Jadikan Kedelai Nasional Primadona Melalui Branding

Senin, 11 Desember 2017 – 11:25 WIB
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Gatot Irianto. Foto: istimewa

jpnn.com, YOGYAKARTA - Kedelai nasional non-Genetically Modified Organism (GMO) yang dibudidaya oleh petani lokal memiliki potensi untuk diolah dan dikembangkan menjadi primadona melalui branding.

Ini akan memberikan keuntungan ekonomi baik kepada petani maupun pelaku usaha agribisnis.

BACA JUGA: Kementan Beri Bantuan ke Peternak Korban Bencana di Pacitan

Syaratnya adalah paradigma lama pola pikir tentang kedelai. Selama ini kedelai hanya diolah jadi tempe dan dijual di pasar maupun di warung kecil.

Padahal harusnya diubah dengan mem-branding tempe hingga dijual dicafe dan memiliki gengsi tersendiri, tentunya denga proses pengolahan yang higenis dan packaging yang menarik.

BACA JUGA: Berkat Bantuan Mentan, Pemuda Ini jadi Jutawan

Sedangkan jika diolah dan langsung dijual hanya memberikan sedikit keuntungan.

"Nilai tambah produk hasil olahan hanya memberikan peningkatan 5% pendapatan, untuk meningkatkannya ,maka pendekatannya adalah komoditas di branding, branding jauh memberikan keuntungan yang lebih besar, analoginya, jika beli.kopi sekilo harga 50.000 jika kita ke cafe secangkir kopi dihargau 50 ribu artinya yang kita beli adalah brand. Nah yang saya inginkan demikian juga, untuk tempe dari kedelai lokal dinaikan statusnya diolah, packaging dan di-branding, sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan Gatot Irianto di Festival Produk Olahan Kedelai Nasional yabg diselenggarakan di Jogya Expo Center.

BACA JUGA: Kementan Terus Gedor Perluasan Areal untuk Tanam Jagung

Dia menambahkan, saatnya Indonesia mengangkat kedelai lokal menjual brand.

"Elit, terbatas dan ini semakin akan dicari orang. Yang harus dilakukan adalah diolah secara higenis, dipackaging yang menarik dan kemudian di branding. Jadi berbicara peningkatan pendapatan maka kita harus jualan brand. Kedelai lokal ini yang akan kita branding," imbuhnya.

Sementara itu mewakili gubernur DIY, assisten bidang keistimewaan, Didiek Purwadi mengatakan, kedelai lokal mempunyai peluang besar karena ada perubahan pola makan masyarakat dari hewani ke nabati.

"Ini peluang bagi dunia usaha di bidang pangan olahan," ujar Didiek.

Pemerintah saat ini menargetkan tanam kedelai seluas 500.000 hektar dengan anggaran APBNP 2017 yang dipusatkan di 20 provinsi mulai dari Sumatera seluas 153.000 hektar, Jawa 130.000 hektar, Kalimantan 27.000 hektar, Sulawesi 110.000 hektar dan NTT dan NTB masing masing 40.000 hektar. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Demi Stok Pangan Stabil, KPPU Sarankan Tiga Solusi


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Kementan  

Terpopuler