Jabar-Banten Terendah Tingkat Toleransinya

Rabu, 22 Desember 2010 – 08:26 WIB

JAKARTA – Provinsi Jawa Barat dan Banten merupakan daerah dengan tingkat toleransi antarumat beragama paling rendah, selama 2010Laporan The Wahid Institute selama setahun mengungkapkan, kasus intoleransi terbanyak berada di dua daerah tersebut.

Selama 2010, kasus intolerasi yang berhasil terpantau terjadi sebanyak 133 item

BACA JUGA: Kemenag Ingin Naik Kelas

Kasus-kasus itu tersebar di 13 wilayah pemantauan di seluruh Indonesia
Khusus di Jawa Barat-Banten terdapat 43 kasus, atau sekitar 43 persen

BACA JUGA: Undang Diplomat, Pastikan Natal Aman

”Jawa Barat-Banten tetap menjadi daerah paling tinggi tingkat intoleransinya seperti pantauan tahun sebelumnya,” ujar Direktur Eksekutif The Wahid Institute Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny Wahid), saat melansir laporan tahunannya, di kantor Jl
Amir Hamzah, Jakarta, kemarin (21/12).

Menyusul di urutan kedua, adalah Provinsi Jawa Timur yang terpantau terdapat 25 kasus, atau sekitar 19 persen

BACA JUGA: RI Ratifikasi Konvensi Buruh Migran

Provinsi yang beribukota di Surabaya itu menempati posisi kedua menggantikan Provinsi DKI Jakarta yang berada di urutan kedua pada tahun sebelumnyaTahun ini, Jakarta berada di posisi ketiga.

Berturut-turut selanjutnya, DIJ-Jawa Tengah (13 kasus/10 persen), Sumut (8 kasus/6 persen), Aceh (8 kasus/6 persen), NTB (5 kasus/4 persen), Sulawesi (4 kasus/3 persen), Kalimantan (4 kasus/3 persen), dan Lampung Utara (2 kasus)Sedangkan Sumsel, Jambi, dan Riau masing-masing terpantau satu kasusSikap intoleran dan diskriminasi tersebut paling banyak diwujudkan dalam tindakan pemaksaan dan pembatasan keyakinan”Persoalan keyakinan yang berbeda sering dianggap sebagai penyimpangan atau penodaan agama oleh sebagian masyarakat,” ujar Yenny Wahid

Dia melanjutkan, para pelaku kemudian melakukan pemaksaan kepada tertuduh untuk meninggalkan atau mengganti keyakinannyaModusnya bisa dengan mengadili, mengintimidasi, hingga mengkriminalkan”Termasuk diikuti penyerangan fisik dan penyebaran kebencian,” beber Yenny, kembaliSikap intoleran dan diskriminatif juga terwujud dalam pembatasan rumah ibadah, baik gereja, wihara, maupun masjidTerdapat pula ancaman kekerasan dan intimidasi terhadap penganut agama lain

Masih dari hasil pantauan Wahid Institute, pelaku tindakan intoleran dan diskriminatif tersebut didominasi oleh masyarakat sipil, yaitu 116 kasus (83 persen)Sisanya, dilakukan oleh pemerintahJika diturunkan lagi, hasil pantauan mengungkap diantara pelaku masyarakat sipil, ormas-ormas berbasis agama atau yang beratribut agama tertentu yang mendominasi sebagai pelakuYaitu, 94 kasus atau sekitar 55 persen

”Jika kita khususkan lagi, ternyata FPI di berbagai daerah masih menjadi pelaku intoleransi tertinggi,” beber YennyYaitu, dengan 24 tindakan atau sekitar 30 persen dari pelaku intoleransi yang dilakukan ormasMenyusul selanjutnya, MUI berbagai daerah (11 kasus), FUI (9 kasus), Gerakan Reformasi Islam (4 kasus), NU berbagai daerah (4 kasus), Geram (3 kasus), Muhammadiyah berbagai daerah (2 kasus), dan banyak ormas-ormas lainnya(dyn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Kritik Industri Televisi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler