Isu Hilang, Dusta Terbilang

Senin, 03 Oktober 2011 – 12:09 WIB

ESA hilang, dua terbilangIni motto pasukan TNI dari Divisi (Kodam III) Siliwangi yang bermarkas di Jawa Barat

BACA JUGA: Menunggu (Bekas) Presiden Diadili

Maksud motto ini selain untuk memompa semangat tempur para prajurit, juga biar musuh gentar
Bayangkan, kalau mereka berhasil menembak mati satu prajurit Siliwangi, akan muncul dua…

Dibandingkan dengan pasukan lain, yang memakai motto “gugur satu tumbuh seribu”, Divisi Siliwangi memang termasuk sederhana

BACA JUGA: Lebaran yang Berantakan

Ia hanya berada satu tingkat di atas motto: patah tumbuh, hilang berganti….

Karena TNI sudah sangat lama tidak perang, kecuali di beberapa tempat berhasil menembaki petani, motto mereka sekarang dicuri para koruptor
Patah tumbuh, hilang berganti

BACA JUGA: GIB Tolak Yunus Hussein Pimpin KPK

Esa hilang, dua terbilangTertangkap satu, tumbuh seribu…

Kondisi semacam ini sebenarnya bukan karena para koruptor itu saktiTapi akibat KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan institusi hukum lainnya (Kejaksaan dan Kepolisian) sampai saat ini kerjanya hanya memotong daun dan ranting-ranting korupsiTak pernah sampai ke batang pohon, apalagi sampai ke akar-akarnya.

Maka jangan heran bila pemberantasan korupsi sekarang ini hanya dipakai sebagai isu semataPemberantasan korupsi yang cuma seolah-olahGalak di awal, tapi melempem di hari kemudian.

Lihat saja, waktu menangkap Nazaruddin, (eks) Bendahara Umum Partai Demokrat pimpinan Presiden Yudhoyono, ributnya minta ampunTapi setelah “Si Burung Nazar” berada di tangan KPK, nyanyian perampokan APBN oleh partai penguasa pun hilang ditelan bumiKPK malah setali tiga uang dengan orang-orang Partai Demokrat yang menuding Nazar pembohong.

Indonesia di bawah rezim Yudhoyono periode kedua memang berubah menjadi negara produsen isu terbesar di muka bumiTiada hari tanpa isuSesama isu bisa saling menyingkirkanIsu pemilu legislatif dan pilpres curang karena dikendalikan Mafia Pemilu, ditutup isu teroris yang ngebom hotel Ritz Carlton dan JW Marriot (17 Juli 2009).

Belakangan terbukti, tuduhan bahwa bom itu diledakan untuk menggagalkan pelantikan Yudhoyono-Boediono dusta belakaBahkan sampai hari ini, tak pernah ada kejelasan untuk apa para teroris itu meledakan bom di IndonesiaYang kita tahu, setiap penguasa mendapat sorotan publik yang gencar, terutama yang menyangkut korupsi gila-gilaan di pusat kekuasaan, teroris selalu beraksi.

Mereka tak pernah menduga bila rakyat Indonesia sudah sangat dewasaBahkan masyarakat di Ambon yang semula mudah diadu-domba, sekarang sudah sangat matangMakanya konflik antarumat dan warga tempo hari berjalan tak sesuai “skenario gila” para pengalih isu.

Bahkan kalau dikalkulasi sejak periode kedua rezim Yudhoyono berkuasa, aneka ragam isu muncul untuk menenggelamkan isu megakorupsi rekayasa bailout Bank Century dan rekayasa pemenjaraan Ketua KPK Antasari Azhar yang punya rencana membongkar skandal korupsi besar di KPU dan pusat kekuasaan.

Tapi isu untuk menggusur isu utama akan kejahatan rezim selalu hilang diterjang angin ketidakpercayaan publikYang muncul kemudian malah dusta yang nyata para penyelenggara negara.

Buktinya, skandal rekayasa pembungkaman Antasari terus muncul dan tak bisa dibendung, apalagi dialihkanBelakangan malah ada upaya kuat untuk membongkar semua ituSkandal rekayasa bailout Bank Century Rp 6,7 trilyun juga menganga kembali.

Di tempat lain, dari meja pimpinan Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, terkuak pula jaringan Mafia Pemilu yang melibatkan bekas orang KPU Andi Nurpati yang kini menjadi orang penting di Partai Demokrat.

Memang Andi Nurapati masih bisa unjuk kesaktian, sehingga tangan-tangan hukum tak sanggup menyentuhnyaTapi, seperti pepatah di dunia persilatan, di atas langit masih langitSepandai-pandainya tupai melompat akhirnya…! [***]

BACA ARTIKEL LAINNYA... Nazaruddin Tidak Merdeka!


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler