Ivan Lanin, dari Otak Kiri ke Otak Kanan demi Bahasa Negeri

Rabu, 15 Desember 2021 – 20:32 WIB
Pegiat bahasa Ivan Lanin di kantor Redaksi JPNN.com, Jakarta Selatan, Sabtu (11/12). Foto: Azizul Hakim/JPNN.com

jpnn.com - Ivan Lanin dikenal sebagai pegiat bahasa yang aktif di medsos. Tanpa pendidikan formal di bidang kebahasaan, dia mendirikan Narabahasa yang kini memiliki belasan ribu murid.

Dea Hardianingsih, Jakarta

BACA JUGA: Sisi Lain Ahli Bahasa Indonesia Ivan Lanin yang Perlu Anda Tahu

BAGI kebanyakan orang, 'pindah jalur' profesi bukan hal mudah, apalagi kalau alih bidang pekerjaan itu melibatkan pilihan yang ekstrem. 

Namun, hal itu tidak berlaku bagi Ivan Lanin. Dia bisa pindah jalur secara ekstrem relatif dengan mulus.

Dengan pindah jalur pada 2006, Ivan justru lebih eksis. Saat ini, pria berdarah Minang itu tercatat sebagai salah satu pakar yang paling menonjol dalam tata bahasa Indonesia.

BACA JUGA: Badan Bahasa Tambahkan Pandemi Sebagai Koleksi Kata Terpopuler di KBBI

"Awalnya, saya tidak terlalu peduli mengenai masalah kualitas bahasa yang saya pakai," kata Ivan seusai mengisi sesi 'Bengkel Bahasa' dalam Rakernas JPNN Grup, Sabtu (11/12).

Akunnya di Twitter diikuti oleh hampir 900 ribu warganet. Ivan kerap membagikan pengetahuannya tentang bahasa Indonesia kepada pengikutnya. 

Ditemui JPNN.com seusai mengisi sesi 'Bengkel Bahasa' dalam Rakernas JPNN Grup, Sabtu (11/12), Ivan menuturkan awalnya dia bekerja sebagai konstultan teknik.

BACA JUGA: Tiap Tahun, KBBI Butuh 2.000 Kosakata Bahasa Daerah

Pekerjaan tersebut mengharuskan Ivan lebih banyak berpikir menggunakan otak kiri.

Alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) itu mengaku memiliki banyak klien dari mancanegara yang mengharuskannya sering menulis dan berbicara dengan bahasa asing.

Titik balik terjadi pada 2006 ketika Ivan mengutak-atik Wikipedia. "Waktu di Wikipedia itu dipaksa menggunakan bahasa yang formal," ujar dia.

Bapak tiga anak itu mengaku mendapatkan pengetahuan baru dari para senior di Wikipedia yang kerap menyunting tulisannya.

Selanjutnya, Uda Ivan -panggilan akrabnya- bergabung dengan Milis Bahtera pada 2007. Mailing list itu diisi oleh para penerjemah.

Dari situlah Ivan bukan hanya menerjemahkan bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, melainkan juga belajar teknik membuat padanan kata dan gramatikanya. 

Perjalanan Ivan dalam mempelajari bahasa Indonesia terus berlanjut. Proses belajar itu mengantar Ivan bertemu bertemu dengan Forum Bahasa Media Massa (FBMM) yang berisi para jurnalis.

Laki-laki kelahiran Jakarta itu mengaku sempat menemui kesulitan dalam mempelajari bahasa Indonesia. Sebab, saat itu teknologi belum seperti saat ini yang memberikan banyak kemudahan. 

Memang kini generasi milenial secara mudah menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring untuk mencari kata-kata baku. Tesaurus juga sudah banyak tersedia di internet.

Namun, saat itu Ivan tidak memiliki akses yang mudah seperti saat ini.

"Jadi, permasalahan terbesar ketika itu, enggak tahu mencari di mana dan bertanya kepada siapa," ucap pria yang berulang tahun setiap 16 Januari itu.

Setelah profesi konsultan membuat Ivan mapan secara finansial, dia justru lebih senang mengajarkan bahasa Indonesiakepada khalayak. Pada 2019, pria berusia 46 tahun itu memutuskan berhenti bekerja.

Selanjutnya, Ivan mendirikan Narabahasa pada Februari 2020 karena merasa butuh kelompok yang membantunya menyampaikan ilmu tentang bahasa Indonesia.

Kini, penyandang gelar magister teknologi informatisi dari Universitas Indonesia itu getol mengampanyekan keuntungan dan keunggulan menguasai bahasa Indonesia dengan baik. 

"Kuasai bahasa, kuasai dunia," katanya mengutip slogan Narabahasa.

Saat ini, Narabahasa memiliki belasan ribu murid. Ivan mengungapkan usaha barunya itu memiliki kelas untuk publik dan in-house.

Kelas publik Narabahasa telah diikuti oleh sekitar 15 ribu murid. Adapun untuk kelas in-house Narabahasa yang berbasis di rumah diikuti oleh sekitar 5 ribu murid.

Ivan pun selalu berupaya menggali ide baru agar perusahaannya terus bisa berinovasi. 

"Saya selalu mendorong teman-teman di Narabahasa memberikan apa yang bisa kami kembangkan. Itu kuncinya," kata Ivan.(mcr9/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bulan Bahasa Sastra 2021: Limola dan Rampi Menuju Kepunahan


Redaktur : Antoni
Reporter : Dea Hardianingsih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler