jpnn.com, JAKARTA - Ketum DPP Forum Honorer Tenaga Teknis Administrasi Kategori Dua (FHTTA-K2) Riyanto Agung Subekti menuding sejumlah oknum anggota dewan memanfaatkan mereka agar menang dalam pemilu. Honorer selalu menjadi bahan politisasi anggota dewan.
Akibat politisasi itu, kata Itong, sapaan akrab Riyanto Agung Subekti, honorer K2 yang tadinya kuat akhirnya tercerai berai dan sulit disatukan kembali sampai saat ini.
BACA JUGA: Ada Kabar Baik Dari Korwil Honorer K2, Tenaga Teknis Administrasi Mungkin Bisa Tenang
Dia mengaku sering menyampaikan kepada para pentolan forum honorer agar jangan mudah terjebak dan terprovokasi dengan oknum anggota dewan dari partai apa pun.
"Selama ini honorer K2 dijadikan alat politik demi kursi empuk yang ada di gedung dewan. Apa pun caranya asal harapan serta cita-cita mereka bisa tercapai," kata Itong kepada JPNN.com, Rabu (26/1).
BACA JUGA: Pimpinan Honorer Khawatir Seleksi PPPK Guru Tahap 3 Dibatalkan
Dia melihat rencana penghapusan honorer pada 2023 juga termasuk isu menjelang tahun politik. Isu ini sengaja diangkat agar muncul orang-orang yang akan memberikan janji-janji lagi kepada honorer.
Honorer kata Itong, diberikan janji dan harapan untuk mendapatkan suara di pemilu 2024. Namun, seperti yang sudah terjadi selama ini, begitu kedudukan sudah diraih janji untuk mengangkat honorer menjadi PNS maupun PPPK dilupakan.
BACA JUGA: Aksi Nyata Ketum ADKASI demi Honorer Teknis Administrasi, Semoga Berhasil
Dia menegaskan para honorer hanya menjadi sasaran empuk untuk dijadikan objek penderita.
"Katanya siap membela rakyat khususnya para honorer, tetapi pada akhirnya setelah duduk di DPR RI, semuanya seperti kacang lupa kulitnya," ucapnya.
Honorer yang dulu telah berkontribusi mendulang suara di Pileg, tambahnya hanya dianggap permen karet, habis manis sepah dibuang.
Itong mengungkapkan para pejuang honorer tidak banyak yang menyadari kalau selama ini telah diadu domba sesama teman sendiri oleh oknum anggota dewan yang notabene dari partai penguasa.
"Coba perhatikan siapa anggota dewan yang ada di balik forum-forum honorer yang hampir sembilan tahun perjalanan perjuangan ini justru hanya menimbulkan kegaduhan dan keributan. Akhirnya honorer tercerai-berai," ucapnya.
Itong enggan menyebutkan nama anggota dewan dan dari fraksi partai apa mereka. Yang pasti, kata dia, ini fakta karena honorer K2 sulit disatukan kembali karena masing-masing terlalu mengedepankan egonya.
"Mereka merasa dirinya sudah dipercaya anggota dewan dari partai penguasa. Itulah yang menyebabkan persatuan dan kesatuan serta kekompakan perjuangan honorer sulit untuk dibangun kembali," pungkas Itong. (esy/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesya Mohamad