Isu Uighur Menghangat, Tiongkok Ucapkan Terima Kasih kepada Negara-Negara Islam

Selasa, 24 Desember 2019 – 22:40 WIB
Jumpa pers Deputi Direktur Publikasi Pemerintah Daerah Otonomi Xinjuang, Xu Guixiang bersama Wali Kota Hotan Rexiati Musajiang (kiri) dan peneliti XDRC Tursun Abai (kanan). Foto: Antara/M Irfan Ilmie

jpnn.com, BEIJING - Di tengah maraknya kecaman terkait perlakuan terhadap muslim Uighur, Pemerintah Daerah Otonomi Xinjiang justru menyampaikan terima kasih kepada negara-negara Islam. Pasalnya, banyak negara Islam yang mendukung kebijakan Tiongkok di wilayah itu.

"Dukungan ini, khususnya dari negara-negara OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) sangat penting bagi kami untuk menjaga stabilitas Xinjiang," kata Deputi Direktur Publikasi Pemerintah Daerah Otonomi Uighur Xinjiang Xu Guixiang di Beijing, Selasa (24/12).

BACA JUGA: Sikap Istana Terkait Persoalan Muslim Uighur

Menurut dia, sejak diterapkan kebijakan antiterorisme melalui pola pendidikan dan pelatihan keterampilan di kamp-kamp khusus, situasi Xinjiang menjadi aman dan stabil.
"Sekarang orang tidak lagi takut keluar rumah," ujarnya saat memberikan keterangan pers di kantor Kementerian Luar Negeri Tiongkok.

Xu menyebutkan beberapa negara Arab, seperti Arab Saudi dan Aljazair sangat mengapresiasi keberadaan kamp vokasi karena dianggap bisa membantu memperbaiki taraf hidup masyarakat Xinjiang.

BACA JUGA: Mau Tahu Sikap Istana soal Etnis Uighur? Ini Kata Ngabalin

Etnis minoritas Uighur yang beragama Islam, jelas dia, saat ini sudah bisa hidup harmonis dengan umat beragama lainnya di wilayah paling barat daratan Tiongkok itu.

"Ratusan tahun yang lalu, Xinjiang banyak dihuni pemeluk agama Buddha sebelum Uighur datang. Sekarang Islam yang umatnya terbesar di sana bisa hidup berdampingan dengan Buddha, Kristen, Katholik, dan Taoisme karena sejatinya memang penduduk Xinjiang berbeda-beda latar belakang," katanya.

BACA JUGA: Warga Turki Gelar Aksi Mendukung Gerakan Separatis Uighur

Sementara itu, Wali Kota Hotan Rexiati Musajiang yang turut dalam jumpa pers itu menambahkan bahwa etnis Uighur yang telah lulus dari pendidikan vokasi kini bekerja di berbagai sektor.

"Mereka kini sudah punya penghasilan sendiri 2.000 yuan (sekitar Rp4 juta) per bulan dengan bekerja di salon kecantikan, merangkai bunga, usaha pertanian, dan berbagai sektor lainnya," kata Deputi Sekretaris Partai Komunis China (CPC) Cabang Hotan tersebut.

Dalam kesempatan itu, Musajiang mengundang awak media dari berbagai negara untuk kembali mengunjungi kotanya guna mewawancarai langsung para lulusan kamp vokasi.

Hotan yang berada di wilayah tenggara Xinjiang itu memiliki beberapa kamp vokasi yang dihuni oleh etnis Uighur. Kota tersebut juga mengalami serangkaian peristiwa terorisme pada kurun 1999-2014.

Jumpa pers yang berlangsung selama dua jam itu untuk menanggapi ramainya pemberitaan yang menyudutkan pemerintah setempat atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia dalam mengimplementasikan program deradikalisasi.

Di sela-sela jumpa pers yang diikuti sejumlah media asing dari berbagai negara Islam tersebut ditampilkan pula tayangan serangkaian terorisme di Xinjiang selama periode 1996-2014.

Film singkat tersebut sama dengan yang ditayangkan di ruang pamer bukti-bukti kekerasan Xinjiang yang baru beroperasi menjelang akhir tahun lalu di Kota Urumqi.

Menanggapi pertanyaan Antara mengenai imbauan Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin agar pemerintah Tiongkok lebih terbuka dan transparan dalam memberikan informasi terkait Uighur, Xu mengatakan sudah dilaksanakan.

"Sampai sekarang kami masih membuka diri kepada siapa pun mengenai situasi di Xinjiang," ujarnya seraya menegaskan bahwa masalah terorisme tidak bisa dikaitkan dengan agama tertentu. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler