Jadi Ajang Reuni Tiga Wali Kota di HUT ke-100 Kota Malang

Rabu, 02 April 2014 – 08:47 WIB

jpnn.com - MALANG - Upacara Peringatan HUT ke-100 Kota Malang, di Balaikota, Selasa (1/4) kemarin, tak ubahnya ajang reuni mantan orang nomor satu di jajaran Pemkot Malang. Dintara para peserta apel pagi, tampak dua mantan wali kota, H Suyitno dan Peni Suparto, yang sempat merasakan kursi empuk N1, sebelum diduduki HM Anton.

Saat prosesi potong kue tart, Anton mengajak serta dua pendahulunya tersebut, sebagai representasi upaya terus melanjutkan pembangunan Kota Malang, yang sudah dirintis FL Broekveidt saat menakhodai kota ini mulai tahun 1914 silam.

BACA JUGA: Pemakzulan Bupati, Pemprov tak Perlu Tunggu Instruksi Mendagri

‘’Kami menyampaikan apresiasi khusus kepada para pemimpin Kota Malang sebelum saya, agar kami bisa melanjutkan pembangunan kota ini semakin baik lagi. Semua itu, jelas tak bisa lepas dari dukungan dan peran serta mereka,’’ ujar Anton diplomatis.

Wali kota 48 tahun itu mengaku, di usia kota tercinta yang sudah menginjak satu abad, percepatan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, utamanya kaum marjinal, menjadi fokus pemerintahannya hingga tahun 2018 mendatang.

BACA JUGA: MA Kirim Putusan Kasasi Wako Medan ke PN

‘’Di usia satu abad, Kota Malang terus menunjukkan indikasi kebaikan dengan segala pencapaian positif. Meski begitu, kita semua masih perlu berbenah lagi. Mudah-mudahan, ke depannya kota ini semakin baik,’’ tandasnya.

Dalam momentum istimewa tersebut, baik Peni maupun Suyitno, sama-sama melontarkan masukannya kepada pemerintahan Anton-Sutiaji, guna mewujudkan visi dan misi Kota Malang ceria, cerdas, cemerlang dan bermartabat. Isu pendidikan dan peningkatan taraf hidup wong cilik menjadi atensi keduanya.

BACA JUGA: Pemilik Bangunan Lawan Kebijakan Pemkot Manado

Menurut Inep, sapaan akrab Peni Suparto, sudah saatnya Pemkot Malang mengupayakan pendidikan gratis 12 tahun. Artinya, jika selama ini hanya siswa SD dan SMP saja yang tak perlu membayar uang sekolah, berikutnya giliran pelajar tingkat SMA/sederajat yang bisa menikmati hal serupa.

‘’Baiknya anggaran pemerintah difokuskan ke sektor pendidikan. Wajib belajar dari 9 tahun harus jadi 12 tahun, yang SMA juga gratis. Mencerdaskan kehidupan bangsa harus dijadikan skala prioritas,’’ beber eks wali kota yang memimpin Kota Pendidikan selama dua periode tersebut.

Sedangkan Suyitno yang pernah memimpin Kota Malang mulai tahun 1998-2003 menekankan pentingnya prioritas anggaran untuk mengentas kemiskinan.

‘’Masalah kemiskinan harus diperhatikan. Pemkot harus mengayomi wong cilik, agar mereka bisa bangkit dengan taraf hidup lebih baik. Tapi, bantuan untuk kalangan bawah ini harus dikawal ketat dan tepat sasaran,’’ urainya.

Disinggung soal kemacetan yang kini menjadi momok kota yang pernah dinakhodainya, wali kota berlatar belakang militer itu berharap, ada solusi efektif untuk mengatasi permasalahan yang belum pernah terjadi di masa pemerintahannya.

‘’Tentu saja kondisi dulu dengan sekarang berbeda. Saya hanya mengusulkan, untuk mengurai kemacetan di kota ini, salah satunya dengan memecah pusat keramaian. Jangan semua ruang publik ditempatkan di pusat kota,’’ sebut wali kota yang sangat gemar bertani dan berkebun ini.

Sementara itu, apel pagi kemarin, juga diisi acara penyerahan penghargaan dan bantuan secara simbolis kepada insan-insan berprestasi. Mulai dari kalangan PNS dan atlet berprestasi, sosok inspiratif, instansi yang mensukseskan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) Kota Malang hingga penyerahan bantuan penataan lingkungan pemukiman berbasis komunitas (PLPBK) untuk lima kelurahan. (tom/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dokter Penculik Bayi di RS Sadikin Dikenal Modis


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler