjawab, Ternyata

Menurut dia, ngupil pada dasarnya bagus, yakni bentuk peduli pada kesehatan dengan cara mengorek hidung agar bersih dari kotoran. namun, ketika aktivitas itu ternyata dilihat pihak lain, malah muncul sensasi 'saya melakukan kegiatan yang kotor'.

"Ngupilnya sebetulnya bagus, tetapi menjadi jelek karena dilihat oleh pihak lain. Ini adalah embarrasement. Diindonesiakan sepadan dengan malu," terangnya.

Kedua, mirip dengan malu jenis pertama, tetapi sisi diri atau perbuatan tersebut nyata-nyata bertentangan dengan standar moral. Contohnya, duta pola hidup sederhana tetapi ketahuan makan di restoran supermahal.

"Beda dengan ngupil yang pada dasarnya positif, makan di restoran mewah adalah ketidakpatutan. Saat ketidakpatutan itu diketahui pihak lain, itulah shame alias memalukan," lanjut Reza.

Nah, andaikan ada orang mengatakan 'saya malu', kata Reza, perlu kejelasan apakah yang dia maksud adalah malu atau memalukan. Untuk memastikannya, maka perlu dicek perbuatan orang itu sebelum perasaan tidak nyamannya terbit.

"Kalau perbuatannya umum, maka itu memang terwakili oleh kata 'malu'. Namun, kalau perbuatannya bertentangan dengan standar kepatutan, maka sebetulnya lebih tepat jika ia menggunakan kata 'memalukan'," tutur Reza.

Demikian juga, malu tidak sebatas didahului perbuatan yang dilakukan sendiri oleh orang yang bersangkutan. Bisa saja perasaan itu muncul akibat perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain.

"Jadi, perlu pula dicek, siapa atau pihak mana gerangan yang perbuatannya memantik terbitnya malu pada diri orang itu," lanjut pria yang pernah mengajar di STIK/PTIK tersebut.

Membandingkan Dua Ucapan Putri Candrawathi

Reza lantas membandingkan dua ucapan yang disampaikan Putri Candrawathi yang terbaru saat asesmen LPSK dengan ketika bicara kepada media di Mako Brimob.

"Lalu, bandingkan 'saya malu' dengan pernyataan 'saya ikhlas dan saya memaafkan'. Keduanya berbeda," ucapnya.

Menurut Reza, 'saya ikhlas dan saya memaafkan' diucapkan oleh seseorang yang berada pada posisi korban. Dia telah diperlakukan pihak lain secara buruk, tetapi ia kemudian memperlakukan pihak tersebut secara baik.

Sementara, 'saya malu' keluar dari orang yang menganggap dirinya telah melakukan–bukan diperlakukan–sesuatu yang buruk, atau ketika orang itu melihat pihak lain melakukan hal yang buruk.

"Terlihat kekontrasan antara 'saya malu' dan 'saya maafkan ikhlaskan'," ujar sarjana psikologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu.

Reza mengatakan ketika kalimat-kalimat kontras itu disampaikan oleh orang yang sama, siapa pun dia, maka memang perlu didalami.

"Apakah dua kalimat kontradiktif itu saling berkaitan tentang objek yang sama, ataukah sesungguhnya dua kalimat suara hati itu berfokus pada dua hal yang berbeda," kata Reza Indragiri.

Putri Candrawathi merupakan salah seorang saksi kunci pembunuhan Brigadir J di dinas Irjen Ferdy Sambo.

Sebelumnya, polisi menyebut kejadian rumah Ferdy Sambo dipicu pelecehan seksual oleh Brigadir J terhadap Putri.

Belakangan isu pelecehan seksual itu memudar setelah Irjen Ferdy Sambo jadi tersangka sekaligus dalang pembunuhan berencana terhadap Brigadir J. (fat/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler